Please Confess To Me - Chapter 4
Beberapa saat sebelum makan siang, Shen Xi menyampirkan mantel berwarna khaki di bahunya dan mengenakan sepasang sepatu hak tinggi yang indah, lalu turun ke lantai bawah.
Sosok Shen Xi terlihat anggun dan menggoda. Su Hang telah duduk di ruang tamu dan mendongak ketika mendengarnya berjalan turun. Tanpa sadar matanya secara mengikuti kaki ramping dan panjang Shen Xi ketika dia turun dan dia menemukan bahwa dia tidak bisa memalingkan wajah dari Shen Xi.
“Sudah bisa berangkat?” Shen Xi bertanya dengan lembut, memegang pagar dengan satu tangan dan tas elegan di tangan lainnya.
“Tentu saja.” Karena Shen Xi tidak membiarkannya menyiapkan apa pun, selain memberi makan Chu Wu, dia tidak punya hal lain untuk dilakukan. Dia hanya perlu berpakaian dan itu saja.
“Kalau begitu, ayo pergi.” kata Shen Xi.
“Tunggu aku di pintu utama, aku akan keluarkan mobil.” Su Hang akhirnya berhasil mengalihkan pandangannya dari Shen Xi dan menuju garasi.
Shen Xi berjalan ke pintu depan dan menunggu dengan tenang, angin sesekali meniup pakaiannya. Shen Xi menyampirkan beberapa helai rambut dari wajahnya dan tersenyum ke arah matahari musim gugur.
Pada saat ini, Su Hang telah meninggalkan garasi dan melihat Shen Xi. Bahkan ketika dia hanya berdiri diam, Shen Xi masih memancarkan aura yang terhormat dan elegan. Inilah yang dilakukan oleh seorang yang terlahir bangsawan dan memiliki pendidikan yang baik.
Berbeda dengan dirinya. Bahkan ketika dia diberikan penyamaran terbaik dan termahal, tulangnya masih memiliki keausan yang hanya dimiliki oleh masyarakat kelas bawah.
Su Hang menghentikan mobil di samping Shen Xi, turun untuk membuka pintu belakang untuknya.
Shen Xi terkejut. Dia menatap Su Hang dan kakinya tidak bergerak.
“Kenapa?” Su Hang bingung. “Kamu lupa ya?”
“Tidak.” Shen Xi menggelengkan kepalanya. Di bawah tatapan bingung Su Hang, Shen Xi pindah ke sisi lain mobil dan membuka pintu penumpang depan.
“Aku akan duduk di sini.” Shen Xi tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil.
Su Hang terbelalak. Gadis ini sungguh memiliki pendidikan bagus yang terukir sampai ke dalam tulangnya, dia masih tetap begitu sopan bahkan saat naik mobil.
Shen Xi sudah memasang sabuk pengamannya ketika Su Hang masuk. Melihatnya bersiap-siap untuk pergi, dia menyarankan sambil tersenyum, “Ayo cari tempat di dekat rumah sakit untuk makan siang sebelum menjenguk ibuku.”
“Oke.” Su Hang menyalakan mesin mobil, matanya lurus ke depan, dan perlahan-lahan mengendarai mobil ke jalan raya.
“Su Hang?” Saat mobil melewati gerbang lingkungan tempat tinggal mereka, Shen Xi tiba-tiba memanggilnya.
“Kenapa?” Su Hang balas menatapnya.
“Kamu lupa memakai sabuk pengamanmu.” Shen Xi menunjuk ke dadanya.
“Oh…” Di telinganya masih bergema suara Shen Xi yang memanggil namanya, Su Hang mencoba memerintahkan otaknya untuk bergerak.
Mungkin karena parfum Shen Xi atau hanya dengan keberadaannya gadis itu, Su Hang sejak tadi menjadi tidak fokus. Dengan tangan kanannya dia mencoba memasang sabuk pengamannya, tapi tidak berhasil.
Shen Xi memperhatikan bahwa mobil sudah berada di jalan raya dan jumlah mobil pun perlahan meningkat. Tiba-tiba, Shen Xi membungkuk dan mengambil alih sabuk pengaman dari tangan Su Hang. Di bawah tatapan Su Hang yang cemas, dia berkata, “Konsentrasi saja menyetir, aku akan membantumu memasangnya.”
“Tidak.” Su Hang menolak.
“Kita sudah di jalan raya, ini tidak aman. Biar aku bantu.” Shen Xi memfokuskan sepasang matanya yang indah arah Su Hang.
Su Hang menjadi kaku dan menoleh untuk memperhatikan jalan, tangannya memegang roda kemudi dengan erat. Akhirnya, dia berhasil mengeluarkan ucapan terima kasih.
Shen Xi tersenyum dan meraih sabuk pengaman. Tapi sepertinya ada yang salah dengan cara sabuk pengaman itu ditarik hingga sabuk pengamannya menjadi macet.
Shen Xi mencondongkan tubuhnya ke arah Su Hang dan menarik sabuk itu dua kali, akhirnya dia berhasil menarik keluar sabuk itu. Dia memasukkan kait sabuk pengaman ke soket dan terdengar bunyi klik.
Shen Xi yang merasa puas, kembali bersandar di kursinya. Sementara Su Hang berupaya keras untuk terus berkonsentrasi mengemudi. Tangannya mencengkeram roda kemudi dengan terlalu erat, menyebabkan buku-buku jarinya memutih.
Ketika Shen Xi mendekatkan diri ke arahnya, detak jantungnya melambung tinggi. Selain hari pernikahan mereka di mana mereka saling mengecup di sebelah saksi, ini pertama kalinya Shen Xi berinisiatif untuk mendekat padanya.
Butuh waktu lama bagi Su Hang untuk kembali tenang.
Dia masih kacau ketika mereka tiba di sebuah mal di dekat rumah sakit. Su Hang menghentikan mobil untuk membiarkan Shen Xi keluar duluan, jadi Shen Xi bisa memesan makanan selagi dia memarkir mobil. Ketika Su Hang tiba di restoran, setengah dari hidangan telah disajikan.
“Maaf membuatmu menunggu. Aku harus memutar berapa kali sebelum mendapat tempat parkir.” Su Hang meminta maaf.
“Pasti sulit mendapat parkir karena mall ini dekat dengan rumah sakit.” Shen Xi berkata dengan pengertian, “aku memesan beberapa hidangan. Coba lihat kamu ingin tambah apalagi.”
Su Hang bukan pemilih saat makan, tapi melihat meja itu penuh dengan hidangan yang polos, dia mengangkat tangannya dan meminta pelayan untuk menambah hidangan pedas.
Ketika pelayan pergi, Shen Xi ragu-ragu dan bertanya, “Kamu suka makanan pedas?”
“Oh…em, iya.” Su Hang menyetujui.
Shen Xi mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Setelah beberapa saat, pelayan membawa sisa hidangan. Kedua orang itu memesan total lima hidangan, dengan daging sapi merah rebus di tengah meja yang tampak sangat mencolok.
Su Hang ingat bahwa tadi dia mengaku kalau dia menyukai makanan pedas di depan Shen Xi, jadi dia tak bisa berbuat apa-apa selain meletakkan beberapa potong di piringnya. Setelah makan sapi itu, perut Su Hang sedikit sakit. Tapi dia mengabaikan rasa sakit itu dan mengangkat tangannya untuk mengambil beberapa potong daging sapi pedas lagi.
“Jangan makan terlalu banyak.” Shen Xi tiba-tiba berbicara, “lambungmu bermasalah. Meski kamu suka memakannya, cicipi saja, jangan makan terlalu banyak.”
“…baiklah.” Su Hang dengan patuh memindahkan sumpitnya dari daging sapi pedas ke sayuran goreng.
“Makan sedikit sup juga.” Shen Xi menyendokkan sup ke dalam mangkuk dan menyerahkannya pada Su Hang.
“Terima kasih,” Setelah menerima mangkuk itu, Su Hang memegangnya dengan hati-hati, seolah sangat enggan minumnya.
Shen Xi menyendok semangkuk lain untuk dirinya sendiri. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya: “Kamu benar-benar menyukai makanan pedas?”
“Hmm.” Su Hang mengangguk.
“Aku dulunya juga suka.” jawab Shen Xi.
“Dulunya?” Su Hang teringat bahwa Shen Xi selalu menyukai makanan pedas. Kenapa tiba-tiba berubah?
“Iya.” Shen Xi mengangguk tapi tidak menjelaskan.
Sejujurnya, dia sudah mengubah kesukaannya sejak lima tahun lalu untuknya.
Di kehidupan mereka yang dulu, selama pernikahan mereka, mereka tidak pernah benar-benar membicarakan hal ini. Dia tidak tahu apa pun yang disukai oleh pria ini. Jadi ketika Bibi Zhang bertanya padanya makanan apa yang dia sukai, Shen Xi menjawab jujur dan mengatakan dia suka makanan pedas. Dia menduga bahwa Bibi Zheng akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang selera Su Hang dan akan mempertimbangkan ini ketika dia memasak untuk mereka.
Sejak itu, masakan di rumah mereka semuanya adalah masakan Hunan atau Sichuan. Su Hang tidak pernah keberatan selama makan dan tampak seperti selalu menikmatinya. Jadi masakan pedas semacam ini hadir dalam acara makan mereka selama lebih dari setengah tahun. Hingga suatu hari, Su Hang mengalami perforasi lambung di tengah malam dan dirawat di rumah sakit. Sesampainya di sana, Shen Xi menemukan bahwa Su Hang menderita sakit lambung yang serius dan tidak bisa makan makanan pedas sama sekali.
Ketika mendengar ini, dia melihat Su Hang yang tidak sadarkan diri dan berkeringat, sangat jelas dia kesakitan. Untuk pertama kalinya, Shen Xi merasakan keraguan di hatinya. Apa karena Su Hang begitu suka makanan pedas hingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri? Atau hanya untuk menyenangkan dirinya? Pikiran itu hanya terlintas sesaat di benaknya sebelum dia menyangkalnya. Dia tahu Su Hang punya gadis lain di hatinya, gadis yang sangat dia cintai. Dalam pernikahan mereka, cinta tidak pernah ada sejak awal.
Setelah acara ini, Shen Xi pulang dan meminta Bibi Zheng untuk memasak hidangan pedas dan tidak pedas mulai sekarang. Tapi siapa sangka sumpit Su Hang masih akan berhenti pada makanan pedas. Shen Xi tidak bisa menghentikannya. Setelah beberapa kali Su Hang dengan keras kepala seperti itu, Shen Xi harus meminta Bibi Zheng berhenti menaruh berbagai macam cabai dalam makanan mereka. Setelah beberapa tahun makan seperti ini, Shen Xi perlahan mulai berhenti makan makanan pedas.
“Sekarang kamu suka makanan apa?” Su Hang tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
Shen Xi mendongak, sedikit terkejut.
“Aku…aku hanya bertanya saja.” Merasa seperti telah dilihat seluruhnya, Su Hang menunduk dengan canggung.
“Aku suka makan hidangan yang polos sekarang. Sebelum kita pergi, aku minta Bibi Zheng untuk memasak hidangan yang lebih polos ke depannya.” Shen Xi agak ragu, “maaf aku membuat keputusan tanpa menanyakan pendapatmu. Kalau kamu tidak terbiasa dengan hidangan seperti itu, aku bisa bicara pada Bibi Zheng lagi.”
“Tidak apa-apa, aku tidak pilih-pilih makanan.” Ketika Su Hang mengatakan ini, dia langsung memberikan pernyataan yang bertentangan dengan sebelumnya kalau dia menyukai makanan pedas. Dia berusaha menyelamatkan situasi, “Tapi perutku sedikit sensitif, dokter bilang aku harus makan makanan yang tidak terlalu pedas.”
Shen Xi tersenyum dan tidak menjawab. Keduanya lalu menundukkan kepala dan melanjutkan makan. Namun, ketika Shen Xi makan, tiba-tiba dia menemukan fenomena yang aneh. Makanan apa pun yang dia sukai, sepertinya Su Hang juga menyukainya. Selama sumpitnya bertengger di piring berisi hidangan tertentu, Su Hang juga akan mengambil beberapa dari sana. Shen Xi menggigit bibirnya, bertanya-tanya apa Su Hang agak terlalu sensitif?
Setelah makan, keduanya pergi ke toko bunga di lantai pertama. Su Hang berdiri di samping dan membiarkan Shen Xi memilih bunga. Shen Xi akhirnya memilih satu pot lidah buaya seharga 30 yuan.
“Ini saja.” kata Shen Xi.
“Ini saja?” Su Hang tertegun. Ini pertama kalinya dia akan mengunjungi ibu mertuanya setelah menikah. Apa tidak terlalu tulus jika hanya memberikan satu pot tanaman lusuh seharga 30 yuan?
“Iya.” Shen Xi tersenyum. “Ibu pasti akan menyukainya.”
“Yah, jika Nyonya Shen… jika Ibu menyukainya.” Su Hang mengeluarkan uang seratus yuan dari dompetnya dan pergi ke konter untuk membayar. Ketika dia menunggu kasir menghitung kembaliannya, dia memperhatikan mawar-mawar cantik di dekatnya.
“Apa Tuan ingin membeli beberapa tangkai bunga mawar juga?” Sang kasir mengambil kesempatan untuk merekomendasikan, “Bunga-bunga ini baru tiba pagi ini. Masih segar dan harganya hanya 10 yuan, kamu bisa membelikan hadiah yang cantik untuk pacarmu.”
“Dia istriku.” Su Hang mengoreksinya.
“Oh, kalian berdua benar-benar terlihat seperti pasangan yang sempurna. Kenapa tidak membeli satu untuk istrimu?” Sang kasir wanita melanjutkan ucapannya.
“Tidak perlu.” Su Hang ragu-ragu, tapi akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya. Dia berpikir, jika dia tiba-tiba membeli setangkai bunga mawar yang mewakili cinta dan memberikan itu pada Shen Xi, gadis itu pasti akan sangat terkejut.
Sekarang mereka sudah berinteraksi lebih baik daripada yang dia bayangkan, Su Hang tidak ingin melakukan hal apa pun yang akan mengubah keadaan sekarang ini.
“Baiklah, kembalianmu 70 yuan, semoga harimu menyenangkan.” Kasir menyerahkan kembalian itu kepada Su Hang.
Su Hang mengangguk, lalu berbalik dan meninggalkan toko bersama Shen Xi.
Tepat setelah itu, seorang pramuniaga muda yang melihat situasi ini berjalan mendekati rekan kerjanya dan berkata, “Pria itu terlihat sangat tampan dan kaya, tapi dia bahkan tidak rela mengeluarkan uang 10 yuan untuk membelikan istrinya setangkai bunga mawar.”
“Apa ini perbedaan sikap antara pasangan yang sudah memasuki kehidupan pernikahan dan yang belum?”