Quick Transmigration: The Prodigal Son - Chapter 46
- Home
- Quick Transmigration: The Prodigal Son
- Chapter 46 - Anjing Gila yang Menjadi Setia [2]
Tapi!
Jiang Zhe mengira kalau ayam yang diam bisa menghindar dari dicuri, namun idenya terpatahkan.
Pak tuanya (T/N: ayahnya) tak pernah kekurangan alasan untuk bertengkar dengan putranya ORZ.
Tuan Jiang meletakkan sumpitnya dan memukul meja dengan berat, menegur dengan marah, “Kenapa, apa kau bertingkah di depan ayahmu ini sekarang karena aku sudah mengatakan dua kalimat tentangmu.”
Jiang Zhe: !!!
Jiang Zhe mendongak cepat, matanya lebar dan wajahnya tercengang.
Kenapa dia tak bisa makan dengan benar?
Tuan Jing menangkap putranya dan dengan garang memelototinya.
Jiang Zhe: ….
Pada kenyataannya, bila memikirkan hal tersebut dengan seksama, jiwa yang asli juga mendapatkan kesulitan…. Begitulah.
Setelah makan, dia kembali ke kamarnya. Ponselnya berdering, dan sekelompok kawan-kawan tak jelasnya memintanya keluar untuk bermain.
Dia menolak tanpa pikir panjang. Pihak yang lain tak menyerah, mengiriminya pesan dan bahkan melampirkan gambar yang tak terungkapkan.
Jiang Zhe tak tahan dengan gangguan mereka, dan sudah akan mematikan ponselnya. Mo Ling menaiki tangga.
Kedua pasang mata bertemu dan Jiang Zhe memikirkan tentang apa yang harus dikatakan. Mo Ling berjalan melewatinya seakan wanita itu tak meliaht dirinya.
Jiang Zhe mengusap dahinya tanpa daya.
Menunduk melihat gambar di ponselnya, sebuah ide berbahaya pun mengemuka.
Kalau dia tak menggila, dia takkan bisa hidup. Karena dia telah menyebabkan situasi semacam ini, dia akan harus menghadapi konsekuensinya. Hanya dengan berupaya barulah dia bisa mendapatkan hasilnya.
****
Di suatu wilayah pinggiran tertentu di Kota Long.
Jiang Zhe menyetir mobilnya dengan terburu-buru. Sekelompok anak-anak kaya berkumpul, menari liar.
Saat Jiang Zhe berjalan mendekat untuk melihatnya, dia mendapati bahwa dua dari mereka berguncang dan berayun, mata mereka tidak fokus. Sejak pandangan pertama saja sudah tak terlihat normal.
Dia menundukkan kepalanya dan hatinya sudah punya dugaan.
Sesaat kemudian, seseorang datang menyambutnya.
“Tuan Muda Jiang, kemari, kemari, ayo bermain dengan lebih menarik hari ini.”
Jiang Zhe membalasnya dengan sorot bingung.
Orang yang memiliki kepala dengan rambut abu-abu tersenyum licik, “Tuan Muda Jiang, ikutilah aku dan kau akan tahu. Kujamin kau tak pernah melihat ini sebelumya.”
Jiang Zhe mengikutinya menuju sekelompok orang di depan, yang sedang bertepuk tangan dan berseru, “Bagus”. Dia masih bertanya-tanya apa yang terjadi saat dia mencondongkan tubuh untuk melihat lebih dekat, dan nyaris muntah karena jijik.
Orang lain melakukan sex mobil di dalam mobil. DI sisi lain, mereka melakukannya di luar, secara ritmis bergerak dangkal dan dalam.
Jiang Zhe buru-buru membuang muka dan berpaling tanpa melihat kembali.
Pemuda berambut abu-abu jadi gelisah, “Hei, hei, Tuan Muda Jiang jangan pergi. Kalau kau tak suka ini, kita punya sesuatu yang lain.”
“Hari ini, Tuan Muda Qi kembali ke Tiongkok dan mengirim pesan ke grup. Dia akan datang nanti untuk balapan dengan kita.”
“Kau tahu, Tuan Muda Qi punya keahlian menyetir yang hebat, banyak orang bahkan tak punya kesempatan untuk bertanding dengan dia.”
“Tuan Muda Jiang, Tuan Muda Jiang….”
Jiang Zhe berhenti.
Setengah jam kemudian, Tuan Muda Qi yang tadi disebut-sebut oleh si pemuda berambut abu-abu pun tiba.
Pihak yang lain juga tak membuang-buang waktu, langsung masuk ke dalam mobil untuk bertanding.
Bunyi mesin mobil sport meraung. Tiba-tiba, sebuah mobil sport perak meluncur di kegelapan malam bagai anak panah yang diluncurkan oleh senar busur.
Jiang Zhe memepetnya.
Para penonton berteriak kencang dan bersorak, “Tuan Muda Jiang sangat garang hari ini.”
“Yeah, dia sudah mengikuti dalam jarak dekat di belakang mobil Tuan Muda Qi. Tampaknya dia ingin mengambil kesempatan untuk membalikkan keadaaan.”
“Ck ck, mereka berdua ini benar-benar keren. Lihatlah bagaimana mereka sudah meninggalkan lawan-lawan yang lain dalam kepulan debu.”
“Sepertinya demi bisa menyusul Tuan Muda Qi, Tuan Muda Jiang telah berlatih sangat keras secara diam-diam.”
“Hari ini benar-benar sebuah berkat untuk mataku.”
“Jangan bicara omong kosong, cepat lihat, mereka akan segera berbalik. Mendengar bunyi mesin mereka, Tuan Muda Jiang kemungkinan ingin mengalahkannya di belokan.”
“Shh, jangan bicara, bagian yang menarik akan datang.”
“… Cepat, cepat lihat, Tuan Muda Jiang sudah menyusul, menyusul.”
Di kursi pengemudi, Jiang Zhe menginjak pedal gas kuat-kuat, “Sistem, hidup dan matiku tergantung padamu.”
Sistem ingin menyumpah: Bajingan sinting!!!
Semua orang meihat mobil sport merah itu mendadak melaju ke arah tebing seperti anjing liar yang lepas dari kekangannya.
…..
Setelah sunyi sesaat, sebuah jeritan tajam memecah keheningan.
“Cepat, telepon polisi, telepon polisi!”
“Enyah kau, bego! Telepon polisi apa pada saat ini, telepon 120, 120.”
“Tolong dia!”
…..
Semua anggota Keluarga Jiang telah tidur saat ponsel Tuan Jiang tiba-tiba berdering.
Dia mengangkat teleponnya dengan bingung, “Halo. Boleh saya tanya apakah ada sesuatu?”
“Boleh saya tahu apakah ini adalah Tuan Jiang? Kami dari rumah sakit XX. Putra Anda kecelakaan, terjatuh dari tebing. Situasinya tidak terlalu bagus, saya harap Anda bisa segera kemari.”
Tuan Jiang tak mampu mempercayainya, tetapi saat dia bergegas turun dari ranjang, tanpa disangka kakinya jadi lemas.
Dia nyaris merangkak ke kamar menantunya, membanting pintunya, berteriak marah kuat-kuat, “Mo Ling, Jiang Zhe, bocah liar itu, apa dia masih tidur di rumah. Lihat bagaimana pak tua ini berurusan dengannya sekarang juga.”
Tuan Jiang memburu langsung ke dalam kamar, tetapi selain Mo Ling, tak ada orang lain di kamar.
Tuan Jiang, “Tidak, tidak. Pasti ini adalah seseorang dengan nama sama. Jiang Zhe si bocah busuk itu paling menghargai nyawanya, takkan ada apapun yang terjadi padanya.”
Mo Ling mendengar racauan Tuan Jiang, dan jantungnya mencelos, bibirnya bergetar saat dia bertanya, “Ayah, apa yang terjadi?”
Tuan Jiang sungguh tak bisa mendengar apa-apa. Dia berbalik dan berlari turun dengan terburu-buru, berniat menyetir keluar sendiri.
Emosi Tuan Jiang tak terkendali, bagaimana mungkin Mo Ling berani membiarkannya menyetir.
Mo Ling masih mengenakan piyama ketika dia menyetirkan kedua orang tua itu ke rumah sakit.
Pada saat ini, akhirnya dia mengetahui bahwa Jiang Zhe telah mengalami kecelakaan. Dia mendengar kalau pria itu terjatuh dari tebing dan nyawanya dalam bahaya.
Dia menghela napas dalam-dalam dan menahan paksa air matanya.
Jiang Zhe adalah pengacau, dan mereka bilang para pengacau bisa hidup sampai seribu tahun. Bagaimana mungkin sesuatu bisa terjadi padanya?
Mo Ling masih berpegangan pada harapan terakhirnya. Tetapi saat si perawat menyerahkan kepada mereka ponsel pasien, harapan itu runtuh seketika.
Nyonya Jiang nyaris pingsan, dan punggung Tuan Jiang merosot pada saat bersamaan, duduk di atas kursi, tak bergerak dan tanpa ekspresi.
Mo Ling menemani mereka, hatinya juga amat kacau balau, tetapi dia hanya bisa berpegangan pada berkas kekuatannya yang terakhir. Kalau tidak, kedua orang tua Keluarga Jiang akan jadi lebih putus asa lagi.
Mereka tak tahu sudah berapa lama mereka menunggu, hingga hari menjadi terang, sebelum lampu merah di ruang gawat darurat padam.
Perawat mendorong seseorang keluar, dan Mo Ling mengenalinya seketika. Pria dengan bekas luka di wajah adalah suaminya, Jiang Zhe.
Pada saat ini, pria itu berbaring di sana, hidup dan matinya tidak diketahui.
Mo Ling merapatkan bibirnya, dan penglihatannya menjadi samar saat dua baris air mata jatuh tanpa peringatan.
Tuan dan Nyonya Jiang disadarkan oleh pergerakan ini. Saat mereka melihat putra mereka terbaring di sana, mereka nyaris pingsan lagi, tetapi untungnya, Mo Ling membantu mereka tepat waktu.
Nyonya Jiang menggenggam tangan dokter dan menangis lirih, “Dokter, dokter, bagaimana putraku, bagaimana dia? Apakah nyawanya sudah lolos dari bahaya?”
Wajah dokter kepala tampak agak takjub. Dia menarik mereka bertiga ke satu sisi, “Pasiennya sudah lolos dari kondisi bahaya, hanya saja….”
“Ada apa?”
Dokter: “Hanya saja setelah kaki kiri si pasien pulih, mungkin akan jadi tak sefleksibel sebelumnya.”
Keluarga Jiang terpana. “Apa maksud Anda dengan itu, Dokter, bisa Anda mengatakannya dengan lebih jelas?”
Dokter: “Pasien mungkin akan jadi sedikit cacat nantinya.”
Pemandangan di depan mata Tuan Jiang menjadi gelap dan dia tak mampu mendengar yang lainnya. Mo Ling berjuang untuk memapah pria tua itu sementara Nyonya Jiang, yang berada di sebelahnya, memegangi dadanya dan menangis patah hati, “Tuhan, bukankah ini sama seperti meminta nyawa putraku? Jiang Zhe adalah orang yang begitu tinggi hati, bagaimana bisa dia menerima kecacatannya sendiri?”
Sang dokter menatap Mo Ling dengan sorot penuh dilema.
Mo Ling nyaris tak sanggup tersenyum, “Dokter, Anda sebaiknya mengantar suami saya ke bangsal terlebih dahulu. Saya akan menenangkan ayah dan ibu mertua saya.”
Mo Ling, sikap langka penuh pengertian dari keluarga pasien yang tak disangka-sangka ini membuat sekelompok dokter dan perawat tersebut menghela napas lega.
Mo Ling membantu kedua orang tua itu dan menatap pada para perawat dan dokter yang berjalan pergi, dihelanya napas berat.
Jiang Zhe, kau benar-benar terlahir untuk menagih hutang dalam kehidupan ini.
****
Di dalam bangsal, Jiang –pasien – Zhe, berbaring di ranjang dengan damai sementara sistem dalam benaknya sudah nyaris meledak.
Sistem: “Inang, apa kau punya tumor, apa kepalamu benar-benar tak bemasalah? Inang, apa kau masih inang yang asli? Apa kau benar-benar tak dihinggapi oleh makhluk lainnya?”
Jiang Zhe: …. Bodoh sialan.
Tetapi baginya untuk mempertahankan nyawa kecilnya kali ini semua adalah berkat sistem, karenanya dia tak mengatakan apa-apa demi kebaikan hati.
Jiang Zhe: “Tenanglah, aku masih diriku, pikiranku juga tak bermasalah, jangan khawatir.”
Sistem: “Apa kau pikir aku akan memercayaimu?”
Jiang Zhe: “…. Terserah kau mau percaya atau tidak.”
Sistem: “Oke, aku percaya. Tapi kenapa kau melakukan ini?”
Nada suara Jiang Zhe mengandung kesedihan samar, “Demi untuk memberiku alasan untuk berubah secara alamiah.”
Tanpa adanya insiden besar yang terjadi, semua orang akan langsung curiga padanya bila karakternya mendadak berubah.