Nirvana In Fire - Chapter 173
Sehari setelah ulang tahun Kaisar, Divisi Mahkamah Dalam mengeluarkan sebuah dekrit resmi, memerintahkan Pangeran Ji, Yan Que, dan Ye Shizhen menjadi pejabat pemimpin untuk menyelidiki ulang kasus pemberontakan Chiyan. Mengenai kasus ini, yang dahulu pernah teramat mengguncang seluruh Liang Yang Agung, ada banyak pihak yang dahulu simpatik dan menyimpan keraguan, namun akibat ancaman dari yang berkuasa serta tekanan intens, kesemuanya ini ditekan selama tiga belas tahun lamanya. Setelah pengakuan dari Xia Jiang dan pemeriksaan mendalam pada kasusnya, detil-detil pembantaian di Meiling pun terungkap sedikit demi sedikit. Kesedihan dan rasa geram dari semua tingkat masyarakat serta seluruh lapisan rakyat bertumbuh dan menjadi semakin intens hingga mencapai titik didih.
Nie Feng, Nie Duo, dan Wei Zheng dibawa oleh Xiao Jingyan untuk memberikan pernyataan saksi mata mereka dan memulihkan kembali identitas mereka. Menemukan saat paling tepat dan cara paling alamiah bagi mereka untuk muncul kembali bukanlah urusan sederhana. Sesuai dengan kebiasaannya, Mei Changsu tentu saja ingin mengerahkan pikirannya untuk merencanakan hal ini, namun kali ini, Lin Chen dan Xiao Jingyan secara kebetulan memiliki pemikiran yang sama dalam hal ini. Yang satu mengeluarkan perintah sebagai tabibnya, sementara yang lain menyela sebagai seorang teman, jadi urusan itu pun pada akhirnya diuraikan secara mendetil oleh para ahli strategi di antara bawahan-bawahan terpercaya sang Putra Mahkota, tak membiarkan Mei Changsu ikut campur, hanya membuatnya terus mendapat kabar harian tentang kemajuannya. Sejauh yang memungkinkan, mereka melindungi dirinya dari gangguan-gangguan yang melanda di dunia luar supaya dia bisa menunggu hasil finalnya dengan batin yang tenang.
Pada pertengahan bulan kesembilan, proses penyelidikan kembalinya pun terselesaikan, namun karena kasus ini memiliki implikasi yang jauh, maka ini bukan sekedar masalah memperbaiki keputusan, sehingga urusannya jadi mengulur selama lebih dari setengah bulan ketika detil-detil dari perbaikannya, dan juga kompensasi bagi orang-orang yang selamat serta dukungan keuangan untuk keluarga mereka, dan juga urusan-urusan lain semacam itu terselesaikan.
Pada tanggal empat bulan sepuluh, Putra Mahkota membawa tiga orang pejabat pemimpin menuju ke istana untuk menemui sang Kaisar, tetap berada di sana sejak pagi buta hingga larut malam. Dua hari kemudian, Divisi Mahkamah Dalam mengeluarkan tiga dekrit kekaisaran. Pertama, membersihkan nama Pangeran Qi, Lin Xie, dan tiga puluh dua pejabat sipil dan militer lain yang terlibat dari tuntutan kriminal merencanakan pemberontakan besar, mendeklarasikan fakta-fakta atas ketidakadilan ini hingga ke tempat yang jauh. Kedua, memerintahkan agar jenazah-jenazah Selir Chen, Pangeran Qi, serta seluruh keturunan langsungnya dipindahkan ke makam kekaisaran, dan membangun kembali aula leluhur dari Klan Lin demi memulihkan kembali ritual persembahan kepada yang telah wafat dari kedua keluarga; untuk mengembalikan posisi dari semua orang yang selamat ke tempat semula dan menghadiahi mereka; memerintahkan Kementerian Ritual mendiskusikan berbagai macam kompensasi besar untuk membantu keluarga-keluarga dari yang telah meninggal yang telah mengalami ketidakadilan. Sebuah upacara besar-besaran dijadwalkan pada tanggal dua puluh bulan sepuluh, ketika sebuah altar spiritual akan dipasang di kuil rumah tangga kekaisaran, dan sang Kaisar akan memimpin ratusan pejabat untuk memberikan persembahan dengan tangannya sendiri demi menenangkan jiwa-jiwa dari mereka yang telah meninggal. Ketiga, si pimpinan konspirator, Xia Jiang, Xie Yu, dan para sekutu mereka dipidana atas kejahatan besar pemberontakan, dan dijatuhi hukuman mati dengan diiris ribuan kali. Karena Xie Yu sudah mati dan tidaklah mungkin untuk mengeksekusi dia, setelah dipertimbangkan, kesembilan cabang klannya pun terkena hukuman dan disapu bersih kecuali untuk Putri Agung Liyang dan ketiga anaknya yang mendapat jasa dengan melaporkannya terlebih dahulu.
Ketiga perintah ini kurang lebih telah memastikan pembalikan dari tuntutan kasusnya, dan langkah selanjutnya adalah untuk merencanakan dan menerapkannya ke berbagai kementerian, departemen, serta kantor-kantor administrasi lokal. Pada tanggal dua puluh bulan sepuluh, upacara persembahan pun diadakan sesuai jadwal. Untuk menunjukkan rasa hormat, baik Kaisar maupun Putra Mahkota mengenakan topi polos yang terbuat dari kain, menyalakan dupa dengan tangan mereka sendiri di hadapan papan-papan arwah dan membakar kertas-kertas doa, mempersembahkannya ke Langit. Pada hari itu langit mendung, dan atmosfernya serius. Setelah Kaisar Liang menambahkan dupa dan lilinnya, Beliau pun menangis di depan semua orang untuk menunjukkan penyesalan atas kesalahannya sendiri. Meski Xiao Jingyan tak pernah mengharapkan sang Kaisar sampai berbuat demikian, dia tak terkejut. Dia hanya mengatakan sesuatu yang sopan untuk menenangkan Beliau, namun tidak ikut serta dalam pertunjukan penuh air mata yang dilakukan ayahandanya demi menumbuhkan rasa simpati. Dan kesemuanya itu memang jelas adalah ‘hangat-hangat tahi ayam’. Beberapa hari setelah upacara persembahan, Beliau tak pernah lagi menyebut-nyebut soal menyesali kesalahannya.
Selama periode ini, Mei Changsu telah mengalami serangan lain karena hawa dingin. Kondisinya kali ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan ketika dia mengalami gejala serupa sebelumnya. Karena jelas memang efektif, Tabib Yan pun mulai mengikuti pengarahan perawatan dari Lin Chen. Semua orang merasa gembira dan penuh syukur, membuat Tuan Lin yang Hebat merasa sangat puas dengan dirinya sendiri dalam waktu lama.
Xiao Jingyan pada saat ini secara mendasar telah mengambil alih pekerjaan mengatur urusan-urusan negara dan menjadi semakin sibuk saja. Tetapi ketika dia punya waktu luang, dia akan langsung menaiki kudanya untuk mengunjungi sahabat baiknya di Kediaman Su. Setelah aula leluhur Klan Lin dibangun ulang, diam-diam dia membuat pengaturan khusus untuk Mei Changsu, sebagai putra dari klan itu, untuk melakukan upacara persembahan formal bagi mereka untuk pertama kalinya. Kecuali pada hari itu, papan nama kecil dari kayu yang bertuliskan ‘Tempat Lin Shu’ akan selamanya tetap berada di kedalaman dingin nan terpencil dari aula leluhur, mengambil tempat yang telah diperkirakan yang lainnya, dan Xiao Jingyan akan selalu merasakan sakit yang bagai merenggut jantung setiap kali dia melihatnya.
Berkebalikan dengan emosi campur aduk sang Putra Mahkota dari Istana Timur, Lin Chen, yang tak pernah mengenal Lin Shu, hanya merasakan kegembiraan yang tak tergoyahkan. Bagaimanapun juga, Mei Changsu akhirnya telah mencapai keinginan terbesar dalam hatinya, dan sejauh yang dipedulikan oleh tabibnya itu, ini adalah sebuah kesempatan yang harus diambil.
“Changsu, kenapa semakin dekat kita dengan titik waktu akhir ini, kau jadi tampak semakin damai?” tanya Lin Chen gembira setelah pemeriksaan rutinnya atas nadi Mei Changsu. “Aku mulanya berpikir kalau pada saat di Balairung Jin itu akan menjadi sebuah momen besar bagimu dan tak menyangka kalau kau tampak sangat baik saat kau kembali, hanya saja wajahmu agak pucat, napasmu agak terengah, nadimu agak kacau, dan kau sedikit gemetar.”
“Ini yang disebut sebagai ‘tampak sangat baik’?!” Li Gang yang berdiri mendampingi tak bisa menahan diri atas keinginan untuk meludahi yang bersangkutan.
“Jangkauannya telah mengalami peningkatan,” ucap Lin Chen, tak memedulikannya, “Sedikit memulihkan diri, dan dia sudah segar-bugar. Kau harus mengerti kalau yang paling kutakuti adalah bila kau pada akhirnya akan melepaskan napas yang telah kau tahan itu dan mati di dalam kerumunan orang itu. Itulah yang akan kusebut sebagai ‘tidak bisa melakukan apa-apa soal hal itu’.”
Mei Changsu menarik pergelangan tangannya, menyelipkannya kembali ke dalam lengan bajunya, dan tertawa seraya berkata, “Mungkin ini seperti yang telah Jingyan katakan. Kita telah mempersiapkannya dengan baik terlebih dahulu. Semakin besar persiapan kita, semakin yakin kita pada hasilnya dan semakin berkurang kegelisahan yang kurasakan di dalam hati. Proses bertahap yang telah kubuat selama tiga belas tahun terakhir ini, sedikit demi sedikit, telah memampukanku untuk sedikit bersantai, sampai-sampai ketika harinya tiba, semuanya hanya masalah menyaksikan pemenuhan dari keinginan terbesarku dengan mata kepalaku sendiri. Karena hasilnya kini berada dalam genggamanku, apa yang mungkin bisa menggangguku secara emosional?”
“Itu bohong,” dengus Lin Chen. “Aku memujimu dan kau ikut saja, kau kira aku benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi? Kau telah berhasil bertahan, bukan karena kau tidak terganggu secara emosional, namun karena kau belum sepenuhnya melepaskan napas yang telah kau tahan. Aku tahu cara pikirmu. Kau tak memiliki kepercayaan diri sedikit pun pada tubuhmu. Kau takut, kau takut kalau persis ketika semua orang akhirnya bisa gembira, kau tiba-tiba tak mampu bertahan, bahwa dalam waktu semalam, acara bahagia tiba-tiba menjadi pemakaman, menyebabkan teman-temanmu beralih dari kebahagiaan eksttrim menjadi kesedihan ekstrim dan mengalami rasa sakit yang hebat, benar kan? Kau merasa bahwa akan lebih baik bila menunda kematian selama beberapa bulan daripada mati persis setelah kasusnya dibalikkan, supaya pengaruhnya pada semua orang akan jadi sedikit berkurang, benar kan?”
“Tuan Muda Lin,” ekspresi Li Gang berubah. “Kenapa Anda bicara sekasar itu? Apa itu mati dan hidup. Kenapa Ketua kami tak mampu bertahan?”
“Kau tahu,” Lin Chen melambaikan tangannya dan melontarkan tatapan pada Li Gang, “Kalian semua, jangan cuma melihat pada siapa dirinya dan berlaku dengan begitu hati-hati di sekitarnya, menghindari topik itu seakan itu adalah hal tabu. Tidak membicarakan kebenarannya dan menyembunyikan kecemasan kalian, hal itu mungkin akan baik bagi beberapa pasien, tapi bagi dia… kalian semua lebih baik berhenti sajalah. Apa yang bisa kalian sembunyikan dari kristal rapuh kecil yang tersayang ini? Kalian hanya menipu diri kalian sendiri dan orang lain, membebani hati semua orang, tak ada baiknya bagi siapa pun!”
“Tapi… tapi….” Li Gang yang biasanya pandai bicara secara tak disangka-sangka jadi kehilangan kata-kata setelah ditegur demikian. Meski dia tak terlalu setuju dengan Lin Chen, dia hanya bisa menatap pria itu dengan membisu.
Mei Changsu menimang secangkir teh panas di tangannya, tak berkata-kata selama beberapa saat sebelum perlahan berujar, “Apa yang ingin kau katakan?”
“Yang ingin kukatakan adalah kau sekarang hanya perlu melakukan satu hal. Bersantai. Percayalah kepadaku,” Lin Chen tersenyum lebar dan bergeser untuk berdiri di hadapan Mei Changsu. “Berhentilah memasang batasan untuk dirimu sendiri, berhenti bertanya-tanya apakah kau bisa bertahan untuk lima bulan lagi, atau sepuluh bulan lagi. Selama kau berusaha sebaik mungkin, aku juga akan berusaha sebaik mungkin, bagaimana?”
Mei Changsu balik menatapnya tanpa bersuara. Ini adalah salah satu momen langka ketika Lin Chen bersikap serius, tanpa secercah pun senyum di wajahnya. Terkadang, komunikasi di antara kedua orang cerdas itu tak selalu membutuhkan kata-kata. Setelah sejenak kesunyian yang tenang, Mei Changsu menundukkan kepalanya dengan suara “Ng” rendah.
“Lalu mengenai rencanamu untuk meninggalkan Ibu Kota, aku tak keberatan,” ujar Lin Chen seraya tertawa. “Gunung-gunung yang indah dan sungai-sungai yang jernih cocok untuk memulihkan diri. Ibu Kota terlalu semrawut dan rumit, dan tidaklah mudah untuk menemukan kedamaian. Mari kembali ke Gunung Langya. Pemandangan terbaik di dunia ini masih menjadi milik Gunung Langya-ku.”
“Ya, kita bisa,” ujar Mei Changsu seraya tersenyum kecil. “Cuaca musim gugur yang bersih dan menyegarkan akan bagus untuk tamasya. Tapi kita harus memberitahu Jingyan sebelum kita pergi. Kalau kita tiba-tiba menghilang, imajinasinya akan menjadi liar.”
“Ketua, apa Ketua akan membawa kami bersama dengan Anda?” tanya Li Gang buru-buru.
“Kenapa aku perlu membawa kalian semua bersamaku?” Mei Changsu menaikkan alisnya. “Meski kalian semua tak memiliki keluarga untuk dicemaskan dan tak mau kembali pada identitas semula kalian untuk menerima hadiah dari pemerintah, kalian tidak harus terus mengikutiku ke mana-mana kan? Aliansi Jiangzuo masih punya banyak urusan yang memerlukan perhatian. Jangan katakan padaku kalau kalian berniat meninggalkan semua itu padaku? Aku hanya akan membawa serta Fei Liu. Sisa dari kalian semua harus kembali ke Langzhou.”
Li Gang langsung merespon gugup, “Ketua, Fei Liu hanya seorang anak kecil. Dia takkan tahu bagaimana cara untuk merawat Anda!”
“Bukankah masih ada Lin Chen?”
“Kumohon, Ketua, Tuan Muda Lin… Kalau Anda tidak perlu merawat dia, itu sudah bisa dianggap sebagai hal yang bagus….”
“Hei,” Lin Chen merespon tidak senang, “Apa maksud kata-katamu itu?”
Li Gang mengabaikannya dan berlutut di hadapan Mei Changsu dengan bunyi ‘bluk’, berkata keras kepala, “Ketua, tak peduli apa pun yang terjadi, Anda harus membawa Zhen Ping atau saya bersama Anda. Kalau Anda pergi hanya dengan seorang anak dan seseorang yang tak punya pengendalian diri, kami takkan pernah setuju!”
Lin Chen menggenggam kipas lipat dan mengetuk kepala Li Gang, menghardiknya, “Apa yang kau pikirkan? Dialah Ketuanya. Kau harus pergi kalau dia menyuruhmu kembali untuk menangani urusan-urusan Aliansi Jiangzuo. Siapa yang berani menentang? Kalau kau masih berpikir untuk pergi berkelana bersamanya, itu cuma mimpi di siang bolong. Takkan pernah terjadi. Kembalilah ke Langzhou dan abdikan hidupmu pada aliansi. Kalau ada orang yang semestinya ikut bersama kami, maka orang itu adalah Gong Yu. Dia adalah satu-satunya yang bisa!”
Sebelum Li Gang bisa bereaksi, Mei Changsu langsung duduk tegak dan berkata, “Lin Chen, apa yang kau katakan….”
“Inilah yang terbaik untuk kedua dunia!” Lin Chen berkata penuh semangat, “Mereka bilang aku tak punya pengendalian diri dan takkan pernah setuju membiarkanmu pergi tanpa ditemani. Jadi kita tak bisa mengecewakan mereka, kan? Tapi Li Gang dan Zhen Ping akan menjadi sangat sibuk. Seperti yang kau katakan, Aliansi Jiangzuo masih punya banyak urusan yang memerlukan perhatian! Jadi, tentu saja, Gong Yu adalah pilihan yang paling sesuai. Li Gang, pergi dan beritahu Gong Yu lalu minta dia bersiap-siap.”
Kali ini Li Gang merespon dengan cepat, dan dia pun menghilang setelah menyuarakan persetujuannya. Mei Changsu memelotot galak pada Lin Chen, berkata, “Berhenti membuat masalah. Kalau kau benar-benar ingin membawa seseorang, ada banyak yang bisa dipilih. Apa kau tahu betapa tidak leluasanya bila membawa wanita?”
“Wanita itu lebih perhatian. Lagipula, Li Gang sudah memberitahunya. Kalau kau menolak untuk membawanya sekarang, dia akan sangat terluka,” ujar Lin Chen, wajahnya berbinar. “Sudahlah, anggap saja kau membawa seorang gadis pelayan. Kau terlahir sebagai putra bangsawan, jangan katakan padaku kalau tak pernah ada seorang pun gadis pelayan yang meladeni di sekitarmu.”
Mei Changsu tak menentang lebih jauh lagi untuk saat ini. Li Gang sudah pergi, jadi sepertinya tak ada jalan keluar dari hal ini. Kalau dia terus bersikeras tak mau membawa Gong Yu bersamanya, gadis itu kemungkinan besar akan tetap mengikutinya secara diam-diam, yang mana akan membuat segalanya jadi lebih canggung lagi. Akan lebih baik bila tetap tenang sehingga semua orang bisa berhubungan dengan baik seperti biasanya.
Ketika dia melihat Mei Changsu menyerah pasrah, kegirangan Lin Chen pun bertumbuh. “Biar kukatakan padamu, aku sudah merencanakan semuanya. Pertama-tama, kita akan pergi ke Danau Fuxian di Houzhou untuk mencicipi teh Xianlu. Dua hari kemudian, kita akan pergi ke tempat Mahaguru Qin untuk menyantap makanan vegetarian dan berlatih kultivasi di sana selama setengah bulan, kemudian menyusuri sungai menuju Ngarai Xiaoling yang puncak gunungnya bersinar dengan cahaya Buddha, yang mana pasti akan kita lihat bila kita terus menatapnya selama sepuluh hari. Kemudian, kita akan meneruskan ke Jurang Fengqi untuk melihat monyet. Kita sudah lama sekali tak bertemu dengan Wei Ming, Zhu Sha, dan Qing Lin, jadi kita harus mengundang mereka di perjalanan. Bukankah kau suka memakan kacang mabuk buatan neneknya Ding Zhen? Ayo minta dua guci sebelum kita kembali ke Gunung Langya….”
“Baiklah, baiklah,” Mei Changsu mengangkat kedua tangannya dengan sikap menyerah. “Lin Chen, berdasarkan dari jadwal perjalananmu, bukankah akan butuh lebih dari setengah tahun sebelum kita tiba di Gunung Langya?”
“Apa salahnya bila kita membutuhkan lebih dari setengah tahun?” Lin Chen menatap tajam padanya, “kenapa kau menghitung waktunya? Apakah ada manfaatnya bila melakukan hal itu? Percayalah kepadaku. Kita hanya perlu mengikuti rute ini. Apakah kita pada akhirnya akan bisa kembali ke Gunung Langya atau tidak, itu bukan sesuatu yang perlu kita pikirkan, kan?”
Mei Changsu membalas tatapan Lin Chen, dan kehangatan pun memenuhi hatinya. Dia memahami niatan Lin Chen, dan karenanya, tak perlu lagi ada basa-basi.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan menyerahkan segalanya kepada si Tabib Mongolia. Dalam dua hari lagi, aku akan memberitahu Jingyan, kemudian kita akan berangkat sama-sama.”
Lin Chen tertawa sepenuh hati dan melompat berdiri, menepuk-nepuk bahu Mei Changsu beberapa kali sebelum memelesat keluar dengan ceria ke halaman, berseru keras, “Fei Liu Cilik, cepat kemari. Kau akan pergi dengan Kakak Lin Chen!”
Fei Liu, yang sedang bertengger di dekat sebuah sarang burung dan menghitung anak burung di dalamnya langsung terlonjak ketakutan dan terjatuh dengan bunyi gedebuk. Lin Chen menertawainya. Bibi Ji tertawa juga, dan Li Gang, Zhen Ping, serta Gong Yu yang telah berlari mendekat juga ikut tertawa. Mendengar hal ini, bahkan Mei Changsu juga tak bisa menahan diri untuk menggelengkan kepalanya dan tertawa di sisi lain jendela.
Orang-orang di Kediaman Su begitu ceria dan ringan hati hari ini. Beberapa telah melepaskan beban berat dari diri mereka, beberapa penuh harap, namun semua orang ingin tertawa riang, berharap momen ini akan bertahan selamanya.
Namun pada saat itu, baik Mei Changsu dengan semua rencananya yang tersusun rapi, juga Lin Chen dengan pandangan jelasnya atas dunia, tak ada yang bisa meramalkan kalau dalam waktu dua hari ke depan, beberapa laporan mendesak akan datang secara terburu-buru di Ibu Kota, bagaikan gelegar guntur di langit Liang Yang Agung.
———
Versi Inggris bisa dibaca di: langyanirvana.wordpress.com/2020/12/01/chapter-173-righting-wrongs/