The Best Of You - Chapter 48 (1)
Shen Nianshen menghabiskan waktu lama sekali di kamar mandi, air shower mengucur turun dan membasahi kepalanya. Pikirannya yang sedang kacau sedikit tenang saat terkena air.
Dia memejamkan mata, berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuat dirinya tertekan.
Sun Tiantian mengeringkan rambut di luar. Setelah rambutnya sudah kering, dia duduk di sofa sambil menunggu Shen Nianshen keluar.
Tapi dia sudah menunggu lama dan air di kamar mandi masih terus mengalir.
Kurang lebih satu setengah jam berlalu, barulah suara air itu akhirnya berhenti.
Shen Nianshen keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi, menyeka rambutnya dengan handuk.
Sun Tiantian melambaikan tangan padanya, “Ah Nian, kemari. Aku bantu keringkan rambutmu.”
Colokan pengering rambut masih belum dilepas, Sun Tiantian sengaja menunggu Shen Nianshen agar bisa mengeringkan rambutnya.
Shen Nianshen berjalan ke sana, meletakkan handuk di atas meja kopi.
Sun Tiantian duduk di atas sofa, dia menepuk pahanya dan berkata, “Kamu tiduran dan letakkan kepalamu di pahaku.”
Shen Nianshen tertegun sejenak, senyuman muncul di bibirnya, “Kakimu kurus begitu, aku takut akan mematahkannya.”
“Tidak mungkin.” Sun Tiantian langsung mengulurkan tangan untuk menariknya.
Shen Nianshen memang sudah terlalu lelah. Dia tidak menolak dan meletakkan kepalanya di pangkuan Sun Tiantian.
“Angkat kakimu ke atas, berbaring telentang saja.” Sun Tiantian ingin membuat posisi Shen Nianshen lebih nyaman.
Shen Nianshen mengiyakan dan melakukan sesuai instruksinya.
Shen Nianshen meletakkan kepalanya di pangkuan Sun Tiantian, tapi karena tubuhnya terlalu tinggi, sofa itu kurang panjang. Jadi kedua kakinya perlu sedikit menekuk. Dia menekuk satu kaki dan meluruskan kaki satunya lagi, mencari posisi yang paling nyaman.
“Aku akan mengeringkan rambutmu. Pejamkan matamu dan istirahat sebentar.” Sun Tiantian mengubah mode angin menjadi yang paling rendah, angin bertiup sangat pelan.
Sun Tiantian memegang pengering rambut di satu tangan dan mengusap rambut Shen Nianshen dengan lembut di tangan lain. Jari-jarinya yang lembut bergerak di antara rambut Shen Nianshen, angin hangat mengenai kulit kepala pun membuat Shen Nianshen sangat nyaman.
Jari Sun Tiantian yang lembut memijat kepala Shen Nianshen. Kekuatan yang lembut itu seolah membawa sesuatu yang menenangkan. Shen Nianshen sudah beberapa hari kesulitan tidur, sekarang ini akhirnya memiliki rasa kantuk. Dia memejamkan mata, tidak mau memikirkan apa pun. Tak beberapa saat, dia sungguh-sungguh jatuh tertidur.
Setelah Sun Tiantian mengeringkan rambut Shen Nianshen, dia melihat Shen Nianshen sudah tertidur. Dia perlahan meletakkan pengering rambut di samping. Gerakannya sangat perlahan, takut akan menimbulkan suara.
Sun Tiantian takut membangunkan Shen Nianshen, dia tetap duduk tanpa bergerak.
Dia menundukkan kepala dan memandang Shen Nianshen dengan cermat.
Shen Nianshen semakin kurus. Lingkaran hitam di bawah matanya juga lebih parah dari sebelumnya. Bahkan saat tertidur, keningnya masih berkerut.
Sun Tiantian memandangnya, merasa sangat tertekan.
Dia mengulurkan tangan dan mengurut lembut kening Shen Nianshen, mencoba membuat kerutan itu menjadi lebih longgar. Setelah melakukannya cukup lama, Shen Nianshen masih mengerutkan kening dan sama sekali tidak menjadi rileks.
Sun Tiantian luar biasa tertekan. Dia sudah begitu lama bersama Shen Nianshen, mereka berdua sudah sedekat itu. Tapi entah kenapa, Sun Tiantian merasa seperti tidak pernah benar-benar memahami Shen Nianshen dan tidak pernah benar-benar masuk ke dalam hati pemuda ini.
Shen Nianshen bagaikan misteri, seperti menyembunyikan banyak rahasia.
Sun Tiantian memandang Shen Nianshen lama sekali, sampai sekitar pukul empat pagi barulah dia memejamkan matanya dan perlahan tertidur.
♥♥♥
Shen Nianshen sudah terlalu lama tidak tidur nyenyak. Jarang sekali bisa tidur dengan nyenyak dan kali ini dia tertidur hingga jam delapan pagi.
Dia membuka matanya, melihat Sun Tiantian bersandar ke sofa dan tidur sambil memiringkan kepalanya. Dia tertegun selama beberapa detik, akhirnya baru sadar kalau dia masih tidur dengan kepala berbantalkan paha Sun Tiantian.
Ternyata dia tidur sepanjang malam dalam posisi seperti ini. Setelah sadar, dia segera bereaksi dan terduduk.
Karena tidur sambil duduk, Sun Tiantian tidak tidur dengan nyenyak. Begitu Shen Nianshen bangun, dia juga ikut terbangun.
“Kamu sudah bangun?” Sun Tiantian menggosok matanya dan tanpa sadar menggerakkan tubuhnya.
Karena sepanjang malam tidak bergerak, punggungnya pegal dan ingin bangkit berdiri untuk melakukan perenggangan. Tapi saat bangkit berdiri, barulah dia sadar kalau kakinya sudah mati rasa.
Shen Nianshen berjongkok dan memijat betisnya, “Kenapa kamu tidak membangunkan aku? Sakit sekali ya?”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya, “Tidak.”
Shen Nianshen merasa tidak tega.
Bagaimana bisa tidak sakit. Duduk tanpa bergerak sepanjang malam, pasti sakit punggung.
Shen Nianshen membantu Sun Tiantian memijat kakinya sebentar, lalu kembali duduk di sofa untuk membantunya menekan bagian lengan dan bahu.
“Sudah lebih baik?”
Sun Tiantian tersenyum pada Shen Nianshen dan mengangguk, “Enak sekali.”
Shen Nianshen melihat Sun Tiantian yang masih bisa tersenyum, merasa bersalah tapi juga tidak berdaya. Dia membelai kepalanya, “Dasar bodoh.”
♥♥♥
Sun Tiantian dan Shen Nianshen mandi sebentar di hotel, berganti pakaian dan turun ke bawah untuk check-out.
Di seberang hotel ada kios yang menjual sarapan seperti susu kedelai dan cakwe, Shen Nianshen mengajak Sun Tiantian pergi makan di sana.
Jam delapan memang kebetulan jam ramai di toko yang menjual sarapan, tempat duduk di dalamnya sudah penuh. Sun Tiantian dan Shen Nianshen hanya bisa duduk di pinggir jalan.
Tangan Sun Tiantian masih dingin, Shen Nianshen terus memegangi tangan kirinya saat mereka makan.
Sun Tiantian memandang Shen Nianshen, hatinya terasa manis.
Shen Nianshen makan dengan cepat, langsung duduk di sebelah Sun Tiantian setelah selesai makan.
Setelah melihat cukup lama, dia merasa ada yang tidak biasa pada Sun Tiantian. Tatapannya jatuh pada rambut Sun Tiantian dan sedikit tertegun. Dia pun bertanya setelah beberapa saat, “Kamu mengeriting rambutmu?”
Sun Tiantian mendongak melihatnya dan mendengus, “Kamu baru sadar sekarang?”
Shen Nianshen mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Sun Tiantian yang sangat halus.
Setelah Sun Tiantian menghabiskan susu kedelai, dia mendongak dan tersenyum pada Shen Nianshen, “Apa gaya rambut baruku ini bagus?”
Shen Nianshen sedikit terpesona, terus menatap Sun Tiantian sampai agak lama baru mengangguk, “Sangat bagus.”
Sun Tiantian tertawa bahagia setelah mendengar ini.
Ternyata usahanya tidak sia-sia.
Setelah selesai sarapan, Shen Nianshen mengendarai sepeda motor dan membawa Sun Tiantian kembali ke kampus.
Shen Nianshen mengendarai sepeda motor bermesin, dalam perjalanan mengantar Sun Tiantian kembali ke asrama telah menarik perhatian banyak mahasiswa di tengah jalan.
Sun Tiantian duduk di belakang, memeluk erat pinggang Shen Nianshen, “Shen Nianshen, kamu ganteng.”
Shen Nianshen hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa.
Shen Nianshen mengantar Sun Tiantian ke depan asramanya.
Sun Tiantian turun dari motor, melepas helm dan menyerahkan pada Shen Nianshen, “Hari ini kelasmu penuh?”
Shen Nianshen mengiyakan, “Tapi kamu tidak usah menemaniku. Kemarin malam kamu belum tidur, pulang ke asrama dan istirahat dengan baik.”
Sun Tiantian memang tidak tidur dengan baik tadi malam, masih agak mengantuk. Dia mengangguk, “Baiklah, aku akan meneleponmu setelah bangun.”
“Hmm.”
Sun Tiantian melambaikan tangan pada Shen Nianshen dan kembali ke asrama. Baru saja membuka pintu, teman sekamarnya sudah mengelilinginya.
Xie Yan berkacak pinggang, “Cepat jelaskan. Kemarin tidak pulang semalaman, apa kamu pergi dengan Shen Nianshen ke…”Dia mengangkat alisnya ke arah Sun Tiantian, tersenyum penuh makna.
“Pikiranmu berlebihan.” Sun Tiantian sedikit kelelahan, tidak ingin menjelaskan kejadian tadi malam. Dia segera naik ke tempat tidurnya setelah melepas mantel.
Ketika berbaring di tempat tidur, di benaknya selalu teringat kening berkerut Shen Nianshen saat tidur. Gambaran itu terus terputar di depan matanya.
♥♥♥
Selama sebulan berikutnya, Sun Tiantian masih setiap hari menemani Shen Nianshen ke kelas. Shen Nianshen masih sibuk. Selain waktu untuk kelas, Sun Tiantian sama sekali tidak bisa bertemu dengannya, juga tidak tahu apa yang pemuda ini lakukan.
Hingga suatu hari di awal Maret, Sun Tiantian bertemu Xie Xun di kampus.
Xie Xun terus menatap Sun Tiantian, tatapannya agak aneh.
Sun Tiantian tanpa sadar menyentuh wajahnya, “Ada sesuatu di wajahku?”
Xie Xun menatapnya lama sebelum bertanya, “Kamu tahu soal Shen Nianshen jadi pengantar makanan di luar?”
Sun Tiantian tertegun, matanya seketika terbelalak.
Melihat ekspresinya, Xie Xun tahu kalau gadis ini mungkin tidak tahu. Dia berkata, “Sepertinya dia cukup sulit. Kemarin malam kami pergi main di bar, saat pulang jam dua tengah malam masih melihatnya mengantar pesanan orang. Saat itu sedang hujan deras, pakaiannya sampai basah kuyup.”
Sun Tiantian menutup mulutnya erat dengan tangannya, matanya langsung memerah.
Xie Xun mengawasi ekspresinya sebentar, lalu menepuk pundaknya dan melanjutkan perjalanannya.
♥♥♥
Pada jam delapan malam, ketika Shen Nianshen keluar dari KFC, dia menemukan ada orang yang duduk di atas sepeda motornya.
Tubuhnya menjadi kaku, hanya berdiri di tempat.
Sun Tiantian memakai helm dan melambai padanya, “Cepat kemari, nanti pesanan orang akan menjadi dingin.”
Tengkuk Shen Nianshen menegang. Dia berjalan ke sana dan terus memandang Sun Tiantian. Setelah beberapa saat dia baru berkata, “Bagaimana kamu tahu…”
“Kalau aku tidak datang mencarimu, apa kamu ingin terus menyembunyikan hal ini dariku?”
Shen Nianshen menatapnya tanpa berbicara.
Sun Tiantian menerima kotak yang dibawa oleh Shen Nianshen dan meletakkannya di kotak belakang, “Cepat naik dan kendarai motornya.”
Shen Nianshen mengerutkan kening, “Pulanglah.”
“Tidak mau, aku ingin menemanimu.” Sun Tiantian duduk di atas sepeda motor dan menolak turun.
“Ini sangat melelahkan.”
“Aku tidak takut, asalkan bisa menemanimu.”
Sun Tiantian menolak untuk turun dari motor, Shen Nianshen tidak punya pilihan selain memboncengnya.
Sun Tiantian menemaninya melewati jalan demi jalan, masuk ke toko demi toko, menemaninya naik turun gedung.
Sepeda motor melaju kencang di jalan, Sun Tiantian memeluk Shen Nianshen dan menempelkan wajahnya di punggung pemuda itu.
Angin malam menerpa ke wajahnya, membuat matanya menyipit. Mata Sun Tiantian terasa pedih dan tiba-tiba air matanya jatuh.
“Ah Nian, berapa banyak yang bisa kamu hasilkan selama sebulan?”
Shen Nianshen tertegun dan menjawab, “Empat sampai lima ribu.”
Selain itu, dia juga membantu orang untuk menerjemahkan artikel ilmiah dan teknologi. Dia bisa mendapatkan uang sekitar enam hingga tujuh ribu dalam sebulan, hanya saja sangat melelahkan.
Mata Sun Tiantian terasa panas, suaranya sedikit terisak. Dia memeluk Shen Nianshen lebih erat dan hatinya begitu tertekan hingga hampir hancur, “Ah Nian, bisakah jangan bekerja begitu keras? Aku bisa membantumu.”
Shen Nianshen tidak menjawab, matanya memerah bagaikan darah karena melawan angin.