Seven Unfortunate Lifetimes [Bahasa Indonesia] - Chapter 32
Saat kami sampai di kamp, hari sudah tengah malam. Jingyang, yang ditempati tentara negara Wei, baru dua puluh mil jauhnya. Saat Chu Kong tiba di kamp, dia mulai bersiap menghadapi perang. Aku rebahan di tenda Jendral, mencengkeram perutku, dan beristirahat dengan hati yang damai.
Di luar tenda, semua orang sibuk. Aku tidak perlu menggerakkan satu jari pun. Aku merasa jauh lebih bahagia. Inilah yang ingin aku kejar dalam hidup, ah.
Dengan keadaan tubuh ku, aku tidak cocok tinggal dengan tentara lainnya. Jadi, aku sudah tidur di tenda Jendral. Pada malam hari, aku tidur dengan Jendral. Pada siang hari, Chu Kong begitu sibuk sehingga bayangannya pun tidak terlihat. Jadi, aku juga tidur di dalam tendanya. Tidak lama kemudian, ada desas-desus tentang Jendral menyukai seorang pria, dan dia bahkan tidak tahan untuk terpisah darinya saat akan berperang. Di hati ku, aku merasa bersalah atas almarhum Jendral Chu Qinghui. Ini benar-benar disebut tidak melindungi nama baik seseorang.
Setiap hari, aku terlalu santai. Chu Kong duduk sepanjang hari di samping lilin yang memikirkan taktik perang. Dia lupa melarikan diri dan aku juga sengaja melupakannya …
Sambil mengenakan baju besi sepertinya membuatnya lebih serius. Dia terlihat sangat mirip Lu Hai Kong dari kehidupan pertama. Masa itu, Lu Hai Kong dibebani dengan perseteruan darah. Senyuman bahkan tidak sampai ke wajahnya di depan orang agar sopan. Dia berpura-pura dewasa pada usia muda, begitu banyak sehingga dia menjauhkan diri dari rekan-rekannya dan sulit untuk mendekat. Setiap kali aku memikirkannya mencoba berjalan dengan lurus ke belakang, Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah. Bahkan sekarang pun sama saja.
Saat itu, Aku tidak tahu bagaimana harus dilukai bagi orang lain. Aku tidak memberi kenyamanan kepada Lu Hai Kong. Bahkan tidak sekali. Sekarang, aku takut itu masih sama.
Di siang hari, Chu Kong akan mengatur urusan militer di barak. Aku duduk diam di luar tenda dan mengawasinya. Saat bulan mengambil alih langit, dia berkerut saat terjaga semalaman. Aku berbaring di tempat tidur dan menatapnya kosong. Itu adalah takdir yang aneh. Mereka adalah orang yang sama dan bukan orang yang sama. Kapan pun aku berpikir bahwa orang tersebut telah lenyap dari dunia ini sepenuhnya, kadang-kadang dia akan muncul lagi dalam bentuk ini di hadapan ku. Aku hampir tidak bisa membedakan siapa Chu Kong dan siapa Lu Hai Kong.
Apa yang membuat aku begitu bingung sehingga akku tidak dapat membedakannya dengan perasaan ku saat ini terhadap Chu Kong. Apakah mereka ditinggalkan oleh Xiang konyol, atau apakah hatiku telah bergerak tanpa sengaja? Bagaimanapun, ada satu hal yang aku tidak bisa … sangkal.
Xiang konyol dari masa lalu bergantung pada Shifu seperti bagaimana dia bergantung pada udara untuk hidup. Perasaan ketergantungan semacam itu sangat dalam, terperangkap dalam sumsum dan membanjiri pembuluh darah. Mereka tidak bisa keluar lagi. Sambil bersembunyi di belakangnya, menarik-narik lengan bajunya akan memberi ku rasa aman. Apakah aku sendiri, atau apakah aku Xiang konyol? Aku tidak tahu lagi. Mungkin ini adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya jelas. Aku adalah aku; si bodoh itu juga aku
Suara “pu” terdengar dari tempat Chu Kong duduk di mejanya. Dia meletakkan kuasnya, menoleh, menatapku, dan berkata, “Aku sudah lama ingin bertanya kepada mu sejak kemarin: apakah aku mencuri daging mu atau apakah aku tidak memberi mu tempat tidur untuk tidur di malam hari, atau apa? Mengapa kau menatap ku dengan ekspresi suram di wajah mu sepanjang hari dan sepanjang malam?”
Aku menatapnya kosong. Jiwa ku belum kembali ke tubuh ku, tapi mulut ku, yang entah bagaimana masih bekerja, bertanya: “Katakan padaku, bagaimana ku bisa jatuh cinta pada seseorang?”
Chu Kong terkejut dengan pertanyaan ku dan tetap diam untuk sementara waktu. Pada akhirnya, dia dengan ganas meludah: “Bagaimana aku tahu?”
Sepertinya dia benar-benar membenci pertanyaanku.
Meski begitu, aku bertanya-tanya. “Apa kau tidak menyukai ku? Ayo, katakan. Apa yang kau suka dari ku? Bagaimana kau jatuh cinta dengan ku?”
Chu Kong menghancurkan kuas di tangannya, menghancurkannya dengan suara “pu”. Dia mengertakkan gigi dan berkata, “Jangan paksakan keberuntunganmu.”
“Jadi kau juga tidak tahu.”
Aku merasakan rasa kehilangan. Pada akhirnya, untuk alasan apa kau akan jatuh cinta pada seseorang …?
Hari itu di dalam gua gelap terlintas di pikiranku. Suara Chu Kong ambigu dan serak meniup di telingaku, membuat semuanya panas dan gatal. Telingaku semakin panas lagi pada ingatan itu. Aku terdiam beberapa saat. Seluruh tenda terdiam. Tiba-tiba, kudengar Chu Kong batuk ringan. Aku mendongak dan melihat dia memungut kuas itu lagi, mencelupkannya ke dalam tinta meskipun secara signifikan lebih pendek dari ledakan sebelumnya.
“Tidakkah kau tahu?” Tanyanya. “Dulu … kau sudah jatuh cinta sekali. Dengan Lu Hai Kong. Kenapa kau jatuh cinta? “
Mengapa aku jatuh cinta dengan Lu Hai Kong? Pertanyaan tentang ini sangat sulit bagiku. Aku merenung untuk waktu yang lama sebelum aku menjawab: “Mungkin karena … dia mudah diintimidasi.”
Dia membiarkan orang membulli dia dan tidak menolak sedikit pun. Aku berpikir sejenak dan kemudian melanjutkan, “Mungkin juga karena dia hanya bersikap lembut kepada ku.”
Berpikir tentang Lu Hai Kong yang benar-benar lelah yang masih bersikeras untuk tersenyum di hadapanku, aku tidak bisa menahan tawa hangat yang akrab di dadaku. Aku tersenyum, tapi hanya sekilas, perasaan dan senyumku memburuk. Aku mengubur kepalaku dalam diam.
Butuh beberapa saat untuk mengusir sisa emosi ku. Aku mendongak dan terkejut melihat Chu Kong dengan ekspresi serius di wajahnya. Kompleksitas matanya mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku pahami.
Aku menghela napas. “Kau tidak perlu seperti itu. Aku tahu dia bukan kau.”
Chu Kong berkedip dan menggantung kepalanya. Dia dengan santai menulis beberapa kata di atas kertas, dan kemudian berbicara lagi. “Jangan mengira orang lain sama bodohnya denganmu.”
Dia melanjutkan: “Aku selalu tahu siapa aku dan siapa itu aku.”
Kata-katanya terlalu mendalam. Mereka berada di luar apa yang bisa aku pahami. Meski begitu, aku merenungkannya untuk sementara waktu. Aku merasa bahwa mendiskusikan topik cinta dengan seorang pria benar-benar tidak akan memberi ku hasil apapun. Jadi, aku mengubah topik pembicaraan menjadi sesuatu yang lebih masuk akal. “Aku tidak melihatnya sebelumnya, tapi kau juga tahu bagaimana cara berperang. Kau benar-benar memainkan karakter Jendral dengan baik.”
“Ada banyak hal yang tidak kau ketahui.”
Dia melirikku sebelum melanjutkan kesombongannya yang biasa.
“Sebelum xiaoye bekerja untuk Dewa Pagi, Aku berada di militer.”
(Dewa Pagi = Di percaya sebagai dewa yang membawa datangnya pagi hari? Maaf refrensi masih belum di temukan)
Aku berpikir sejenak dan kemudian berkata, “Kedengarannya benar. Satu-satunya tempat kau bisa menemukan dewa yang bisa mentoleransi kemarahan mu di sana. “
Mulut Chu Kong bergetar. “Pergi tidur. Jika kita beruntung, kau akan tidur sampai mati dini.”
Aku melakukan apa yang dia inginkan. Aku memejamkan mata, meregangkan kakiku, membungkus diriku dengan selimut, dan tidur.
Setelah mensurvei pelatihan tentaranya selama beberapa hari, Chu Kong akhirnya mengenakan baju besi dan melakukan pukulan yang menentukan. Aku ditinggalkan dengan beberapa tentara untuk menjaga persediaan makanan. Tentu, aku tertinggal, sementara yang lain menjaga makanan. Ini tidak berbeda dengan hari biasa, setidaknya untuk ku. Hanya saja kamp itu sekarang jauh lebih sepi. Aku membuka tirai tenda dan tidak melihat bayangan Chu Kong yang sibuk.
Sore hari, kembang api bisa terdengar dari kota Jinyang. Tampaknya Chu Kong membuat kejutan yang cukup besar. Aku bosan dan menyeduh teko teh, meregangkan kakiku dan melihat langit saat aku menyesapnya.
Tiba-tiba, ada gerakan dari mana tentara menjaga makanan. Hatiku panik. Aku ragu-ragu. Berbicara secara logis, Chu Kong mungkin hanya setuju untuk pergi ke pegunungan jika dia memenangkan pertempuran ini. Dia terlalu sombong untuk menerima sesuatu yang sedikit. Karena nasib kita diikat, membantunya membantu diriku sendiri, bukan? Jadi memberikan sedikit bantuan padanya tidak salah …
Aku menyembunyikan belati, membawa pedang di tanganku, dan diam-diam pergi ke sana. Pastinya cukup banyak, puluhan orang berpakaian hitam berkelahi dengan tentara yang menjaga makanan. Beberapa dari mereka mengambil kesempatan untuk membakar persediaan. Kau bisa melihat kembang api Jinyang dari sini; Itu berarti Jinyang juga bisa melihat asap hitam kami dari sana.
Kali ini, halaman belakangnya terbakar. Perang adalah kekacauan moral yang tak terelakkan. Chu Kong ingin menang; Mungkin sulit …
Aku sekarang menjadi wanita lemah dengan tubuh yang sangat lemah. Aku akan ditarik dari tanah hanya dengan embusan angin. Aku tidak memiliki kemampuan untuk bertindak sembarangan. Aku hanya bisa bersembunyi di balik tenda dan mengamati dengan hati-hati orang-orang berpakaian hitam. Meski berpakaian sama, selalu ada pemimpin. Jika dia terbunuh, yang lain akan mudah ditangani.
AKu luangkan waktu untuk mengamati mereka dengan saksama. Dengan demikian, aku dapat mengetahui bahwa orang-orang dalam pakaian warna hitam ini secara tidak sengaja menjaga orang kecil yang mereka taati perintahnya. Aku terkekeh di hatiku. Jadi, ini dia.