Quick Transmigration: The Prodigal Son - Chapter 50
Dengan nanar Jiang Zhe membuka matanya. Dia hanya melihat cahaya putih di atas kepalanya berayun terang, membuat matanya berkunang-kunang.
Seorang perawat datang untuk membantunya, dan bertanya penuh perhatian, “Pak, apa kau baik-baik saja?”
Jiang Zhe menggelengkan kepalanya. Si perawat melihat bahwa dia benar-benar tidak apa-apa, kemudian berbalik dan pergi untuk mengerjakan urusannya sendiri.
Jiang Zhe terhuyung-huyung menuju sebaris kursi di dekat tembok dan duduk. Menyandar pada dinding, matanya menjadi nyalang. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya dia menutupi wajahnya dengan tangannya dan tertawa pelan.
Tertawa dan tertawa, dua baris air mata bening meluap dari sela-sela jarinya.
[Transformasi inang sampah berhasil, kembali ke dunia asli. Sebagai hadiahnya, sistem yang mulia bisa mengabulkan satu permintaanmu.]
[…. Harapanku, harapanku, adalah menyelamatkan Lin Xuan. Aku ingin dia sehat dan hidup.]
[Ok, harapanmu telah dikabulkan, goodbye O (∩ _ ∩) O ~ ~] Meski suaranya masih merupakan suara mekanis, namun Jiang Zhe masih mendengarkan secercah kegembiraan di dalamnya.
Kemudian dia kembali.
Lampu merah di ruang gawat darurat mati dan pintu pun terbuka. Jiang Zhe buru-buru maju, bibir bawahnya bergetar saat dia bertanya, Dokter, bagaimana keadaan nona yang di dalam?
Si dokter tersenyum ringan, “Untung saja, dia dikirim kemari tepat waktu. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, kondisinya stabil.”
Jiang Zhe hanya merasa bahwa saat itu, kekuatan di tubuhnya keluar semua.
Dia berdiri di samping dan memberi jaan kepada para dokter dan perawat. Saat dia melihat wanita yang sedang didorong keluar dari ruang gawat darurat, matanya memerah tanpa terkendali.
Si perawat mengira kalau mereka adalah suami istri, dan berbisik kepada temannya, “Ini adalah kali pertama aku melihat seorang laki-laki yang begitu mencemaskan istrinya, dan dia itu ganteng banget.”
Si teman menuangkan air dingin padanya, “Bangun, bahkan kalaupun dia ganteng, dia sudah ada yang punya.”
Si perawat kecil: QAQ!
Lin Xuan dikirim ke bangsal umum. Jiang Zhe membayar biaya perawatannya dan terus menjaganya di dalam bangsal.
Keesokan harinya, saat mentari pagi bersinar menembus jendela kaca, Lin Xuan terbangun dengan lemah. Dia menatap pria yang masih tidur di ranjang, sorot matanya rumit.
Apakah yang telah terjadi di dunia-dunia itu adalah mimpinya, ataukah itu sungguh terjadi?
Bila adalah mimpi, rasanya terlalu mirip dengan kenyataan. Tapi bila itu memang kenyataan….
Lin Xuan tertawa pahit, mana mungkin itu terjadi? Dia sudah mengenal Jiang Zhe selama lebih dari sepuluh tahun. Dia telah mengejar pria itu sejak mereka masih sekolah. Atas ketidakpedulian, sikap dingin juga perilaku serius Jiang Zhe, dia hanya terlalu mengenal semua itu.
Bisa jadi begitu dekat, dan bahkan tidur tanpa kewaspadaan di sisinya, sungguh begitu luar biasa.
Dia mengulurkan tangan dengan ragu, dan menyentuh lembut kepala pria itu.
Bulu mata Jiang Zhe bergetar dan pria itu pun membuka matanya.
Lin Xuan yang tertangkap basah melakukan hal buruk: ….
Lin Xuan menjilat bibirnya dan berkata dengan susah payah, “Jiang Zhe, aku –“
Jiang Zhe belum bangun sepenuhnya saat dengan lembut ditariknya tangan wanita itu dan mengusapkannya ke dagunya.
Sikap ini membuat mereka bersua tercengang.
Lin Xuan tiba-tiba punya tebakan berani. Dia menelan ludahnya dan bertanya, “Jiang Zhe, apa kau kenal wanita yang bernama Li Caiwei?”
Pupil mata Jiang Zhe menyusut cepat.
Lin Xuan: “Bagaimana dengan Xu Qing? Apa kau kenal Xu Qing? Qin Qing? Pei Yun, atau Mo Ling?”
Jiang Zhe tetap diam.
Lin Xuan mendadak merasa kalah dan tak berdaya. Dia berbaring lemas di ranjang, matanya nanar.
Sudah jelas, semua itu adalah delusinya. Ironis sekali, bahkan dalam mimpi-mimpinya, semua yang mampu dia pikirkan adalah tentang pria itu.
Dia tenggelam dalam kesedihannya sendiri saat tiba-tiba sebuah bayangan melingkupi di atas kepalanya. Jiang Zhe mencondongkan diri lebih dekat, matanya berkilau oleh emosi yang tak bisa dipahami Lin Xuan.
Dia mendengar pria itu berkata, “Aku tak menyangka kalau kau juga ingat.”
Pupil Lin Xuan menyusut, “Kau….”
Dahinya terasa agak lembab, hanya sebuah kecupan cepat. Pada saat dia bereaksi, dirinya telah menjadi kebodoh-bodohan.
Didengarnya suara tawa rendah pria itu masuk ke telinganya, “A’Xuan, tak peduli apakah di tempat yang disebut dunia-dunia itu atau dalam kenyataan, kau selalu begitu imut.”
“Bagus sekali,” Jiang Zhe mengesah.
Lin Xuan: !!!
Lin Xuan: “Kau….”
Jiang Zhe menggenggam tangannya dan berkata lembut, “Maafkan aku. Karena suatu alasan munafik, aku telah menundamu selama bertahun-tahun. Apa kau bisa memberiku kesempatan lain sekarang, kesempaan untuk mengejarmu sejak awal?”
Dia berdiri di sana membelakangi cahaya. Lin Xuan tak terlalu bisa melihat ekspresinya, tetapi dia masih ingat dengan sepasang mata gelapnya.
Dia tak pernah menolak Jiang Zhe, dia tahu.
Lin Xuan menutup matanya dan memukul Jiang Zhe karena malu, “Jiang Zhe, kau itu benar-benar adalah kutukan atas keberadaanku.”
***
Setelah Lin Xuan dikeluarkan dari rumah sakit, mereka berdua pun mengundurkan diri dari perusahaan asli mereka. Atasan mereka di perusahaan berusaha untuk membujuk mereka dalam waktu yang sangat lama, namun sayangnya mereka telah membuat keputusan dan mengeraskan hati, berjalan pergi bahkan tanpa melihat ke belakang.
Lin Xuan masih tak bisa mempercayai bahwa semua ini adalah kenyataan, jadi setelah keduanya mengundurkan diri, mereka langsung pergi untuk mendaftarkan pernikahan.
Jiang Zhe amat menyesal, “Aku tak bisa memberimu pernikahan megah untuk saat ini, aku sungguh bersalah padamu.”
Lin Xuan memberikan senyum penuh cinta dan mengangkat buku merah di tangannya. “Itu tidak penting, ini sudah cukup.”
Jiang Zhe memeluk pinggangnya dan mencium mulutnya, berbisik, “Dua tahun, selama kau memberiku dua tahun, aku akan bisa memberimu pernikahan megah dan kehidupan yang makmur.”
Lin Xuan menundukkan dahinya ke dahi Jiang Zhe, mata mereka bertemu dan mendadak dia tertawa, “Oke, aku akan menunggu.”
Demi untuk mendukung Jiang Zhe memulai bisnisnya, mereka berdua mengeluarkan semua tabungan mereka.
Di dunia-dunia yang sistem ciptakan untuknya, Jiang Zhe tak mampu membedakan apa yang asli dan apa yang palsu. Hanya ada satu hal yang bisa dia bedakan – pengetahuan yang telah dia kumpulkan itu semuanya nyata.
Dia juga telah menjadi CEO di beberapa dunia. Ditambah dengan jaringan kerjanya di dunia yang asli saat ini serta kemampuannya sendiri, dia selalu bisa memulai. Semua itu hanyalah masalah kecil.
Dua tahun kemudian, Jiang Zhe telah menaikkan statusnya menjadi perintis usaha baru. Dia tampan, kaya dan berpengetahuan, dan pada saat itu beragam keluarga-keluarga kaya dengan tersandung-sandung bergegas menghampirinya.
Jiang Zhe – Direktur Jiang tiba-tiba mengumumkan bahwa dia akan mengadakan pernikahan. Rasanya sungguh seperti petir di siang hari bolong, kan??
Barisan nona-nona kaya yang mengantri untuk menyerang Jiang Zhe sudah hapir menangis. Mereka masih mengira kalau gosip tentang Direktur Jiang sudah punya kekasih hanya sekedar rumor.
Wajah-wajah mereka semua sekarang seperti ditampar, bukankah begitu?
Pada hari pernikahan, mempelai pria mengenakan setelan resmi. Disaksikan oleh para sanak keluarga dan teman keduanya, dia membuat sumpah yang menggerakkan bersama dengan mempelai wanitanya yang cantik.
Tapi bagaimana bisa tidak ada cincin?
Eh!!! Pernikahan macam apa ini, di mana sang mempelai wanita sudah mengenakan cincin? Apa yang mereka lakukan??
Ada banyak orang yang membicarakan tentang hal itu. Jiang Zhe mengambil mikrofon, “Semuanya.”
Kerumunan pun menjadi tenang.
Jiang Zhe menarik tangan istrinya dan menautkan jemari mereka. Dia tersenyum dan berkata, “Pernikahan ini sebenarnya adalah resepsi yang diundur. Istriku dan aku sebenarnya sudah mendaftarkan pernikahan kami dua tahun yang lalu.”
Para penonton: Σ( ° △°|| |)_
Jiang Zhe: “Pada saat itu, aku masih seseorang yang tak punya nama, bagaimanapun dia masih menikahiku tanpa ragu.
Jiang Zhe memutar kepalanya untuk menatap Lin Xuan dan menjauhkan mikrofonnya. Memakai volume yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, “Kuharap kau tak kecewa pada upacara pernikahan yang tertunda ini.”
Lin Xuan melengkungkan bibirnya ke atas dan berbisik, “Aku tak kecewa. Bagaimanapun, takutnya para kupu-kupu yang memandangi Direktur Jiang dari luar akan punya topik baru untuk diobrolkan.”
Jiang Zhe tak tahan untuk menitikkan air mata sambil tertawa. KEcemburuan istrinya sungguh luar biasa besar, tapi siapa suruh dia menyukainya?
Jiang Zhe memeluk pinggang Lin Xuan dengan satu gerakan mulus dan menutup bibir lembutnya.
Lin Xuan terkejut sesaat sebelum merespon dengan antusias. Kerumunan berteriak dan bersorak penuh semangat.
Keesokan harinya, berita hiburan kota dipenuhi oleh pernikahan megah pasangan ini, meanrik rasa iri dari tak terhitung banyaknya orang.
Hari-hari setelah pernikahan terasa manis dan bahagia, tapi Jiang Zhe tak tahan ingin memperlakukan Lin Xuan dengan lebih baik.
Suatu hari, dia membawa sebuah koper dan berkata pada istrinya yang baru saja bangun, “Ayo kita keluar dan jalan-jalan.”
Lin Xuan menyentuh dahi Jiang Zhe, “Nggak demam ah.”
Jiang Zhe tertawa sekaligus menangis, “A’Xuan, aku serius. Aku sudah selesai mengurus masalah-masalah perusahaan. Kita bisa berangkat pagi ini.”
Lin Xuan memukul pelan dirinya dan terenyum, “Kenapa begitu mendadak? Aku belum menyiapkan apa-apa sama sekali.”
Jiang Zhe mencium mulutnya, berkata parau, “Karena aku masih ingat permohonan ulang tahun pada ulang tahun kelima belasmu, untuk melakukan perjalanan berkeliling dunia dengan orang kesayanganmu.”
Lin Xuan terkejut, “Kau masih ingat itu?”
Jiang Zhe memeluknya dan mengesah, “Kukira aku tidak ingat. Tapi saat aku benar-benar menghadapi hatiku, aku mendapati bahawa aku secara tidak disadari sudah menerakan dirimu di hatiku sejak lama.”
Aku ingat semua detil kecil tentangmu dengan sangat jelas. Aku bahkan ingat kali pertama kau menyatakan perasaan padaku, betapa merah wajahmu dan betapa takut-takutnya perkataanmu.” Suara Jiang Zhe pelan dan lembut, seperti arus yang mengalir, menenangkan orang dengan sihirnya.
Tapi!
Tak peduli betapa bagus pun suara itu, tetap tak dapat menutupi bahwa isi dari kata-katanya begitu, begitu mengoda.
“Kau tak diizinkan untuk membicarakan tentang itu lagi.” Lin Xuan mengerut daan pelukan Jiang Zhe, telinganya merah. Setelah menunggu lama, dia akhirnya berkata, “Kau tahu cara menindasku. Selama yang kutahu, kau menertawaiku waktu itu.”
“Nggak kok.” Jiang Zhe menepuk-nepuk punggung Lin Xuan perlahan, suaranya lembut dan damai, “Yang sebenarnya sedang kupikirkan pada saat itu adalah, bagaimana bisa ada seorang gadis kecil seimut itu di dunia ini. Kau itu seperti matahari kecil, kau seharusnya bermain dengan anak-anak lelaki yang bercahaya itu dan bukannya dengan orang yang muram dan acuh tak acuh sepertiku.”
Lin Xuan jadi gugup, “Bukan, Jiang Zhe, kau itu sangat baik.”
Jiang Zhe: “Jadi terima kasih, A’Xuan. Terima kasih karena selalu berada di sekitarku, membiarkanku mengalami betapa hangatnya matahari kecil itu.’
Untung saja, aku menyadarinya tepat waktu. Kalau tidak, bila aku tak bisa bersama denganmu dalam kehidupan ini, takutnya aku hanya bisa hidup dalam dunia sepi yang dingin seumur hidupku.