The Best Of You - Chapter 46
Shen Nianshen mengajukan kelulusan lebih awal di kampus. Selain mata kuliah tahun kedua, dia juga harus mengikuti mata kuliah tahun ketiga. Kalau kelasnya tidak bisa selesai, dia tidak akan bisa menulis tesis.
Kelas Sun Tiantian lebih sedikit di tahun pertama. Setiap hari dia akan pergi menemani Shen Nianshen saat tidak ada kelas. Shen Nianshen mendengarkan kelas dengan seksama, dia hanya duduk dengan tenang di sisinya. Kalau tidak, dia akan menggambar atau main ponsel. Intinya, dia tidak mengganggu Shen Nianshen.
Setelah kelas hari ini, Sun Tiantian duduk di meja dan sedang menggambar Shen Nianshen.
Setelah menggambar sebentar, dia memiringkan kepalanya untuk mengamati dan kembali menunduk untuk melanjutkan gambarnya.
Di tengah Shen Nianshen mendengarkan kelas, dia melirik pada kertas gambar Sun Tiantian. Dia tidak bisa menahan senyumnya dan bertanya pelan, “Untuk diberikan padaku?”
Sun Tiantian menoleh dan tersenyum, “Kamu mau?”
Shen Nianshen mengiyakan, “Mau.”
Sun Tiantian terkekeh, “Kalau begitu setelah aku selesai menggambarnya, nanti akan kuberi pewarnaan dulu sebelum kuberikan untukmu.”
Shen Nianshen tersenyum, “Oke.”
♥♥♥
Sekarang Shen Nianshen hampir setiap hari penuh dengan kelas. Meski tidak ada kelas, pada dasarnya dia akan selalu ke perpustakaan.
Satu minggu sejak perkuliahan dimulai, Sun Tiantian belum pernah berkencan dengannya.
Saat makan siang, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Ah Nian, kamu…nanti malam ada waktu?”
Shen Nianshen tertegun, “Kenapa?”
Sun Tiantian mengerutkan bibirnya dan menatap Shen Nianshen, “Aku pikir… kalau nanti malam kamu punya waktu, kita bisa berkeliling di sekitar sekolah, hanya… jalan-jalan saja.”
Setelah selesai bicara, matanya menatap Shen Nianshen dengan penuh harap.
Mata Shen Nianshen begitu dalam, menatap Sun Tiantian untuk waktu yang lama tanpa berbicara.
Melihat Shen Nianshen tidak menjawab, Sun Tiantian bangkit berdiri dan duduk di sampingnya, menarik tangan pemuda itu, “Ah Nian, aku tahu tekanan belajarmu sangat besar. Tapi kamu tidak boleh tidak istirahat seperti ini. Anggap saja kamu menemaniku. Berikan sedikit liburan pada dirimu sendiri, oke?”
Shen Nianshen yang melihat tatapan penuh harap dari Sun Tiantian itu, tiba-tiba merasa bersalah dalam hatinya.
Jantungnya seakan tertekan oleh batu besar, sampai dia hampir tidak dapat bernapas.
Dia melihat Sun Tiantian dan memegang erat tangan gadis itu, “Tiantian, maaf. Belakangan ini…” Tiba-tiba dia merasa tenggorokannya tercekat dan membuatnya sulit untuk bicara. Setelah beberapa saat barulah dia melanjutkan, “Belakangan ini aku sungguh agak sibuk. Bisakah menunggu setelah semua ini berlalu? Setelah semua ini berlalu, aku akan memilih waktu untuk menemanimu dengan baik.”
Shen Nianshen sudah berkata begitu, Sun Tiantian mana bisa mengatakan hal yang lain lagi. Dia hanya bisa mengangguk pelan.
Meski Sun Tiantian tidak banyak mengeluh, tapi Shen Nianshen dapat melihat ekspresi kecewanya. Hatinya serasa ditusuk dengan pisau tajam dan rasa tidak nyamannya sulit diungkapkan.
Dia tidak bisa menemani Sun Tiantian dengan baik, tapi ingin dengan egois tetap mempertahankan gadis itu di sisinya.
Keluar dari kantin, Shen Nianshen mengantar Sun Tiantian kembali ke asrama.
Kantin tidak jauh dari asrama, mereka tiba dalam beberapa menit.
Sun Tiantian memegang tangan Shen Nianshen, sedikit enggan melepasnya.
Shen Nianshen menatapnya sebentar, lalu menariknya ke dalam pelukan dan memeluknya lembut.
Sun Tiantian menguburkan kepalanya di dada Shen Nianshen, entah kenapa dia punya perasaan ingin menangis.
Shen Nianshen memeluk Sun Tiantian untuk waktu yang lama, sangat enggan melepasnya.
Akhirnya Sun Tiantian mendongakkan kepalanya dari pelukan Shen Nianshen dan mencium pemuda itu dengan lembut.
Dia melihat wajah Shen Nianshen dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya lembut. Matanya sembab oleh air mata, “Ah Nian, kamu kurusan.”
Shen Nianshen memegang tangannya, meletakkan di bibirnya dan menciumnya, “Jangan cemas.”
Jangan cemas, tapi bagaimana mungkin tidak cemas.
Shen Nianshen memegang wajah Sun Tiantian, menundukkan kepalanya dan mencium gadis itu dengan lembut.
Tidak ada gerakan lainnya, kedua bibir itu hanya menempel erat untuk beberapa saat. Shen Nianshen mengangkat kepalanya dan mengusapkan ibu jarinya di bibir Sun Tiantian untuk beberapa saat. Dia berkata sambil menatapnya, “Pulanglah.”
Sun Tiantian mengangguk, “Kamu juga pulang dan istirahatlah sebentar.”
“Iya.”
♥♥♥
Sun Tiantian ada kelas di sore hari dan tidak bisa menemani Shen Nianshen.
Setelah kelas sorenya selesai, sudah jam setengah lima ketika dia meninggalkan gedung perkuliahan.
Sun Tiantian menelepon Shen Nianshen, ingin makan malam bersamanya.
Telepon berdering beberapa kali sebelum tersambung.
Sun Tiantian buru-buru berkata, “Ah Nian, kamu sudah selesai kelas? Kamu di mana? Aku akan menemuimu.”
Shen Nianshen sudah di luar dan bersiap untuk mengantarkan pesan antar, dia berkata dengan suara rendah, “Aku sekarang sedang di luar. Sedang agak sibuk. Kamu pergi makan saja dengan teman sekamarmu.”
Sun Tiantian tertegun untuk beberapa saat sebelum menjawab, “Oh, baiklah.”
Sun Tiantian menutup telepon dengan sedikit kecewa.
Cheng Duo melihatnya dan bertanya, “Kenapa? Shen Nianshen tidak makan bersamamu?”
Sun Tiantian mengangguk, “Dia sangat sibuk.”
Cheng Duo tidak bisa menahan kerutan di alisnya, “Dia sedang sibuk apa? Perkuliahan sudah dimulai cukup lama. Selain kamu setiap hari pergi menemaninya ke kelas, dia tidak pernah menemanimu. Sesibuk apa pun dia, apa tidak bisa meluangkan sedikit waktu?”
“Ah Nian benar-benar sedang sibuk.”
Cheng Duo menatap Sun Tiantian, “Kamu terus saja membantunya bicara. Sekalipun sibuk, apa tidak bisa meluangkan sedikit waktu untuk menemanimu?”
“Jangan bicara begitu tentangnya, kamu tidak mengerti.” Sun Tiantian membela Shen Nianshen. Meski dia tidak tahu Shen Nianshen sedang sibuk apa, tapi dia tahu Shen Nianshen pasti akan menemaninya kalau dia punya waktu. Dia hanya tidak punya waktu saja.
“Baiklah, aku tidak mengerti. Semua yang dilakukan Ah Nian-mu itu sudah pasti benar. Ayo, kita pergi makan.”
Selesai bicara, dia menarik Sun Tiantian untuk berjalan ke luar kampus.
Sun Tiantian tertegun dan bertanya, “Kamu tidak makan bersama Xu Li?”
“Tidak, aku akan menemanimu.”
Cheng Duo mengajak Sun Tiantian keluar untuk makan barbeque. Saat sedang makan, Sun Tiantian terus melirik ponselnya dari waktu ke waktu.
Cheng Duo melihatnya dan tidak bisa menahan desahannya, “Sedang lihat apa?”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya, “Tidak ada.”
“Sedang lihat Ah Nian-mu mengirimkan pesan teks untukmu atau tidak?”
Sun Tiantian, “…”
Cheng Duo memanggang sepotong daging sapi untuk Sun Tiantian, membantunya membungkus dengan daun selada dan menyerahkan pada Sun Tiantian, “Hari Valentine akan segera tiba. Shen Nianshen seharusnya punya waktu untuk menemanimu, kan?”
Mata Sun Tiantian terbuka lebar, “Tentu saja!”
Dia berkata lagi, “Ah Nian bilang setelah semuanya selesai dia akan meluangkan waktu untuk menemaniku.”
Sambil bicara, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan matanya berbinar. Dia segera meraih pergelangan tangan Cheng Duo, “Duoduo, temani aku pergi belanja akhir pekan nanti. Aku ingin membelikan hadiah Valentine untuk Shen Nianshen.”
Cheng Duo mengiyakan, “Aku juga terpaksa harus membelikan hadiah untuk Xu Li.”
♥♥♥
Pada hari Sabtu, Sun Tiantian dan Cheng Duo naik bus ke pusat kota.
Sun Tiantian ingin membelikan sepasang sepatu untuk Shen Nianshen. Sepatu kets putih yang dia pakai sekarang itu sudah sangat tua.
Dia memilih di depan rak untuk waktu yang lama, akhirnya tetap memilih sepatu kets putih.
Pramuniaga mendekat sambil tersenyum, “Halo, apa membelinya untuk pacarmu?”
Sun Tiantian mengangguk dan bertanya, “Ada ukuran 43?”
“Ada.” Pramuniaga menjawab sambil menambahkan, “Ini adalah model pasangan, kamu mau coba yang model perempuannya?”
Mata Sun Tiantian berbinar, “Ini model pasangan? Boleh, tolong keluarkan model perempuannya. Aku akan mencobanya. Ukuran sepatuku 35.”
“Baik, mohon tunggu sebentar.”
Sun Tiantian membeli sepasang sepatu kets untuk dirinya dan Shen Nianshen. Dia kembali ke kampus bersama Cheng Duo dengan hati senang.
Dia juga secara khusus mengingatkan Cheng Duo agar tidak memberi tahu Xu Li dia telah membelikan hadiah untuk Shen Nianshen. Mulut besar Xu Li itu pasti akan langsung membocorkannya pada Ah Nian, merusak kejutannya.
Cheng Duo tersenyum mengejek, “Tenang saja, memangnya aku tidak tahu dia seperti apa.”
♥♥♥
Sehari sebelum Valentine, Sun Tiantian menemani Shen Nianshen pergi ke kelasnya. Di tengah jalan, dia memeluk lengan Shen Nianshen dan bertanya sambil tersenyum, “Kamu tahu besok hari apa?”
Shen Nianshen terkejut sebentar, “Hari apa?”
Sun Tiantian memiringkan bibirnya, “Hari Valentine, kamu tidak tahu?”
Shen Nianshen terkejut, dia baru sadar saat ini dan berkata, “Belakangan ini terlalu sibuk, aku sampai lupa.”
Sun Tiantian tersenyum, “Tidak apa-apa.”
Melihatnya, dia bertanya lagi, “Besok kita akan pergi ke mana?”
Shen Nianshen berkata, “Besok siang kelasku penuh, sore masih ada urusan. Nanti kita bertemu di Xingtian Square jam enam, lalu kita pergi makan bersama.”
Sun Tiantian menyeringai dan mengangguk senang, “Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu di sana.”
♥♥♥
Hari berikutnya adalah Hari Valentine.
Saat Cheng Duo kembali ke asrama di siang hari, dia memegang buket bunga mawar dan sekotak cokelat.
Begitu memasuki asrama, Xie Yan langsung berseru, “Astaga! Buket mawar yang sangat besar!”
Cheng Duo tertawa terbahak-bahak, “Tidak terlalu besar, kok.”
Sambil bicara, dia meletakkan mawar dan cokelat itu di atas meja.
Xie Yan tersenyum dan berkata, “Tak kusangka Xu Li lumayan romantis.”
“Romantis apanya, dia hampir memberiku uang dan suruh aku pergi beli barang sendiri. Untuk apa aku mengambil uangnya.” Cheng Duo memikirkannya saja sudah merasa lucu.
Xie Yan menoleh dan bertanya pada Sun Tiantian, “Tiantian, apa kode yang Kakak Shen berikan padamu hari ini?”
Sun Tiantian berdiri di depan cermin rias sambil merias wajahnya, “Kejutan dari Kakak Shen ada di malam hari nanti.”
Cheng Duo berjalan mendekatinya, “Kenapa? Hari ini dia punya waktu untuk menemanimu?”
Sun Tiantian tersenyum, “Tentu saja, kami berdua berjanji untuk bertemu di Xingtian Square jam enam nanti.”
“Ckckck, lihat dirimu. Senang sekali.” Cheng Duo menatap Sun Tiantian beberapa saat dan tiba-tiba menyadari sesuatu, “Astaga, kapan kamu mengeriting rambutmu?”
Sun Tiantian menoleh, “Kamu baru sadar? Tadi siang aku sengaja minta Miao Miao untuk menemaniku pergi keriting rambut.”
Dia mengibaskan rambutnya sambil bicara, “Bagus tidak?”
Cheng Duo sudah pergi kencan pagi-pagi sekali, dia tidak tahu kalau Sun Tiantian pergi mengeriting rambutnya. Dia mengangguk dan berkata tulus, “Bagus, sangat cantik.”
Sun Tiantian tidak mengeriting rambut dengan terlalu berlebihan. Dia hanya membuatnya menjadi bergelombang dan diurai di bahunya, terlihat sangat alami.
Sun Tiantian juga puas dengan hasil penataan rambutnya. Setelah dua sampai tiga jam berdandan di asrama, dia mengenakan mantel pendek berwarna krem. Mantel yang dia beli secara khusus untuk dipadukan dengan sepatu kets pasangan itu. Di bagian bawahnya dia mengenakan celana jins berwarna biru muda.
Butuh hampir satu jam naik bus dari kampus ke Xingtian Square. Sun Tiantian selesai berdandan dan keluar pada pukul empat dengan membawa tas dan hadiah untuk Shen Nianshen.
♥♥♥
Demi menghabiskan Hari Valentine bersama Sun Tiantian nanti malam, Shen Nianshen secara khusus mengubah ham kerjanya menjadi sore hari.
Dia sangat membutuhkan uang saat ini, tidak boleh disia-siakan barang semenit atau sedetik pun.
Setelah kelas di pagi hari, dia segera naik motor untuk mengantar pesan antar.
Dia sudah janji untuk bertemu Sun Tiantian pada pukul enam. Demi membuat lebih banyak pesanan, dia mengendarai motor dengan sangat cepat. Ketika dia bertemu dengan bangunan tua tanpa lift, dia akan berlari naik tujuh atau delapan lantai dalam satu tarikan napas. Setelah turun dari atas, kaos dalamnya pun sudah basah kuyup.
Saat angin bertiup di luar, kaos yang penuh dengan keringat itu menempel di punggungnya dan membuatnya merasa tidak nyaman.
Dia terus mengantar pesanan sampai jam lima sore. Sebelum pergi ke Xingtian Square, dia terlebih dulu pergi ke supermarket untuk membeli sekotak cokelat untuk Sun Tiantian. Saat melewati sebuah toko perhiasan, dia masuk ke dalam untuk membelikan sebuah boneka kecil yang lucu.
Dia meletakkan cokelat dan boneka kain di bagasi motor, melaju ke arah Xingtian Square.
Tepat ketika dia hampir mendekati Xingtian Square, tiba-tiba dia menerima telepon dari Liang Qi.
Liang Qi berteriak dengan panik, “Kakak, cepat ke rumah sakit. Nenek pingsan lagi!”
Tubuh Shen Nianshen tiba-tiba menegang, detik berikutnya dia berbalik dan menuju ke rumah sakit.
♥♥♥
Sun Tiantian menunggu hingga jam setengah tujuh di Xingtian Square, tapi tidak melihat kedatangan Shen Nianshen.
Langit sudah hampir gelap, dia mengeluarkan ponsel dan bersiap untuk menelepon Shen Nianshen.
Sebelum dia menelepon, Shen Nianshen sudah menelepon kemari.
Dia buru-buru mengangkatnya dan bertanya dengan gembira, “Ah Nian, kamu sudah mau sampai? Aku sudah di alun-alun sini.”
Suara Shen Nianshen terdengar memburu, dia berkata dengan cepat, “Tiantian, hari ini mungkin aku tidak bisa datang. Kamu pulang saja dulu ke sekolah, nanti malam aku akan meneleponmu.”
Sun Tiantian tertegun selama beberapa detik, dia buru-buru berkata, “Tidak apa-apa, aku akan menunggumu.”
Shen Nianshen, “Dengarkan aku, pulanglah dulu.”
Sun Tiantian, “Aku…”
Shen Nianshen, “Ada hal yang harus aku selesaikan di sini, aku tidak bicara denganmu lagi.”
“Ah…”
Sun Tiantian belum sempat mengatakan apa-apa, orang di seberang sana sudah menutup telepon.
Sun Tiantian menatap ponselnya dan tertegun cukup lama.
Di sekelilingnya dipenuhi oleh pasangan yang saling bergandengan tangan, seluruh pasangan memasang senyum bahagia di wajah mereka.
Sun Tiantian menatap mereka sebentar, lalu membuang muka.
Dia memegang hadiah untuk Shen Nianshen di tangannya, perlahan berjalan bolak-balik di alun-alun. Ketika merasa bosan, dia akan menundukkan kepala. Berjalan sambil menghitung ubin di lantai.
Dia menunggu dari jam setengah tujuh hingga jam setengah delapan. Setengah delapan sampai setengah sembilan, setengah sepuluh, setengah dua belas…Shen Nianshen masih tidak datang.
Cuaca di bulan Februari masih sedingin musim dingin.
Di jalan sudah tidak banyak pejalan kaki yang lewat. Sun Tiantian memeluk lengannya dan berjongkok di bawah lampu jalan redup di depan alun-alin. Tubuhnya yang kecil meringkuk seperti bola.
Dia kedinginan, lapar, dan sedih. Hatinya seperti tercekat oleh sesuatu dan membuatnya sulit bernapas.
Dia tidak ingin menangis, tapi air matanya mengalir tanpa bisa dikendalikan. Dia menundukkan kepala, air matanya jatuh ke tanah.
♥♥♥
Ketika Shen Nianshen kembali ke kampus dari rumah sakit, waktu sudah pukul 11:40 malam. Dia sangat kelelahan dan kepalanya sakit hingga hampir meledak.
Dia membuka pintu dan memasuki asrama, tapi teman sekamarnya masih terjaga.
Xu Li melihat Shen Nianshen dan langsung duduk dari tempat tidur, “Sial, kenapa kamu pulang?”
Shen Nianshen sudah tidak punya kekuatan untuk berbicara, dia hanya meliriknya sekilas.
Xu Li sedikit kebingungan dan berkata, “Aku baru saja menelepon Cheng Duo, katanya Tiantian belum pulang ke asrama. Kukira kalian berdua menginap di luar.”
Shen Nianshen terkejut, “Apa katamu? Tiantian belum pulang?!”
Xu Li, “Iya, kamu…”
Belum sempat dia selesai bicara, Shen Nianshen sudah berlari keluar dengan cepat.
Shen Nianshen mengendarai sepeda motor dengan kencang di jalan raya, matanya memerah seperti darah.
Ketika tiba di Xingtian Square, waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam.
Xingtian Square masih terang benderang, masih ada beberapa pasangan kekasih di dekat alun-alun.
Shen Nianshen berdiri di pinggir jalan dan menatap sekilas pada Sun Tiantian yang berjongkok di bawah lampu jalanan.
Di sekelilingnya penuh dengan pasangan, hanya dia satu-satunya yang berjongkok sendirian di sana.
Mata Shen Nianshen memerah, dia menatap Sun Tiantian dari kejauhan. Setelah sekian lama, dia mengangkat dirinya dan menampar pipinya sendiri dengan keras.
Apa yang sedang dia lakukan?