My Whole Family are Villains - Chapter 6 Part II
Setelah 20 menit, kereta sampai di stasiun kota B. Ketika kakinya mendarat di tanah setelah mereka turun dari kereta, Su Bei lega. Tuhan tahu betapa gugupnya dia sepanjang jalan. Tiap kali dia mendengar suara langkah kaki di dalam kereta, dia seperti burung yang terkejut, dia takut bahwa kru kereta akan tiba-tiba datang memeriksa tiket mereka.
Sekarang baik-baik saja, mereka akhirnya sampai!
Meremas dua tiket kereta di tangannya, dia tidak punya banyak waktu untuk berbahagia. Tepat pada saat itu dia melihat beberapa staf stasiun bersama seorang pria memakai seragam polisi mendekat dan berhenti di depan mereka.
“Permisi, tolong tunjukkan tiket kalian kepada kami.”
“Tidak punya tiket?”
“Ini…”
Polisi itu mengambil tiket dari Su Bei. Dia melihat informasi yang tertulis di sana, kemudian mengamati dua anak di hadapannya.
“Liu Xiaohong? Zhang Erniu? Apa itu nama kalian?”
“Ya.” Nadanya lebih tinggi secara tak sadar.
“Kalian berusia 88 tahun?”
“…” Su Bei tidak bisa menjawab.
Melihat sikapnya, mata si polisi berkilat. “Kalian berdua, ikutlah bersama kami.” Dia membawa Su Bei dan Su Xiaobao ke pos polisi di stasiun untuk interogasi lebih jauh.
“Kalian berangkat dari Provinsi N?”
“Ya.”
“Dimana kalian membeli tiket ini?”
“Beli dari seorang calo.”
“Kau tahu mereka adalah calo, tapi masih berani membelinya? Apa kalian tidak tahu cara reguler untuk membeli tiket?”
Jika bukan karena teman mereka yang menangkap sekelompok calo, mereka tidak akan tahu bahwa dalam regu ini akan memiliki dua penumpang dengan tiket yang bermasalah. Di atas itu, mereka sebenarnya adalah dua orang anak. Sistem pengecekan tiket di sebuah provinsi kecil tidak terlalu ketat, jadi kecacatan yang jelas tidak ditemukan di sana, membuat anak anak ini bisa naik kereta.
“Siapa nama kalian? Nama asli.”
“Su Bei.”
“Su Xiaobao.”
“Umur?”
“14.”
“Apa kalian punya kartu identitas?”
Su Bei menggelengkan kepalanya.
“Bagaimana dengan KK?”
Su Bei menggelengkan kepalanya lagi. Kemudian dia mengeluarkan sebuah catatan dengan cap komite desa mereka dari tas sekolahnya, dan menyerahkannya kepada polisi. Setelah membaca isi catatan tersebut, polisi itu menatap Su Bei dan Su Xiaobao. “Kalian bahkan tidak memiliki KK?”
“Untuk sementara.” Su Bei menanggapi.
Pada tahun itu, Nenek Wang memutuskan untuk membesarkan si kembar, tapi tidak mempertimbangkan masalah KK. Di desa mereka, ada banyak anak tanpa KK. Di beberapa tahun kemudian, satu demi satu menyelesaikan masalah ini. Sayangnya, giliran Su Bei dan Su Xiaobao baru tiba setelah kematian Nenek Wang. Jadi menciptakan masalah lain. Jika mereka sudah didaftarkan, maka Su Bei tidak perlu menghabiskan begitu banyak uang untuk membeli tiket dari seorang calo.
“Apa yang kalian lakukan di Kota B?” Kabur dari rumah? Bertemu kawan online?
Melihat dua anak itu tetap diam, si polisi langsung melanjutkan: “Bagaimana dengan keluarga kalian? Apa kalian punya kontak informasi wali kalian?”
“Tidak ada.”
“Apa?”
“Wali kami sudah meninggal dunia.”
“Jadi jalian berdua bukan hanya tidak memiliki KK, bahkan wali kalian meninggal dunia?” Si polisi sekali lagi mengkonformasi jawaban mereka. Karena dia jarang menemui kasus sulit seperti itu, dia tidak bisa tidak mengernyit.
Pada saat ini, Su Bei berbicara lagi: “Mengenai itu, paman, kami masih punya ayah, kami pergi ke Kota B hanya untuk menemuinya.”
Jika dia tidak bicara, kemungkinan besar mereka akan dikirim kembali.
“Kau bilang ayah kalian ada di Kota B?”
“Ya. Sebelumnya kami tinggal bersama nenek kami di desa. Sebelum ia meninggal, ia menyuruh kami untuk pergi ke Kota B untuk menemukam ayah kami.”
Pernyataan Su Bei juga masuk akal dan lebih pas dengan kebanyakan akan yang ditinggalkan. Ketika polisi itu menatap Su Bei dan Su Xiaobao lagi, ada sedikit simpati di dalam matanya: “Jangan khawatir, jika ayah kalian ada di Kota B, paman pasti akan membantu kalian menemukannya.
“Apa kalian tahu siapa nama ayah kalian?”
“Qin Shao.”
Qin Shao? Nama itu terdengar tidak asing.
Si polisi memasukkan nama ‘Qin Shao’ ke sistem keamanan publik, sejumlah 236 hasil pencarian muncul.
“Apa kalian punya informasi lain? Misalnya, dimana KK nya terdaftar, dan dimana tempat kerjanya?”
“KK nya seharusnya terdaftar di Kota B, dan dia bekerja di Qin Group.
Setelah dia mengulangi pencarian dengan tambahan petunjuk dari Su Bei, hasil pencarian yang muncul membuatnya tertegun.
Pantas saja nama itu terdengar tidak asing.
—-Hanya ada satu orang bernama Qin Shao yang bekerja di Qin Group dan itu adalah kepala Qin Group! Tuan Qin yang terkenal dari Kota B!
Wajah polisi itu menggelap. Kemudian dia menatap Su Bei dan Su Xiaobao. “Jika kalian benar-benar ingin menemukan ayah kalian, kalian harus memberiku informasi yang asli. Jika kalian terus berbohong, maka kami hanya bisa…”
“Semua yang kukatakan itu benar.” Setelah dia selesai berbicara, Su Bei menjawab dengan ekspresi serius. “Aku juga tahu alamat rumah ayah. Dia tinggal di distrik Shangcheng di Kota B…”
Polisi itu secara tidak sadar membandingkan alamat yang diberikan oleh Su Bei dengan informasi Qin Shao yang ada di sistem keamanan publik.
Persis sama.
Seseorang seperti Qin Shao tidak akan membeberkan informasi seperti itu seperti lokasi KK dan alamat rumah kepada publik. Jadi tidak mungkin anak-anak ini berkata omong kosong dari informasi yang mereka temukan di internet dengan santai. Jadi hanya ada satu kemunkinan -mereka tidak berbohong.
Ketika polisi itu menatap Su Bei dan Su Xiaobao lagi, ekspresinya berubah. Awalnya dia hanyalah menginvestigasi kasus pembelian tiket kepada calo saja, tapi dia tidak mengira akan menemukan dua anak yang ditinggalkan mencari ayah mereka. Kemudian dia berniat membantu dua anak yang ditinggalkan ini untuk menemukan ayah kandung mereka, tapi tidak mengira akan terlibat dalam drama romantis dunia nyata!
T/N : Selamat buat kalian yang lulus SNMPTN😘😘 Akhirnya Cungi bakalan punya adek tingkat😎😎 Yang ikut SBM UM atau seleksi ikatan dinas, Semangat ya!!😘😘