The Best Of You - Chapter 44
Setelah keluar dari mobil, Shen Nianshen langsung menuju ke gedung rumah sakit. Dia berlari sangat kencang hingga Sun Tiantian tidak bisa mengejar di belakangnya.
Dia belum pernah melihat Shen Nianshen begitu panik. Tadi saat di mobil, wajah Shen Nianshen memucat sepenuhnya dan tubuhnya bahkan bergetar secara tak terkendali.
Itu adalah nenek yang saling bergantung hidup dengannya.
Sun Tiantian merasa jantungnya seperti tercekat oleh sesuatu, begitu tidak nyamannya hingga kesulitan bernapas. Dia terus berdoa dalam hatinya agar nenek baik-baik saja dan jangan mengalami hal apa-apa.
Shen Nianshen berlari ke depan ruang operasi di lantai tiga.
Di musim dingin, kaos di dalam jaketnya sudah basah kuyup dan dahinya juga berkeringat dingin.
Dia melihat Liang Qi dan segera berlari menghampirinya. Dia memegang lengan Liang Qi dengan kuat, “Ada apa dengan nenekku? Dia tidak apa-apa, kan? Dia tidak apa-apa, kan?!”
Matanya memerah dan menatap lekat pada Liang Qi, suaranya hampir terdengar seperti menggeram.
Liang Qi memegang tangannya dan berusaha menenangkan, “Jangan cemas dulu. Nenek tadi tiba-tiba pingsan di rumah, sekarang dokter sedang berusaha menyelamatkannya.”
Seluruh tubuh Shen Nianshen menegang, keringat dingin membasahi dahinya.
Dia tertegun sangat lama dan akhirnya melepaskan Liang Qi.
Tubuhnya seakan kehilangan kekuatan dan dia terhuyung mundur selangkah, bersandar pada dinding.
Dia mendongak dan menatap tanda ‘sedang operasi’ di luar ruang operasi. Tiba-tiba dia teringat banyak sekali hal dari masa kecilnya.
Dia masih ingat ketika dia masih kecil, ketika ibunya baru saja meninggalkannya, dia tinggal sendirian di rumah kontrakan bobrok itu.
Ruangan itu kosong melompong dan dia meringkuk di pojok ruang tengah. Malam itu, pertama kali dalam hidupnya dia merasa kesepian dan takut.
Dia tidak punya ayah, ibunya juga tidak menginginkan dirinya.
Keesokan paginya, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Nenek berdiri di depan pintu. Nenek menatapnya sangat lama, lalu perlahan berjalan mendekatinya.
Nenek berjongkok di depannya dan menangis sambil memeluknya, “Ah Nian, anakku. Nenek akan membawamu pulang.”
Ketika Sun Tiantian berlari ke atas, dia melihat Shen Nianshen yang berjongkok di luar ruang operasi dengan tatapan mata kosong.
Dia belum pernah melihat Shen Nianshen begitu putus asa, hatinya sangat sakit hingga hampir hancur.
Dia berlari cepat mendekatinya dan berjongkok di sisi Shen Nianshen. Dia memegang tangan Shen Nianshen dan menghiburnya dengan lembut, “Ah Nian, jangan takut. Nenek pasti akan baik-baik saja…”
Shen Nianshen mendengar suara Sun Tiantian, akhirnya dia kembali tersadar. Dia mendongak dan menatap ke arah Sun Tiantian.
Sun Tiantian balas menatapnya dan hanya bisa memegang tangan Shen Nianshen lebih erat lagi. Suaranya sangat lembut, “Ah Nian, jangan takut…”
Shen Nianshen menatapnya dan ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya seperti terbakar dan sakitnya luar biasa.
Dia menatap Sun Tiantian sangat lama, tapi tidak ada satu patah kata pun yang dapat terucap.
……
Operasi terus berlangsung hingga pukul empat sore. Pintu ruang operasi terbuka dari dalam dan dokter berjalan keluar.
Shen Nianshen segera melangkah maju dan bertanya dengan gugup, “Dokter, bagaimana keadaan nenekku? Dia baik-baik saja, kan?”
Dokter penanggung jawab adalah seorang pria paruh baya yang memakai kacamata. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Untuk sementara, tidak mengancam nyawa.”
Begitu ucapan ini terlontar, batu yang menekan di hati setiap orang akhirnya terangkat.
Sun Tiantian tanpa sadar memegang dadanya dan menghela napas lega.
Dokter menatap Shen Nianshen beberapa saat dan tiba-tiba bertanya, “Nenek tua yang di dalam itu adalah nenekmu?”
Shen Nianshen mengangguk, “Iya.”
Mata dokter itu tampak suram. Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata, “Ikut denganku sebentar.”
……
Shen Nianshen berada sangat lama di dalam ruangan dokter. Saat dia keluar, kedua matanya sudah memerah.
Sun Tiantian pergi ke bangsal untuk menjaga nenek. Liang Qi menunggu Shen Nianshen di luar. Begitu Shen Nianshen keluar, dia segera bertanya, “Bagaimana? Apa kata dokter? Nenek baik-baik saja, kan?”
Shen Nianshen tidak berbicara, air mata tiba-tiba jatuh dari mata kanannya.
Liang Qi belum pernah melihat penampilan Shen Nianshen yang seperti ini. Dia ketakutan hingga wajahnya pucat, “Kakak…”
Shen Nianshen terisak, “Kanker otak.”
Liang Qi ketakutan hingga bodoh. Bibirnya bergetar dan dia tidak bisa berkata-kata.
……
Ketika Shen Nianshen pergi ke bangsal, nenek masih belum bangun. Sun Tiantian sedang duduk di samping tempat tidur untuk menjaga neneknya.
Ketika Sun Tiantian melihat Shen Nianshen masuk, dia bergegas mendekat, “Ah…”
Ketika dia ingin mengatakan sesuatu, dia tiba-tiba melihat mata Shen Nianshen yang memerah. Tenggorokannya seperti tercekat oleh sesuatu secara tiba-tiba dan dia tidak dapat mengeluarkan suara.
Dia tanpa sadar menatap Liang Qi di belakangnya, penampilannya juga sama putus asanya.
Sun Tiantian seketika panik dan tidak berani bertanya.
Shen Nianshen tidak menatap Sun Tiantian dan langsung berjalan ke sisi tempat tidur.
Dia duduk di kursi dan duduk selama dua jam penuh.
Sun Tiantian dan Liang Qi tetap berada di sisinya, tidak berani mengeluarkan sedikit pun suara.
Bangsal begitu sunyi hingga ada rasa tertekan yang tidak terdefinisikan. Liang Qi akhirnya tidak tahan lagi, dia tiba-tiba berbalik dan melangkah keluar dengan langkah besar.
Sun Tiantian berdiri di belakang Shen Nianshen tanpa bergerak. Dia sangat mempedulikan pemuda ini, ingin memeluknya, tapi dia tidak berani. Dia takut akan mengganggu Shen Nianshen.
Begitu terus hingga pukul delapan malam, nenek akhirnya perlahan sadar.
Mata Sun Tiantian berbinar dan dia segera berkata, “Ah Nian, Nenek sudah sadar.”
“Nenek, bagaimana keadaanmu? Apa ada yang terasa sakit?” Shen Nianshen memegang tangan neneknya dan menatapnya dengan gugup.
Nenek membuka matanya dan pandangannya sedikit linglung. Dia melirik ke sekeliling ruangan dan baru ingat kalau tadi dia pingsan.
“Aku baik-baik saja.” Suaranya terdengar lemah.
Sambil berkata, dia bahkan tersenyum, “Lihat aku yang sudah tua ini. Kenapa tinggal di rumah sakit lagi? Ah Nian, bantu aku bangun. Kita pulang.”
“Nenek tidak boleh pulang.” Shen Nianshen buru-buru menghentikannya. Dia berusaha keras untuk mengendalikan emosinya dan menunjukkan senyumannya, “Nenek baru saja pingsan. Kata dokter, harus tinggal di rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan sebentar.”
Ketika wanita tua itu mendengar dirinya akan dirawat di rumah sakit, dia buru-buru berkata, “Tidak. Aku tidak mau dirawat. Tubuhku sangat sehat, untuk apa harus tinggal di rumah sakit.”
Sambil bicara, dia berusaha untuk bangkit berdiri.
Di tangannya masih tertancap jarum infus dan Shen Nianshen segera menahan tubuh neneknya. Dia sedikit lepas kendali, “Bisa tidak Nenek menurut padaku!”
Suaranya tiba-tiba menjadi keras. Bukan hanya Nenek, bahkan Sun Tiantian juga terkejut. Dia tanpa sadar menatap Shen Nianshen, “Ah Nian…”
Shen Nianshen menundukkan kepalanya dan mengangkat tangannya untuk menekan pelipisnya. Hatinya sangat kacau, otaknya juga kacau. Seluruh tubuhnya seperti tertekan di bawah gunung besar dan membuatnya tidak bisa bernapas.
Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Dia terdiam lama dan berusaha menenangkan emosinya. Barulah dia mendongak dan berkata dengan suara yang kali ini jauh lebih lembut, “Nenek, kamu harus dirawat di rumah sakit. Tidak perlu khawatirkan soal yang lainnya.”
Dia tahu neneknya takut dia akan menghabiskan uang, karena itu neneknya bersikeras untuk pulang.
……
Shen Nianshen terus membujuk neneknya dan nenek tua itu akhirnya tidak ribut untuk pulang lagi. Tak beberapa saat, dia kembali tertidur.
Sun Tiantian berjalan ke sisi Shen Nianshen dan berbisik, “Ah Nian, aku akan membelikan kamu makanan. Kamu belum makan apa-apa dari siang tadi hingga sekarang.”
Barulah kali ini Shen Nianshen menatap Sun Tiantian sambil menggelengkan kepalanya, “Aku tidak lapar.”
Dia bangkit berdiri dan menggandeng tangan Sun Tiantian, “Sudah larut, aku akan menyuruh Liang Qi untuk mengantarmu pulang.”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku ingin menemanimu.”
Shen Nianshen menatapnya dan berkata pelan, “Tidak usah menemaniku. Kamu pulang lebih awal saja. Patuh padaku.”
“Tapi aku mengkhawatirkan kamu.” Setelah jeda sejenak, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Sebenarnya ada apa dengan nenek? Apa penyakitnya berat?”
Shen Nianshen menggelengkan kepalanya, “Bukan masalah besar. Kalau usia sudah tua, pasti akan mengalami hal seperti ini.”
“Benarkah?” Sun Tiantian sedikit tidak percaya. Tadi saat Shen Nianshen masuk kemari, matanya memerah. Dia melihatnya.
Dia menggenggam tangan Shen Nianshen erat, “Ah Nian, jangan bohong padaku. Tolong beri tahu aku kalau ada sesuatu, oke? Aku ingin menghadapinya bersamamu.”
Shen Nianshen menggelengkan kepalanya, “Sungguh tidak apa-apa. Kamu pulang saja, ini sudah sangat malam.”
Sambil bicara, dia menggandeng Sun Tiantian untuk keluar dari bangsal.
Liang Qi sedang duduk di koridor luar. Melihat keduanya tiba-tiba keluar, dia seketika bangkit berdiri dari kursinya, “Ada apa?”
Shen Nianshen berkata, “Liang Qi, aku akan merepotkanmu sebentar. Tolong antarkan Tiantian pulang.”
Sun Tiantian memegang tangan Shen Nianshen, “Aku benar-benar tidak ingin pulang. Biarkan aku menemanimu, oke?”
Shen Nianshen menatapnya sebentar dan mengulurkan tangan untuk menyampirkan rambutnya yang berantakan ke belakang telinganya, “Pulang dan istirahat. Dengarkan aku.”
Liang Qi mendekati Sun Tiantian dan menarik tangannya, “Kakak Ipar, ayo. Biarkan Kakak juga istirahat sebentar.”
Dia tahu hal yang paling dibutuhkan oleh Shen Nianshen saat ini adalah ketenangan.
Nenek menderita penyakit ini, mungkin akan butuh banyak uang. Saat ini perasaan Shen Nianshen pasti sangat kalut.
Sun Tiantian pada akhirnya hanya bisa ikut dengan Liang Qi. Dia melihat Shen Nianshen begitu kelelahan dan tidak ingin membuat pemuda itu kesal.
Ketika Liang Qi membawa Sun Tiantian ke lift, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Itu pesan teks dari Shen Nianshen, “Keadaan Nenek, jangan beri tahu Tiantian.”
Liang Qi meliriknya sekilas dan kembali memasukkan ponsel ke sakunya.
Liang Qi naik taksi dan mengantar Sun Tiantian pulang.
Di perjalanan pulang, Sun Tiantian bertanya padanya, “Apa yang terjadi dengan Nenek Ah Nian? Kamu tahu?”
Liang Qi menjilat bibir bawahnya dan berkata dengan suara rendah, “Tidak ada apa-apa. Hanya sering sakit kepala dan tiba-tiba pingsan. Tidak ada masalah serius.”
“Benarkah? Liang Qi, jangan bohongi aku.” Entah kenapa, Sun Tiantian merasa semua ini tidak sesederhana itu.
Liang Qi mendengus dan berkata, “Sungguh. Kak Nian sejak kecil sudah saling bergantung hidup dengan neneknya. Jadi dia sangat gugup.”
Sun Tiantian setengah percaya dan tidak, menatap Liang Qi untuk waktu yang lama. Akhirnya dia memalingkan wajahnya dan tidak bertanya lagi.
……
Nenek tinggal di rumah sakit selama setengah bulan. Setiap hari Sun Tiantian akan naik mobil selama dua jam ke rumah sakit untuk merawat nenek.
Sehari sebelum perkuliahan dimulai, nenek akhirnya diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Sun Tiantian ikut dengan Shen Nianshen untuk menjemput nenek pulang.
Sebelum keluar dari rumah sakit, Shen Nianshen mengambil satu pak besar obat-obatan. Saat Nenek melihat obat itu, dia mengerutkan kening dan berkata, “Aduh, aku mana bisa makan obat sebanyak itu? Kamu ingin aku minum obat seperti makan nasi?”
Shen Nianshen berkata, “Kalau sakit ya harus minum obat. Minum obat baru bisa sembuh.”
Orang yang sudah semakin tua, terkadang akan kekanakan seperti anak kecil.
Sekembalinya ke rumah, Sun Tiantian duduk di sofa dan mengobrol bersama neneknya.
Jarang-jarang Shen Nianshen duduk di samping neneknya dan tidak masuk ke kamar untuk belajar.
Namun, Nenek sedang tidak enak badan. Baru duduk sebentar saja sudah merasa lelah. Sun Tiantian membantu nenek kembali ke kamar untuk istirahat dan membantunya menutup selimut. Barulah setelah itu dia keluar sambil menutup pintu dengan perlahan.
Shen Nianshen bersandar di sisi pintu dan menatapnya, tatapan itu begitu dalam dan tidak tahu sedang memikirkan apa.
Sun Tiantian tidak bisa menahan diri dan tertegun. Dia memeluk pinggang Shen Nianshen dengan lembut dan mendongak untuk menatapnya, “Ah Nian, kamu baik-baik saja?”
Shen Nianshen tersenyum dan membelai kepalanya, “Aku baik.”
Melihat Shen Nianshen tersenyum, Sun Tiantian pun ikut tersenyum lembut, “Besok perkuliahan akan dimulai. Kira-kira jam berapa kamu berangkat ke kampus?”
Shen Nianshen berkata, “Mungkin siang, bagaimana denganmu?”
“Aku juga kurang lebih sama. Bagaimana kalau besok kita makan siang bersama?” tanya Sun Tiantian.
Shen Nian mengangguk, “Oke.”
Mata Sun Tiantian melengkung karena tersenyum dan berkata dengan gembira, “Aku akan meneleponmu besok siang.”
“Hmm.”
Sun Tiantian masih harus pulang untuk mengemasi barang-barangnya untuk kembali ke sekolah besok. Dia tidak terlalu lama berada di rumah Shen Nianshen.
Shen Nianshen mengantarnya keluar gang untuk naik taksi, membantunya membuka pintu belakang dan berkata lembut, “Naiklah.”Sun Tiantian berdiri di sisi pintu mobil dan tidak bisa menahan diri untuk memeluk leher Shen Nianshen dan menciumnya sebentar. Lalu dia melepaskannya dan menatap langsung ke mata Shen Nianshen, “Sampai jumpa besok.”
Shen Nianshen mengiyakan dan balas menatap Sun Tiantian beberapa saat. Akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk memeluk gadisnya. Setelah sekian lama, dia berbisik, “Sampai jumpa besok.”