Please Confess To Me - Chapter 3
Su Hang membawa sarapan mereka ke dapur dan meletakkan makanan di piring yang cantik. Setelah menyelesaikan semuanya, dia membawa piring-piring itu ke meja makan. Su Huang ragu-ragu, bingung entah dia harus naik untuk memanggil Shen Xi turun makan atau tidak. Tapi saat itu, Shen Xi sudah menuruni tangga secara perlahan, mengenakan gaun krem bersulam renda.
“Pagi.” Shen Xi melihat Su Hang di samping meja dan tersenyum seperti biasa, mengangguk.
“Pagi.” Setelah beberapa saat terkaget-kaget, Su Hang berbalik dan menunjuk ke makanan di atas meja, “Aku sudah menyiapkan sarapan.”
Shen Xi berjalan menuju meja. Dia melihat sarapan yang mewah dan menjawab, “Kelihatannya enak.”
“Bagus kalau kamu menyukainya.” Su Hang menyerahkan beberapa sumpit padanya dari seberang meja.
“Terima kasih,” Shen Xi menerima sumpit dan mengucapkan terima kasih dengan sopan.
“Sama-sama.” Su Hang juga menjawab dengan sopan.
Tunggu, ada yang salah di sini! Shen Xi duduk dan memikirkan situasi saat dia mulai makan. Dia telah menikah dengan Su Hang selama lima tahun. Ketika Su Hang menyerahkan sepasang sumpit, dia biasanya mengucapkan terima kasih dengan sopan, dan sama seperti pria yang dinikahinya selama lima tahun, orang di depannya juga menjawab dengan sopan.
Hari demi hari, dalam lima tahun itu, pembicaraan mereka selalu seperti ini. Shen Xi tidak pernah banyak berpikir tentang itu. Sekarang dia tiba-tiba menyadari. Kalau di hari pertama pernikahan mereka, bahasa yang sopan dan formal seperti itu masih dapat dimengerti. Tapi setelah lima tahun bersama dan cara bicara mereka masih tetap sama: sopan, seolah bicara pada tamu. Itu aneh!
Saat Shen Xi merenungkan ini, dia tanpa sadar menatap pria yang sedang sarapan di seberangnya.
Su Hang sudah sejak lama memperhatikan tatapan Shen Xi. Awalnya dia pura-pura tidak tahu dan meneruskan makannya. Tapi setelah beberapa saat, mata Shen Xi masih tetap tertuju padanya dan membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi sebagai seorang pengusaha yang mapan, Su Hang tentu saja tidak akan mengingatkan Shen Xi dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman. Maka ketika dia meletakkan sumpitnya dan menyeka mulutnya dengan serbet, dia bertanya, “Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?”
“Ah?” Shen Xi mengerjapkan mata. Dia tadi tenggelam dalam pikiran dan tanpa sadar menatap Su Hang. Pertanyaan ini tiba-tiba membuatnya bingung, tapi Shen Xi tersenyum dan menjawab dengan tenang, “Pagi ini, aku melihat keluar balkon dan melihat seekor anjing di halaman luar.”
“Kamu melihatnya?” Su Hang tertegun.
“Hmm.” Shen Xi mengangguk.
“Itu anjing Li Qingyuan. Dia sedang keluar untuk perjalanan bisnis, jadi dia minta aku merawat anjingnya untuk beberapa hari. Dia akan datang sore ini untuk membawanya pergi.” Su Hang menjelaskan, ekspresinya tidak berubah saat dia berbohong.
“Li Qingyuan?” Shen Xi bingung, tapi dia tidak pernah akrab dengan Li Qingyuan. Jadi, dia tidak tahu pria itu punya anjing atau tidak.
“Iya.” Su Hang mengangguk.
“Oh.” Shen Xi tidak lagi memikirkannya dan tersenyum, “dia sangat manis.”
“Manis?” Su Hang berhenti, keterkejutan terlihat di matanya. “Bukankah kamu tidak suka anjing?”
“Dari mana kamu tahu kalau aku tidak suka anjing?” Shen Xi berhenti di tengah menyendok bubur dan menatapnya dengan aneh.
“Yah…” Su Hang berusaha bersikap normal ketika menjelaskan, “kudengar kamu pernah digigit anjing sebelumnya, jadi aku kira kamu takut pada anjing.”
“Jadi, kamu tahu tentang itu.” Shen Xi tersenyum, lalu berkata: “aku masih kecil saat itu, kurasa sekitar lima tahun saat aku digigit.”
Su Hang ingin mengatakan bahwa dia tahu. Dia tahu kalau Shen Xi saat itu memakai mantel kelinci berbulu dan kepalanya dikepang dua hingga terlihat seperti tanduk domba. Bahwa saat dia digigit, dia menyusut ke dalam pelukannya dan menangis cukup lama. Saat terkenang ini, wajah Su Hang melembut.
“Sebenarnya, aku tidak benci anjing. Setelah aku digigit memang takut untuk sementara waktu, tapi aku baik-baik saja sekarang. Aku tahu anjing domestik tidak menggigit orang dan sangat patuh pada keluarganya.”
Setelah Shen Xi menjelaskan, Su Hang mengangguk serius, mengambil sumpitnya dan meneruskan makannya.
Keduanya tidak berbicara lagi dan menyelesaikan sarapan dalam diam. Kenyataannya, dalam lima tahun ingatan yang dimiliki Shen Xi, sarapannya dengan Su Hang biasanya selalu sangat tenang. Kecuali ada sesuatu yang istimewa yang terjadi, mereka berdua pada dasarnya tidak berbicara ketika sedang makan. Mereka Saling menghormati batas satu sama lain, tidak saling mengganggu, berinteraksi dengan sangat sopan.
Shen Xi tidak pernah memikirkan waktu sarapan mereka bersama. Sampai suatu hari dia bangun kesiangan dan sudah lewat dari jam 9 pagi. Saat turun di lantai bawah, dia melihat seseorang yang seharusnya sudah sejak tadi mulai bekerja di kantornya. Dia duduk di sofa ruang tamu, dengan sekretaris di sisinya dan menatap pada Shen Xi seolah-olah Shen Xi adalah penyelamatnya.
“Nyonya, Anda sudah bangun. Cepatlah sarapan.” Sekretaris Fang Yu tampak bersemangat.
Shen Xi tidak benar-benar merasa lapar tetapi melihat Sekretaris Fang Yu begitu bersemangat, dia tidak tega untuk menolak. Ditambah dengan fakta bahwa makanan sudah siap di atas meja, dia menyetujuinya dan duduk di meja.
Saat dia duduk, Su Hang meletakkan komputernya dan duduk di seberangnya.
“Kamu belum makan?” Shen Xi sedikit terkejut.
“Bos sejak tadi menunggu Nyonya untuk makan bersama.” Su Hang tidak berbicara, jadi sekretaris itu buru-buru menjelaskan.
Shen Xi kecewa dan memberi tahu Su Hang, “Kamu tidak perlu menunggu aku. Lain kali kalau aku bangun kesiangan, kamu makan saja duluan.”
“Hmm.” Su Hang mengangguk lemah, menelan beberapa suap penuh bubur dalam mangkuknya, lalu bangkit berdiri dan berkata, “Aku akan pergi kerja.”
Shen Xi ingat saat Su Hang berkata bahwa dia akan pergi kerja, Fang Yu seketika bersemangat dan mengeluarkan ponselnya. Shen Xi tidak tahu dengan siapa dia bicara, tapi dia dapat dengar saat Fang Yu berjalan pergi, “Kami sudah berangkat, bos akan segera tiba di sana. Tunggu sebentar lagi.”
Shen Xi bertanya-tanya kenapa mereka tidak pergi saja begitu kalau begitu terburu-buru.
Tidak lama setelah itu, situasi yang serupa terjadi. Shen Xi segera menyadari kalau selama Su Hang di rumah, dia akan sarapan bersamanya sebelum pergi kerja. Pada saat itu, Shen Xi berpikiran bahwa Su Hang agak aneh. Tapi sejak saat itu, tak peduli seberapa larutnya dia tidur, selama Su Hang di rumah, Shen Xi akan bangun tepat waktu untuk sarapan dengannya.
“Kamu tidak perlu membereskan ini. Bibi Zhang akan segera tiba, biar dia yang lakukan.” Su Hang mengatakan ini ketika dia melihat bahwa Shen Xi telah selesai makan dan akan membawa piringnya ke tempat cuci piring.
Baru pada saat itu Shen Xi sadar kalau dia telah terbiasa mulai berberes sambil mengingat-ingat.
“Aku akan meletakkannya di tempat cuci supaya memudahkan Bibi Zhang nantinya. Zhang. Itu juga akan membuat tempat ini lebih enak dilihat.” Shen Xi berkata dengan santai.
“Kalau begitu aku akan membantumu.” Alih-alih menghentikannya, Su Hang berdiri dan mengambil dua piring yang tersisa di atas meja dan pergi ke dapur dengan Shen Xi.
Su Hang menatap peralatan makan yang bertumpuk di wastafel dan tiba-tiba merasakan kedamaian. Shen Xi benar-benar di sini dan menjadi bagian dari hidupnya sekarang. Makan di meja yang sama, piring mereka pun akan di tempat yang sama. Dua pasang mangkuk dan sumpit akan dicuci bersama dan pada akhirnya, setelah dicuci, tidak jelas lagi itu punya siapa.
“Apa kamu punya rencana hari ini?” Shen Xi tiba-tiba bertanya.
“Ah…Ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan.” Su Hang menjawab dengan refleks.
“Oh, begitu.” Nada bicara Shen Xi ketika menjawab terdengar tenang.
Mendengar ini, Su Hang tidak bisa membantu tetapi menambahkan, “Tapi itu tidak begitu penting, aku hanya perlu menandatangani mereka saja.”
“Lalu, apa kamu punya waktu sore ini? Aku ingin mengunjungi ibuku.” Shen Xi teringat kalau pada satu hari setelah pernikahannya, ibunya dirawat di rumah sakit. Pada saat itu, Su Hang juga pergi bersamanya untuk berkunjung, tapi ibunya tidak terlalu ramah karena selalu merasa bahwa Su Hang menggunakan uangnya untuk memaksa menikahi Shen Xi.
Seperti apa ekspresi Su Hang hari itu, dia tidak ingat lagi. Pada saat itu, lubuk hatinya mungkin berpikiran sama dengan ibunya. Meski Shen Xi secara pribadi menerima lamaran Su Hang, tapi pernikahan mereka tidak dilakukan karena cinta. Saat itu, dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan pikirannya.
“Apa yang terjadi pada Nyonya Shen?” Su Hang bertanya dengan gugup.
“Oh, dia baik-baik saja. Hanya penyakit lama. Dia pergi ke rumah sakit untuk memulihkan diri, aku hanya ingin mengunjunginya.” jawab Shen Xi.
“Kalau begitu aku akan menyiapkan beberapa hadiah.” Kata Su Hang dan dia segera mengeluarkan ponselnya untuk melakukan panggilan.
“Tidak perlu.” Shen Xi menghentikannya. “Kita bisa mampir ke toko bunga dan membeli sebuket bunga. Ibuku suka bunga.”
“Baiklah!” Su Hang ragu-ragu dan menyetujui usulan Shen Xi.
“Kalau begitu, pergilah untuk menyelesaikan dokumenmu. Aku akan bersiap-siap.” kata Shen Xi.
Dengan sebuah anggukan, keduanya meninggalkan dapur bersama. Su Hang pergi ke ruang kerjanya dan Shen Xi berjalan menaiki tangga ke lantai dua. Saat setengah jalan, Shen Xi tiba-tiba berhenti dan memanggil Su Hang.
Su Hang yang hendak masuk ke ruang kerja pun berbalik.
“Aku lupa memberitahumu. Kamu seharusnya tidak memanggil ibuku dengan sebutan Nyonya Shen. Panggil dia ibu atau dia tidak akan senang.” Shen Xi menyarankan sambil terkekeh.
“Oke.” Su Hang mengangguk.
Setelah puas, Shen Xi kembali menaiki tangga.
Su Hang berdiri di ambang pintu untuk sesaat. Hatinya penuh dengan bunga bermekaran dan antusiasme. Tak peduli untuk alasan apa pun, Shen Xi telah memanggil namanya.
Suasana hati Su Hang yang bahagia terus berlanjut saat dia menangani dokumennya, senyum Shen Xi terngiang dalam benaknya. Hari pertama ini sebagai pasangan suami istri, kerukunan mereka jauh lebih baik dari yang dipikirkan Su Hang. Apa ini artinya Shen Xi tidak benar-benar menentang pernikahan ini seperti yang dia bayangkan?
Karena sedang dalam suasana hati gembira, Su Hang hampir saja lupa memberi makan Chu Wu. Setelah ingat, dia mengambil beberapa makanan anjing dan mengeluarkan Chu Wu yang kelaparan dari dalam kandangnya. Melihat Su Hang, Chu Wu menyalak dengan bersemangat.
“Kamu pasti lapar. Makanlah lebih banyak.” Su Hang menuangkan makanan anjing di mangkuk Chu Wu, lalu berjongkok dan membelai kepala Chu Wu. “Kamu tahu? Ayah dan Ibumu merasa kamu sangat manis.”
Dengan beberapa suap makanan anjing, Chu Wu menatap balik pada Su Hang dan membaut Su Hang tersenyum lebih lebar.
Kring kring
Su Hang mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa itu telepon dari Li Qingyuan. Dengan cemberut, dia bertanya: “Ada apa?”
“Hei hei, apa kamu lupa? Bukankah kamu akan menelepon aku untuk memberitahu kapan aku bisa datang mengambil Chu Wu?” tanya Li Qingyuan.
Su Hang memandang Chu Wu yang sedang makan dengan hati senang. Chu Wu sepertinya memperhatikan pemiliknya sedang mengawasi dirinya hingga dia segera menelan makanan di mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Su Hang tersenyum dan mengelus kepala anjing itu sambil berkata, “Kamu tidak usah kemari.”
“Apa maksudmu, aku sudah hampir sampai di rumahmu.”
“Aku tidak akan memberikan Chu Wu padamu.” kata Su Hang.
“Apa maksudmu tidak akan memberikan, aku sudah membeli kandang dan makanan anjing. Sial, aku bahkan punya mainan di sini.” Li Qingyuan berkata, “Semuanya sudah disiapkan, satu-satunya yang kurang hanya Chu Wu.”
“Shen Xi tidak takut pada anjing, dia bahkan mengatakan bahwa Chu Wu itu manis.” Saat Su Hang mengatakan ini, bibirnya tanpa sadar tersenyum.
“….” Li Qingyuan terdiam sesaat, sebelum berkata: “Ya, ya, tidak mau berikan ya sudah. Aku baru saja beli makanan anjing, jadi kamu tidak usah memberiku makan itu secara khusus.”
*(T/N: makan makanan anjing itu kayak lihat orang kasmaran)
Su Hang menutup teleponnya, menarik Chu Wu ke dalam pelukannya, dan menggoyangkan tubuhnya dengan hati gembira.