My Husband With Scholar Syndrome - Extra 2
Musim salju tahun ini sangat dingin. Setelah Desember, suhu udaranya tiba-tiba merosot. Ramalan cuaca selalu berkata bahwa akan turun salju. Namun barulah hingga pertengahan Januari, ketika masih tersisa dua puluh hari hingga Tahun Baru Imlek, salju akhirnya berjatuhan dari awan tebal. Hanya dalam waktu semalam, tanah yang kuning dan layu berselimutkan selapis salju putih, mengubah musim gugur yang suram menjadi dunia es dan salju.
Akan tetapi, ada banyak orang di dalam kota. Tak peduli dengan cuacanya, mereka harus pergi pagi dan pulang malam setiap hari. Dunia salju dan es yang indah pun terinjak-injak hanya dalam waktu dua jam.
Xiaoya kecil yang berusia lima tahun ingin keluar untuk bermain di salju, namun pekarangannya terlalu kecil dan ada banyak barang di pekarangan itu, sehingga bahkan sebuah bola salju kecil juga tak bisa digulirkan. Tidak seperti halaman besar Nenek Bai di sebelah, di sana jauh lebih luas dan besar daripada rumah mereka.
Andai saja Nenek Bai ada di rumah, Beliau pasti akan setuju membiarkan Xiaoya datang ke rumahnya untuk membuat orang-orangan salju.
“Xiaoya, ayo sarapan.” Suara Shen Qingyi terdengar dari bawah tangga.
“Oh, aku datang.” Xiaoya kecil melompat turun dari ambang jendela dan mencari sandalnya di atas karpet dengan kaki tertutup oleh kaus kaki boneka kucing. Lama kemudian, dia menariknya dari bawah ranjang kemudian lari ke bawah.
“Ayo sarapan. Hari ini kita punya susu kedelai dan gorengan.”
“Beli dari luar lagi,” Xiaoya kecil menggumam, “bagaimana bisa Ibu membiarkanku makan makanan gorengan setiap hari?”
“Anak-anak lain tak bisa memakannya bahkan bila mereka menginginkannya. Mari kita lihat apa yang akan kau pilih.” Shen Qingyi juga tahu kalau tidak baik bila memakan terlalu banyak gorengan, namun sekolah sudah akan berlanjut di hari libur. Dirinya begitu sibuk akhir-akhir ini sehingga dia tak punya waktu untuk bisa memasak sarapan.
“Deep fried, kalau begitu pilih dari restoran ya.”
Shen Qingyi menatap mata besar putrinya yang jelalatan, tahu kalau si setan kecil cerdik ini sedang berpikir lagi: “Restoran, KFC ah?”
“McDonald’s boleh juga.” Dia tak memilihnya terlebih dulu.
“Cepat dan makanlah sehingga kau bisa pergi ke sekolah bersamaku.” Shen Qingyi tak bisa berkata-kata dan meletakkan susu kedelainya langsung di hadapan putrinya.
“Pergi ke sekolah lagi, semua orang kan sedang liburan musim dingin.” Xiaoya kecil tidak senang, dirinya kasihan sekali. Kalau anak-anak lain berlibur, mereka akan tetap tinggal di rumah untuk bermain, tapi dia harus pergi ke sekolah bersama orangtuanya setiap hari.
“Aku tahu kalau kau tak mau pergi, bertahanlah sedikit lebih lama lagi,” Shen Qingyi membujuk, “Kau bisa bawa buku gambar kecil ke sekolah untuk menggambar dan ibu akan membawamu pulang setelah menyelesaikan ulangan.”
“Oh.” Xiaoya kecil tak berdaya. Dia tak mau pergi, tapi dia tak punya pilihan lain. Anak berumur lima tahun tak bisa menentang orangtua mereka.
En, dia ingin makan lebih banyak dan cepat-cepat tumbuh dewasa.
Shen Qingyi menatap putrinya yang sedang makan gorengan dan tak tahan untuk mengeluh: Barusan tadi, dia bilang dia lelah memakan makanan berminyak.
Setelah sarapan, tak ada waktu untuk membersihkan piring dan peralatan makan. Shen Qingyi memasangkan jaket penahan angin berwarna merah pada putrinya, kemudian sebuah topi kartun hitam. Diikatkannya sebuah syal secara longgar pada putrinya itu: “Xiaoya kau pergilah ke pintu dan tunggu ibu. Aku akan keluar dengan beberapa barang lain.”
“Oke.” Xiaoya kecil mengenakan sepatu kecilnya, membuka pintu dengan lihai dan berjalan keluar. Dia berdiri di gerbang halaman, menunggu ibunya keluar. Tiba-tiba, terdengar suara klakson tajam, yang menakutinya dan membuatnya terjatuh ke tanah.
“Nak, kau baik-baik saja?” si pengemudi mobil bergegas keluar dari kursi pengemudi. Dua hari terakhir ini salju turun dengan lebat dan dia takut kalau mobilnya akan jadi tidak stabil setelah mengerem. Dia takut kalau dirinya akan menabrak si anak, jadi dia pun membunyikan klaksonnya untuk membuat anak itu pergi, namun dia tak mau menakuti orang.
“Aku nggak apa-apa.” Xiaoya kecil berdiri dan menepuk-nepuk salju dari pantatnya.
“Apa sakit?”
“Nggak, nggak sakit. Aku memakai beberapa lapis celana.”
“Kamu ini, berpakaian dengan sangat baik, imut dan hangat ya?” Si gadis kecil mengenakan topi kucing kartun. Mata besarnya tampak seperti seekor anak kucing kecil.
“Xiao Chen, apa kau menabrak anak kecil?” Pintu belakang pada saat ini juga terbuka, dan seorang nenek yang mengenakan cheongsam dan mantel melangkah keluar dari mobil.
“Nyonya Besar, saya tidak menabrak,” si pengemudi langsung menjawab.
“Nenek Bai.” Saat Xiaoya kecil melihat si wanita tua keluar dari mobil, matanya berbinar dan dia pun berlari menghampiri.
“Ternyata Xiaoya.” Saat Nenek Bai melihat Xiaoya, wajah ramahnya langsung sarat dengan senyuman, “Kau sudah jadi semakin tinggi dan gemuk.”
“Aku cuma pakai banyak baju.”
“Bagus, tidak gemuk, cuma pakai banyak baju.” Meski aku tak tahu seberapa banyak seorang anak lima tahun sekarang ini begitu memerhatikan imej mereka, tak peduli apa pun yang dia lakukan, anak besar semacam itu memang tetap saja imut. Dan semakin ceria dirinya, semakin manis jadinya. Kalau saja Xiao Chuan bisa separuh saja seperti dia, separuhnya saja akan bagus ah.
“Xiaoya, apa nenek bisa mengenalkan seorang kakak kecil kepadamu?” Nenek Bai berjongkok dan bertanya pada si gadis kecil.
“Apa kami bisa main sama-sama?” Xiaoya kecil bertanya riang karena hampir tak ada anak-anak seusianya di lingkungan mereka, karenanya dia tak punya teman saat liburan musim dingin dan panas.
“Tentu saja.” Nenek Bai membuka pintu yang baru saja ditutupnya ketika Beliau keluar dari mobil. Dia menepuk seorang anak lelaki kecil yang sedang bengong di dalam dan menunggu anak itu menyadarinya sebelum mengulurkan tangannya untuk membantu anak itu keluar dari mobil. “Ini adalah cucu nenek, Bai Chuan.”
“Halo, Kakak Bai Chuan.” Xiaoya kecil berseru nyaring dan mengangkat tangannya untuk menjabat tangan seseorang. “Namaku Mu Xiaoya, ayo nanti kita main sama-sama.”
Si bocah kecil mundur selangkah, menundukkan kepalanya dan tak menatap Xiaoya kecil sejak awal hingga akhir.
“….” Xiaoya kecil tercengang. Mungkinkah kakak kecil yang rupawan ini tak menyukaiku?
“Mu Xiaoya, bukankah aku menyuruhmu menunggu di pintu? Bagaimana bisa kau malah ada di sana?” Saat Shen Qingyi tak melihat putrinya ada di pintu, dia pun kembali ke dalam rumah untuk mencarinya. Shen Qingyi jadi marah dan cemas.
“Aku… aku kemari untuk menyapa Nenek Bai.” Mu Xiaoya mengkeret dan kemudian bersembunyi di belakang Nenek Bai.
“Guru Cui, Anda sudah kembali?” Shen Qingyi juga melihat Nenek Bai dan buru-buru mengucapkan salamnya.
“Aku kembali. Kau akan pergi ke sekolah untuk mengawasi ujian, kan?” Nenek Bai juga adalah seorang guru. Beliau memperhitungkan tanggalnya dan seharusnya sekarang adalah saatnya ujian akhir.
“Ya, aku hampir terlambat. Aku akan menyalami Anda dengan benar begitu aku kembali.” Setelah itu, dia pun memanggil putrinya yang bersembunyi di belakang Nenek Bai. “Kemari, kita harus pergi ke sekolah.”
“Aku nggak mau pergi. Aku mau tetap di sini dan bermain dengan Kakak Bai Chuan.” Dengan itu, Mu Xiaoya pun memanfaatkan ketidakatentifan kakak kecil ini dan memegangi tangan si kakak kecil.
“Ini cucu Anda?” Shen Qingyi juga menyadari keberadaan Bai Chuan.
“Ya, cucu kecilku.” Nenek Bai menyukai Mu Xiaoya. Pada saat ini, Beliau berharap energi ceria Mu Xiaoya bisa memengaruhi Bai Chuan, jadi Beliau berkata, “Biarkan Xiaoya bersamaku. Saat kau pulang kerja, kau bisa datang dan menjemput dia.”
“Aku tak mau merepotkan Anda.”
“Tidak, aku menyukai dia.”
Shen Qingyi tak bersikeras lagi. Dia meninggalkan Mu Xiaoya dan berangkat ke sekolah sendirian.
Nenek Bai memegangi tangan Bai Chuan, dan Xiaoya juga memegangi tangan Bai Chuan, satu besar dan dua kecil berjalan memasuki halaman Keluarga Bai seperti sekumpulan manisan labu.
“Aku sudah tidak tinggal di sini dalam waktu lama. Pemanasnya belum dinyalakan. Nenek akan pergi menyalakan pemanasnya. Apa kau mau bermain dengan Kakak Bai Chuan di ruang keluarga sebentar?” Nenek Bai bertanya.
“Ya.” XIaoya berkata nyaring dan mengangguk dengan manisnya.
Saat Nenek Bai pergi, Xiaoya kecil penuh dengan kegembiraan dan rasa ingin tahu dan ditinggalkan berdua saja dengan Xiao Chuan kecil.
“Kakak Bai Chuan, berapa umurmu? Tahun ini aku lima tahun.”
Mengabaikan aku?
“Kakak Bai Chuan, kenapa aku belum pernah ketemu kamu? Di mana kau tinggal sebelumnya?”
Masih mengabaikan aku?
“Kakak Bai Chuan, kenapa kamu mengabaikan aku? Guru bilang tidak sopan kalau saat orang lain bertanya padamu, dan kau tak menjawab mereka.”
Ternyata, masih mengabaikan aku?
“Aku tahu, kau takut dengan orang asing ya? Tidak masalah, aku sangat kenal daerah sini. Apa kau mau membuat orang-orangan salju sama-sama? Ayo kita buat orang-orangan salju yang seganteng kamu.” Xiaoya kecil melepaskan sarung tangannya dan berlari ke tengah salju. Dia mengambil segenggam penuh salju dan kembali untuk menaruhnya ke tangan Xiao Chuan kecil.
Xiao Chuan kecil dibuat menggigil oleh hawa dingin, dan ada sedikit reaksi, dia menunduk pada salju di tangannya. Suhu tubuh anak ini tinggi dan segenggam kecil salju pun segera berubah menjadi air. Xiao Chuan kecil menatap telapak tangannya yang basah, tiba-tiba jadi agak terkejut.
Kenapa saljunya menghilang?
“Bukankah ini menyenangkan? Ayo main sama-sama.” Xiaoya kecil merasa kalau kakak kecil ini sungguh terlalu pemalu. Dia jelas-jelas menyukainya tapi tak bilang. Tapi tak masalah kalau dia tidak bilang, aku akan tarik saja dia….
Kedua bocah kecil itu, yang satu mengenakan jaket merah dan yang lainnya dengan mantel biru cerah berada di tengah-tengah salju putih, sangat menarik perhatian. Si pengemudi, Xiao Chen, masuk dari luar dengan membawa beberapa barang, namun saat dia melihat tuan muda kedua kelurganya berjongkok dan bermain di tengah salju, dia terperanjat dan memucat ketakutan, “Kenapa Tuan Muda Kedua….”
“Xiao Chen,” Nenek Bai memanggil si supir.
“Nyonya Besar.”
“Biarkan dia bermain.”
“Tapi, Tuan Muda Kedua bisa kena flu,” si supir merasa cemas.
“Tak apa-apa.” Nenek Bai juga mencemaskan kesehatan cucunya, namun dia lebih memilih membiarkan Xiao Chuan memiliki masa kanak-kanak.
“Ayo kita gulingkan bola salju seukuran ini lebih dulu dan pakai sebagai badannya.” Mu Xiaoya selesai membuat bola salju yang besar dan mulai membuat yang lebih kecil. “Kalau begitu gulingkan satu lagi yang sebesar ini sehingga bisa menjadi kepalanya.”
Xiao Chuan kecil tertegun. Dia menatap si bola merah (Xiaoya), menggulingkan sebuah bola yang tidak lebih kecil daripada dirinya sendiri. Setelah menggulingkan satu, dia menggulingkan lainnya, kemudian menumpuknya satu di atas yang lain. Xiao Chuan kecil tak tahu apa maksudnya itu, tapi di dunia salju yang putih ini, warna merah tersebut teramat menyilaukan, selalu berayun di depannya.
“Nenek Bai, apa Kakak Bai Chuan tak menyukai aku?” Xiaoya, yang sudah berusaha sejak pagi ini, belum juga bicara dengan kakak kecilnya yang rupawan, dan jadi agak frustrasi.
“Bukan, kakakmu itu sangat pemalu, jadi dia tak suka bicara,” Nenek Bai membujuk.
“Dia terlalu pemalu.”
“Ya, tapi dia bersedia bermain bersamamu, jadi itu artinya dia menyukaimu.”
“Dia tak bermain bersamaku, aku membuat orang-orangan saljunya sendiri.” Dia bahkan tak bersedia mengambilkan batu untuk mata orang-orangan salju itu.
“Tapi dia selalu bersamamu ah. Kalau dia tak suka bermain bersamamu, dia takkan berdiri di tengah salju sepanjang waktu.”
Tidaklah sulit untuk membujuk seorang anak berusia lima tahun, apalagi dengan godaan cemilan. Xiaoya kecil memalingkan wajahnya dan segera melupakan hal yang tak menyenangkan ini. Kemudian dia menghabiskan sepanjang siang dengan membaca komik di ruang belajar berpemanas. Terlebih lagi, Kakak Bai Chuan juga tak merampas keputusan akhirnya.
Sorenya, Shen Qingyi datang untuk menjemput putrinya. Xiaoya kecil dengan enggan melambaikan tangannya: “Kakak Bai Chuan, aku akan datang lagi untuk main denganmu besok.”
Tentu saja, Bai Chuan tak merespon, namun Xiaoya kecil tahu kalau Bai Chuan pemalu, jadi dia tidak marah. Keesokan paginya setelah sarapan, dia datang berlari ke sana dengan mengenakan jaket merahnya.
“Nenek Bai, aku datang untuk main dengan Kakak Bai Chuan.”
“Kakakmu masih ada di kamarnya. Aku akan panggil dia,” Nenek Bai berkata seraya tersenyum.
“Nggak apa-apa, aku akan pergi lihat apakah orang-orangan salju yang kubuat telah menghilang.” Xiaoya kecil pergi ke tempat di mana dia telah membuat orang-orangan salju kemarin. Tentu saja, akan mustahil bagi orang-orangan salju itu untuk meleleh dalam waktu semalam. Orang-orangan itu masih berdiri di sana, tapi bahkan bila dia tak meleleh, hal itu tak menghentikan Xiaoya kecil untuk membuat satu lagi.
Tapi apa gumpalan yang ada di samping orang-orangan salju itu?
“Kakak Bai Chuan?” Saat dia mendekat, Xiaoya kecil menemukan bahwa gumpalan kecil di samping si orang-orangan salju adalah Bai Chuan yang mengenakan jaket putih dan topi putih.
“Kenapa kau bisa berjongkok di sini?” Xiaoya kecil melihat bahwa Bai Chuan berselimutkan salju, jadi dia tak bisa menahan diri untuk mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk salju darinya. Ketika dia menepuk-nepuk Bai Chuan, dia bisa lihat dalam sekejap saja bahwa Bai Chuan sudah berjongkok di luar sini selama beberapa waktu.
Xiao Chuan kecil tak bergerak ataupun menatap Xiaoya kecil, seakan dirinya sendiri adalah orang-orangan salju.
“Aku tahu, kau sedang pura-pura jadi orang-orangan salju, kan?” Xiaoya tiba-tiba mendapat ide. Mereka membaca komik kemarin siang dan sudah melihat plot seperti itu. Si anak membuat orang-orangan salju, menciumnya, dan orang-orangan salju itu pun hidup.
“Aku akan cium.” Xiaoya kecil sudah akan menciumnya, tapi tiba-tiba kakinya terpeleset, dan dia pun langsung jatuh menimpa Xiao Chuan yang ber-COS (T/N: maksudnya cosplay) sebagai orang-orangan salju.
Xiao Chuan kecil kembali pada kesadarannya, berdiri tanpa suara, berbalik, dan berjalan ke dalam rumah.
“Kakak Bai Chuan, tunggu sebentar, aku belum menciummu. Kau masih tak bisa bergerak, kau masih jadi orang-orangan salju~~” Xiaoya kecil mengerahkan upaya dalam jumlah besar untuk mengejarnya hingga dia bisa masuk ke dalam kehidupan yang lainnya.
————
Versi Inggris bisa dibaca di: www.novicetranslations.com/my-husband-with-scholar-syndrome-extra-2/