Seven Unfortunate Lifetimes [Bahasa Indonesia] - Chapter 29
Tiga bulan kemudian; Saat itu tengah musim dingin. Negara Wei telah mengeluarkan sebuah titah yang mengumumkan perang dengan negara Qi. Pada saat ini, Kaisar dan Ibu Suri juga terkunci dalam pertempuran sengit satu sama lain.
Sebelum mengirim pasukan, Kaisar memanggil ku ke istana lagi untuk menenangkan dan mengintimidasi ku. Karena dia mengawasiku, kurasa aku tidak bisa melepaskan diri dari medan perang.
Kembali ke kediaman Jendral, Chu Kong menggerogoti seekor ayam panggang sambil menggerutu dengan sedih, “Sialan negara Wei! Mengapa memulai perang di tengah musim dingin, menyebabkan xiaoye berlari kemana-mana dalam cuaca seperti ini. Xiao Xiang Zi, pergi, pergilah berperang sekali atau dua kali dengan mereka. Lecehkan mereka sedikit sebelum melarikan diri.”
Saat aku bertanya-tanya apa hal yang perlu aku bawa, Chu Kong harus mengatakan hal seperti itu.
“Kau bukan orang yang perlu pergi ke medan perang. Kau hanya tahu asal berbicara. Jika kau ingin melecehkan mereka, lecehkanlah mereka sendiri. “
Chu Kong menggigit sepotong besar daging dan dengan samar bergumam: “Siapa bilang xiaoye tidak pergi?”
Mataku bersinar dan aku menatapnya.
“Apakah kau ingin meniru identitas ku dan pergi ke medan perang menggantikan ku? Putri Kong, setelah menjadi wanita, kau sudah menjadi lebih manusiawi.”
Chu Kong langsung melirikku sebelum dia tiba-tiba mencibir. Kemudian, ia terus menggigit ayamnya tanpa komentar tambahan. Kenyataan dia tidak membantah ku seharusnya merupakan kejutan yang bagus, tapi itu tetap membuat pikiran ku tidak nyaman.
Beberapa hari setelah itu, bahkan melihat bayangan Chu Kong menjadi hal yang mustahil. Aku masih juga tidak melihatnya pada hari keberangkatan. Aku mulai khawatir, bukan tentang dia, tapi tentang diriku sendiri. Hanya Dewa yang tahu permainan apa yang sedang dia mainkan …
Pada hari keberangkatan ku, aku duduk di sebuah meja panjang bersama Kaisar. Kami minum anggur bersama sebelum pergi.
Aku harus memakai baju besi berat saat mengendarai kereta perang ku. Kuda perang itu terhuyung sedikit dan menggelengkan kepalanya. Sebenarnya, mungkin ini sedikit terlalu banyak baju besi …
Di depan warga ibukota yang datang menemuiku, aku membawa kuda itu maju dan meninggalkan ibu kota.
Aku pernah mendengar kabar bahwa Jendral Chu ini sangat pemberani sebelum dia meninggal. Dia juga cukup ahli taktik perang. Setiap perang yang dia hadapi, bahkan jika dia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, dia masih keluar sebagai pemenangnya.
Negara Wei sangat takut dengan Jendral Chu ini. Tentu saja, dalam perjalanan menuju garis depan, aku masih mengalami banyak usaha pembunuhan.
Hanya saja, meski seumur hidup ini tidak diragukan lagi dipenuhi dengan usaha dan kesengsaraan … Saat diracuni, Chu Yi akan menghalanginya untukku. Saat usaha dibunuh, Chu Yi akan menghalanginya untukku. Dia benar-benar perisai manusia. Perisai ’emas’ ku juga akan menghalanginya untuk ku. Setiap kali seorang pembunuh mendekat, aku tidak bergerak atau lari; Aku hanya duduk diam dan menunggu. Ketika calon pembunuh ku akan melakukan pukulan mematikan, tidak peduli apakah itu ada di kepala, bahu, atau perutnya, hal pertama yang akan jatuh lebih dulu adalah pedang Chu Yi. Seiring berjalannya waktu, gossip berkembang bahwa Jendral itu tak terkalahkan. Desas-desus di militer mengatakan bahwa Jendral itu sangat kuat, dan dia kultivasi tubuh keras keemasan yang tidak akan pernah layu.
(kultivasi / membudidayakan = di sini kata budidaya maknanya bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan tumbuhan, tapi berlatih ilmu bela diri. Cultivation/ kultivasi yang sering di temukan dalam novel bela diri/kung fu sebagian besar pasti bermakna berlatih tenaga dalam)
Tentu saja, mereka adalah manusia. Mereka tidak tahu lebih baik dari itu. Sebaliknya, di sisi lain, aku tahu bahwa tubuh emas alami Jendral ini sebenarnya tidak tak-terkalahkan. Sangat sulit untuk melarikan diri dengan tubuh ini.
Masalah terbesar yang datang dengan usaha pembunuhan adalah Chu Yi. Dia selalu memperhatikan hingga berlebihan sesudahnya. Sepanjang hari, dia berdiri di sampingku dengan wajah kaku itu. Ini menjadi sangat sulit untuk melarikan diri.
Hari demi hari, garis depan semakin dekat. Aku sangat cemas hingga aku menderita insomnia setiap malam.
Pada salah satu malam tertentu, tentara berkemah di pinggiran kota. Aku sedang duduk di sebuah tenda dengan sakit kepala. Tiba-tiba, aku bisa mendengar suara Chu Yi berteriak: “Berani! Bawahan siapa kau, berani-beraninya kau menyelinap masuk ke dalam tenda Jendral! “
Percobaan pembunuhan lagi? Aku menunggu setengah hari dan masih belum mendengar suara. Kecemasan ku mengalahkanku, jadi aku berjalan keluar dari tenda, hanya untuk menemukan Chu Yi memegang seorang tentara kurus. Mata prajurit kurus ini sangat mengesankan; Dia sama sekali tidak terintimidasi dan benar-benar menatap Chu Yi dengan tatapan dingin dan pantang menyerah. Melihat bahwa aku telah keluar, matanya tertuju kepada ku. Dengan alis terangkat, bibirnya bergerak dan berkata, “Xiao Xiang Zi.”
Aku juga mengangkat alis. Aku tidak mengira Chu Kong berpakaian seperti tentara dan masuk ke tentara. Tapi kenapa dia tidak mencariku setelah beberapa hari? Kenapa dia datang hari ini? Aku terbatuk dan berkata, “Prajurit, apa yang harus kau laporkan?”
Di bawah sinar matahari, wajah Chu Kong sedikit pucat. Dia dengan sengaja menurunkan suaranya dan dengan suara serak berkata, “Jendral, ini adalah informasi yang mengancam jiwa.”
Aku mengangguk. “Masuk dan bicara.”
Chu Yi menolak untuk melepaskannya.
“Jendral, ini mungkin ide yang buruk …”
“Tidak ada salahnya.”
Aku melambaikan tanganku dan membawa Chu Kong ke tendaku. Hanya saja tempat ini tidak seperti rumah Jendral. Siapa pun bisa mendengar kita di luar. Aku membiarkan Chu Kong datang ke mejaku. Di sana, aku menyerahkan kuas dan bertanya: “Apa yang harus kau laporkan?”
Sementara Chu Kong berkata keras, “Masalah hidup dan mati,” tulisnya di koran, “Ada anak lain di perutku.”
Aku sangat terkejut hingga yang bisa aku lakukan hanyalah menatap tercengang pada Chu Kong. Aku bahkan lupa menjawabnya.
Langit, setelah dia kehilangan anak itu, aku benar-benar tidak menyentuhnya! Mungkinkah dalam tiga bulan ini dia … dia menemukan seorang pria di luar? Aku langsung merasa wajahku menjadi hijau karena marah. Ini sangat aneh. Bintang Surgawi Chu Kong … benar-benar unik? Jadi ketika akhirnya dia memiliki tubuh wanita, dia tidak bisa menunggu dan … ini benar-benar sesuatu yang tak terduga.
Melihat bahwa ungkapan ku semakin aneh setiap detiknya, dia menulis: “Hentikan. Imajinasi mu terlalu liar.”
Kemudian, Chu Kong menulis dengan serius sekali lagi: “Hanya separuh janin yang keluar saat itu.”
Aku terkejut lagi. Apakah Putri ini mengalami keguguran hanya setengah?
Chu Kong memelototi ku dan menulis: “Tubuh ini lemah.”
Setelah dia memberitahuku satu demi satu berita besar, Chu Kong berhasil membuatku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Aku terdiam beberapa saat. Lalu, aku membungkuk dan membuka ujung bajunya tanpa sepatah kata pun. Ada tanda merah yang perlahan berkembang pada pakaian dalamnya yang biru.
Aku membeku lagi, tapi kemudian sebuah pikiran melintas dalam pikiranku. Aku bertanya, “Apakah sakit?”
Dia langsung menjawab. “Sakit.”
Aku mengangguk dan berdiri. Di telinganya, aku berbisik, “Aku pikir masa menstruasi mu telah tiba.”
“Pu,” Chu Kong menggigil dan menoleh. Ekspresinya seperti anak yang hilang. Aku menepuk pundaknya.
“Ini benar-benar normal. Kau seharusnya terbiasa dengan itu.”
Chu Kong berjongkok, mencengkeram perutnya. Dia shock. Desahan itu melunakkan hatiku cukup lama untuk membuatku menyeretnya ke tempat tidurku dan membaringkannya. Aku keluar dari tenda dan berkata pada Chu Yi, yang sedang berdiri di luar, “Bawakan aku pakaian bersih dan beberapa kapas dan benang.”
Setelah mendengar apa yang aku katakan, Chu Yi menatapku aneh. Butuh beberapa saat sebelum dia mengangguk dan ragu-ragu pergi.
Aku tidak tahu mengapa dia bersikap begitu aneh dan menyapukan pandangan ku ke tentara. Mereka juga menatapku canggung. Aku berbalik, menengok ke belakang kemah, dan melihat bahwa cahaya api telah melemparkan bayangan Chu Kong ke dinding kain, terpapar untuk dilihat semua orang. Sebenarnya, aku jelas melihatnya berguling-guling di atas tempat tidur ku. Arti ekspresi mereka langsung menjadi jelas bagiku.
Ini, bagaimana aku bisa menjelaskan ini …
Aku meremas jembatan hidung ku dan menunggu Chu Yi membawa barang-barang yang ku butuhkan. Lalu aku masuk ke dalam tenda dan memadamkan api, dengan tegas mengakhiri imajinasi mereka.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membiarkan Chu Kong berganti pakaian bersih. Di kegelapan, aku menjahit sepotong kain berisi katun di dalamnya untuknya. Chu Kong tiduran di tempat tidur dengan wajah pucat dan dengan lembut berkata kepada ku: “Kalian wanita benar-benar tidak memiliki kehidupan yang mudah.”
Aku selalu memiliki tubuh yang sehat, jadi aku tidak pernah tahu sakitnya menstruasi. Tapi kali ini, Chu Kong benar-benar mengatakan kalimat seperti itu, jadi walaupun aku belum pernah mengalaminya sebelumnya, aku merasakan bahwa rasa sakit yang ia alami pasti lebih menyakitkan daripada kematian.
Aku memeriksa dengan tanganku di bawah selimut. Saat menggosok perutnya, aku bergumam kembali kepadanya, “Bagus kau tahu. Lihatlah bagaimana kau bisa membulli ku di masa depan sekarang, tanpa hati nurani yang bersalah.”
“Kenapa tidak?” Kata Chu Kong, benar. “Sekarang, aku wanita nya.”
Aku menekan perutnya. “Kau benar-benar berkulit tebal.”
Aku mengusap perutnya untuk sementara waktu. Akhirnya, aku juga mulai merasa mengantuk, jadi aku rebahan di sampingnya, di ranjang. Tanpa penekanan khusus, aku bertanya, “Kapan kita akan melarikan diri? Setelah beberapa hari lagi, kita akan berada di garis depan.”
“Aku bilang aku ingin melecehkan negara Wei sedikit karena membiarkan xiaoye menderita. Jika aku tidak memberi mereka kesempatan untuk memberi kompensasi kepada ku atas semua masalah ini, tubuh ini pasti akan menderita dengan sia-sia.”
Aku menghela napas. “Bukan negara Wei yang menyebabkan menstruasi mu. Mengapa kau repot-repot dengan makhluk hidup ini? Dengan cepat melarikan diri adalah masalah penting sekarang.”
“Aku tidak mau.”
Mulutku bergetar. Dalam hati, kupikir Chu Kong benar-benar terobsesi dengan ini.
Baiklah, aku pikir, besok aku akan meninggalkan Chu Kong dan melarikan diri sendiri. Menstruasinya datang, jadi pasti dia tidak bisa memainkan permainan apa pun untuk menghentikanku.
Namun rencana kemarin tidak bisa mengikuti perubahan hari ini. Keesokan harinya, aku mengalami usaha pembunuhan lagi. Tapi kali ini … ‘satu’ yang dikirim negara Wei untuk membunuhku adalah pasukan yang terdiri dari dua ribu orang.
Saat ini kami berada di tengah hutan. Di satu sisi ada gunung; Di sisi lain ada tebing. Di bawah kita ada sebuah sungai.
Negara Wei ingin menyergap kami di sini: tujuan mereka adalah membuat kami mendaki gunung atau melompat dari tebing.
Aku naik kuda, Chu Kong naik tepat di sampingku. Di atas tunggangannya, kemampuannya untuk menghindar tanpa cela. Tidak satupun batu menimpanya. Kuda ku juga kuda yang bagus, tapi karena beratnya, reaksinya selalu setengah gerakan lebih lambat. Itu adalah usaha tim antara kudaku dan aku untuk menghindari segalanya. Dan bahkan ketika aku menghindari batu besar itu, akan selalu ada batu-batu kecil yang menimpa kepalaku. Tidak butuh waktu lama untuk kerusakan yang ditimbulkan, menyebabkan kecepatan reaksi ku melambat lebih jauh lagi.
Tiba-tiba, gelap gulita. Aku mendongak dan melihat sebuah batu raksasa menghampiri ku. Sejujurnya, aku terkejut. Aku berpikir bahwa saat ini, aku benar-benar daging cincang dan akan menerima tiket satu arah ke Dunia Bawah untuk mencium Yanwang.
Tapi pada saat yang sepi itu, seekor kuda lain menabrak kudaku. Aku merasakan seseorang menabrak ku, melemparkan kami berdua dari tunggangan kuda dan ke tanah. Batu raksasa itu terbang tepat di atas kami, hampir menyentuh kakiku.
Aku menatap kosong pada orang yang tergeletak di atasku. Sedikit tercengang, aku berkata, “Chu Kong, kau berada di tubuh wanita, bagaimana kau melepaskan ku dari kudaku …”
Melarikan diri sendiri akan menjadi sangat sulit sekarang, ah …
Chu Kong meraih kerahku dan mengutuk: “Kau telah menjadi semakin bodoh, ah! Apa kau benar-benar ingin pergi dan mencium pipi Yanwang?!”
Aku baru saja akan menjelaskan bahwa aku benar-benar tidak bisa bergerak, tapi sebelum aku bisa membuka mulut ku, tanah tiba-tiba bergetar. Aku terkejut. Warna wajah Chu Kong juga berubah.
“Tidak baik! Batu raksasa itu menyebabkan longsoran! “
Dia mencoba berdiri, tapi sebelum dia bisa menstabilkan tubuhnya, kami berdua merasakan tanah bergetar lagi. Aku tidak bisa mengendalikan tubuh ku dan mulai menglundung dari gunung. Sungai di bawah menjanjikan kematian yang lambat.
Ini … aku mungkin saja hancur oleh batu; itu akan lebih cepat daripada tenggelam, atau diseret bersamaan dengan arus dan memukul kepalaku di semua bebatuan yang tajam …
Sesuatu mengencang di tanganku. Aku berbalik dan melihat Chu Kong, terbaring di tanah dengan tangannya mencengkeram tanganku. Wajahnya pucat. Ada rasa sakit yang tertulis di seluruh wajahnya.
“Kau … sialan … kau … jadi … sangat berat!”
Maaf, yang berat adalah baju besi emas, bukan aku …
“Lepaskan,” kataku. “Kau tidak perlu mati dengan ku.”
Aku selalu orang yang baik hati. Di depan maut, aku tidak ingin menyeret kambing hitam bersamaku. Bagaimanapun, dalam masa ini, Chu Kong memperlakukanku dengan cukup baik. Kami berdua berjalan harmonis. Tidak perlu mati bersama disini.
Chu Kong mengertakkan giginya, tapi masih mengencangkan cengkeramannya di tanganku. Hatiku bergetar. Melihat pria ini dengan wajah lembutnya yang ternganga putus asa, jantungku mulai berdetak kencang.
Tiba-tiba, sentimen lama terlintas di pikiranku. Jadi drama seumur hidup dari istri kecil yang mengejar suami itu seperti ini, ah. Jadi begitulah rasanya istri kecil mengejar suami, ah. Jadi, bahkan tahu bahwa dia adalah Chu Kong, aku masih punya saat dimana aku tidak bisa mengendalikan detak jantungku, ah …
Baju besi emas itu benar-benar berat. Tubuh Chu Kong terseret menuruni tebing bersamaku.
Dengan suara “putong”, kita jatuh ke sungai. Aku merasakan air dingin membanjiri celah pakaian ku, bergegas ke kulit ku. Baju besi berat menyeretku langsung ke bagian terdalam sungai. Tiba-tiba, aku memikirkan Chu Kong; Dia masih dalam masa menstruasinya. Dia … pasti benar-benar kesakitan sekarang.
Leherku terasa kencang. Sebuah lengan ramping menyambar kepalaku. Aku merasakan seseorang menarikku ke permukaan, tapi baju besi ini benar-benar berat dan menyeret kami berdua ke dasar sungai. Chu Kong, yang datang menyelamatkanku, menampar wajahku dengan keras. Sepertinya dia sangat marah.
Aku tenggelam sepanjang jalan sampai aku terbaring di dasar sungai. Aku samar-samar merasa Chu Kong dengan cemas melepaskan baju besiku. Ketika aku hampir kehilangan kesadaran, secara tidak sadar aku membuka mulut untuk bernafas, tapi aku menelan sedikit air sungai sebagai gantinya. Sekali lagi, tubuh ku ingin berjuang. Gelembung terbentuk di mulut ku dan aku menelan lebih banyak air.
Di saat kebingungan ini, aku merasakan bibir hangat di bibirku. Napas hangat masuk ke mulutku. Pikiran ku bersih. Pada saat bersamaan, aku merasa tubuh ku menjadi lebih ringan. Baju besi berat jatuh, menyebabkan awan pasir mengalir ke arus sungai.
Chu Kong meraih kerahku dan berenang ke permukaan. Gerakannya sedikit lamban. Dia juga harusnya … hampir kehabisan nafas.
Pandangan ku tertuju pada bulan, bentuknya tercermin di permukaan sungai. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menyambar kakiku. Aku tidak tahu dari mana tanaman air ini berasal, tapi cengkeramannya kencang di kaki ku. Kaget, aku mulai berjuang. Sedikit di atas ku, Chu Kong belum sampai di permukaan saat dia berbalik dan melihat. Wajahnya menjadi pucat.
Tiba-tiba tanaman air mulai menarikku ke bawah, menggunakan kakiku sebagai pengungkit. Aku bertanya-tanya, ini tidak benar … ini jelas seperti makhluk hidup yang menarikku ke bawah …
Aku menoleh ke belakang dan melihat tanaman itu berubah menjadi rantai. Ini melingkari seluruh kaki ku, menarik ku ke bawah dengan nya. Aku benar-benar tidak mampu menahan diri. Mataku melebar ngeri dan aku menatap Chu Kong. Pada saat itu ia memberi lebih banyak kekuatan, menarik dan menarik karena aku tidak dapat melawan. Kepalaku menabrak dasar sungai. Dalam kegelapan, aku merasakan seseorang memegang erat tanganku. Terlepas dari arus kencangnya, dia pun tidak melepaskannya.