The Best Of You - Chapter 48 (2)
Semenjak Sun Tiantian tahu Shen Nianshen bekerja di luar, siangnya dia akan menemani Shen Nianshen kelas dan malamnya menemani pemuda itu mengantar makanan pesan antar.
Terkadang mereka begitu sibuk hingga tidak punya waktu untuk makan, mereka akan membeli sesuatu dan makan di pinggir jalan.
Malam itu, Sun Tiantian dan Shen Nianshen menyelesaikan makan malam mereka dan waktu sudah menunjukkan jam tiga pagi.
Shen Nianshen mengendarai motor, membonceng Sun Tiantian kembali ke rumahnya.
Sun Tiantian sedang datang bulan, perutnya sangat sakit. Dia duduk di belakang sambil memeluk Shen Nianshen dan memeluknya erat. Mungkin karena terkena angin, perutnya juga terasa sakit, wajah kecilnya itu menjadi sangat pucat hingga seperti kehabisan darah.
Biasanya saat pulang setiap malam, Sun Tiantian akan bernyanyi dengan riang gembira di belakang. Hari ini gadis itu begitu tenang dan Shen Nianshen bisa merasakan ada yang aneh, “Tiantian, kamu kenapa? Apa merasa tidak sehat? Kenapa tidak bicara?”
Sun Tiantian takut Shen Nianshen akan khawatir, jadi dia berusaha terdengar semangat, “Tidak, aku hanya sedikit mengantuk.”
“Sebentar lagi sampai rumah, kamu tidur saja sebentar.”
“Baik.”
Setelah tiba di rumah, Shen Nianshen membantu Sun Tiantian turun dari motor. Sun Tiantian memaksa tersenyum dan berkata, “Hari ini sangat melelahkan.”
Shen Nianshen tersenyum, menggandengnya memasuki rumah, “Aku akan ambilkan air untukmu mencuci muka dan kaki, kamu berbaring saja dulu di kamar.”
Sun Tiantian mengangguk, lalu berbalik dan masuk ke kamar tidur.
Begitu dia berbalik, senyum di wajahnya memudar. Tangannya memegang perut, alisnya berkerut dan wajahnya memucat dengan sangat menakutkan.
Sun Tiantian melepas mantelnya dan naik ke atas tempat tidur, masuk ke dalam selimut.
Rasa sakit di bagian perutnya seperti ditusuk-tusuk pisau. Sekujur tubuhnya dingin dan tubuhnya meringkuk di dalam selimut hingga menjadi seperti bola.
Shen Nianshen telah mengambilkan air panas untuk Sun Tiantian, kembali ke kamar dengan membawa handuk dan baskom.
Ketika masuk, dia melihat Sun Tiantian meringkuk di bawah selimut dengan kepala terkubur di dalamnya.
Dia meletakkan baskom di lantai, berlutut di sisi tempat tidur dengan satu kakinya, membungkuk dan menarik pelan selimut itu, “Tiantian, cuci muka dulu. Setelah itu baru…”
Sebelum ucapannya selesai, dia melihat wajah Sun Tiantian yang pucat saat menyibakkan selimut. Tubuh kecil itu meringkuk seperti bola dan gemetar.
Shen Nianshen ketakutan hingga wajahnya ikut pucat, dia tanpa sadar menyentuh dahi Sun Tiantian. Akhirnya setelah disentuh, dia baru tahu kalau dahi gadis itu sedingin es batu.
Tubuh Shen Nianshen menjadi dingin karena takut. Detik berikutnya, dia memeluk erat Sun Tiantian, “Tiantian. Tiantian, jangan menakut-nakuti aku. Kamu kenapa?”
Mata pemuda itu memerah, dia merasakan tubuh Sun Tiantian gemetar dalam pelukannya. Dia begitu takut hingga air matanya pun mengucur.
Sun Tiantian perlahan membuka matanya, melihat Shen Nianshen berlinang air mata. Dia tertegun dan menyentuh wajah pemuda itu, “Ah Nian, kamu kenapa?”
Tubuh Shen Nianshen gemetar, air matanya tidak bisa dia hentikan. Ketakutan dan tekanan yang selama ini ada dalam hatinya tiba-tiba meledak. Tali yang mengikat erat di hatinya seperti akan putus dan dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Sun Tiantian dibuat takut oleh Shen Nianshen, dia buru-buru menenangkannya, “Ah Nian, kamu jangan begini. Aku hanya sedang datang bulan, perutku sakit. Kamu jangan begini…”
Dia melihat Shen Nianshen yang menangis sampai seperti itu, tiba-tiba merasa takut dan ikut menangis.
Sun Tiantian menahan rasa sakit di perut bawahnya dan keluar dari pelukan Shen Nianshen, dia memeluk Shen Nianshen dengan erat, “Ah Nian, jangan begini. Aku tidak apa-apa. Aku sungguh tidak apa-apa. Kamu jangan takut…”
Shen Nianshen memeluk Sun Tiantian erat, menggertakkan giginya erat. Dia ingin berusaha mengendalikan emosinya, tapi dia tidak bisa. Wajahnya terkubur di ceruk leher Sun Tiantian, air matanya yang hangat mengalir tak terkendali. Dia terlalu emosional dan terus berkata, “Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf tidak menjagamu dengan baik. Membuatku menderita bersamaku. Aku sungguh minta maaf…”
Sun Tiantian benar-benar ketakutan. Dia buru-buru berkata, “Tidak, itu bukan karena kamu. Ah Nian, jangan begini. Kumohon jangan begini, aku takut…”
Sun Tiantian menangis karena cemas, dia tidak tahu kenapa Shen Nianshen tiba-tiba jadi seperti ini. Dia bahkan baru tahu kalau selama ini Shen Nianshen takut dirinya akan ikut menderita bersamanya. Di dalam hati Shen Nianshen, Sun Tiantian bagaikan bintang di langit yang tidak seharusnya diharapkan.
Belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi. Semua beban diletakkan di pundah Shen Nianshen hingga dia seperti sudah mencapai batasnya. Jadi satu hal sepele saja menjadi besar. Rasanya semua tekanan, rasa pesimis, keputusasaan bercampur menjadi satu. Begitu terpicu sedikit, semua seperti tersulut dan meledak dalam hatinya, menghancurkan seluruh dirinya.,
Shen Nianshen kira dia bisa menahan semuanya, dia terlalu memandang tinggi dirinya.
Dia pergi ke luar untuk mencari angin, berjongkok di pintu dan berusaha menenangkan dirinya.
Dia tidak ingin membuat dirinya terlihat begitu menyedihkan. Tiba-tiba dia tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Sun Tiantian.
Dia berjongkok lama sekali di depan pintu, tiba-tiba mendengar suara pintu dibuka dari dalam. Dia berdiri secara refleks dan menahan pintu itu, “Jangan keluar!”
Gerakan Sun Tiantian yang membuka pintu terhenti, tangannya masih memegang kenop pintu tanpa bergerak.
Suara Shen Nianshen terdengar serak dan memohon padanya, “Jangan lihat aku, biarkan aku sendiri sebentar saja.”
Tenggorokan Sun Tiantian tercekat, dia menjawab, “Baiklah.”
Terpisahkan pintu, suara Shen Nianshen sangat pelan dan memohon, “Lupakan saja kejadian yang tadi, oke?”
Sun Tiantian mengangguk, “Iya.”
Sun Tiantian melepaskan tangannya dan terdiam lama. Lalu dia berkata perlahan, “Ah Nian, bolehkah aku membantumu?”
Shen Nianshen berdiri di luar, menatap ke dalam gang dengan matanya yang memerah. Tidak menjawab untuk waktu yang lama.
♥♥♥
Shen Nianshen berdiri di luar selama 20 menit, akhirnya suasana hatinya kembali stabil. Dia membuka pintu dan masuk ke kamar, melihat Sun Tiantian berjongkok di lantai.
Dia segera mendekat dan memeluknya, “Kenapa tidak masuk ke kamar?”
Sun Tiantian masih sakit perut, tapi dia memaksakan dirinya terlihat bersemangat. Dia memeluk leher Shen Nianshen, berkata sambil menatapnya, “Menunggumu.”
Shen Nianshen hanya balas menatap, tenggorokannya terasa kering.
Dia membawa Sun Tiantian kembali ke kamar, meletakkan gadis itu perlahan di tempat tidur. Setelah itu, dia menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu, menyentuh dahinya dan berkata pelan, “Berbaringlah sebentar. Aku akan buatkan air gula dan jahe untukmu.”
Shen Nianshen pergi ke dapur untuk membuat air gula dan jahe untuk Sun Tiantian, beberapa saat kemudian dia kembali ke kamar.
Sun Tiantian bangun dari tempat tidur, Shen Nianshen duduk di sisi tempat tidur. Dia meletakkan bantal di kepala tempat tidur untuk Sun Tiantian bersandar.
Menyerahkan mangkuk padanya, Shen Nianshen berkata pelan, “Masih agak panas, minum pelan-pelan.”
Sun Tiantian mengambil mangkuk, minum sambil minumnya. Air rebusan jahe dan gula merah sungguh menghangatkan.
Setelah minum semangkuk air jahe dan gula ini, perut bagian bawah Sun Tiantian menjadi lebih nyaman.
Shen Nianshen mengambil mangkuk yang sudah kosong dan meletakkannya di nakas. Dia memandang Sun Tiantian dan bertanya pelan, “Sudah merasa lebih baik?”
Sun Tiantian mengangguk, “Sudah.”
Shen Nianshen membelai pipi Sun Tiantian dan berkata, “Sudah malam, tidurlah.”
Sun Tiantian tidak bergerak dan memeluk Shen Nianshen, bersandar dalam pelukan pemuda itu. Setelah beberapa saat, dia mendongak dan berkata pada Shen Nianshen, “Ah Nian, jangan takut. Tak peduli apa yang terjadi, aku selalu akan menemani di sisimu. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian.”
Tatapan mata itu sangat serius, seakan sedang berjanji.
Shen Nianshen balas menatapnya dalam-dalam, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya, dia hanya menyentuh pipi Sun Tiantian, “Tidurlah, sudah malam.”
Malam itu, Shen Nianshen terus duduk sambil bersandar di kepala tempat tidur. Dia menunduk kepalanya dan menatap Sun Tiantian dengan sangat fokus. Jarinya menyusuri wajah Sun Tiantian, sekali dami sekali, seperti ingin menanamkan dengan kuat rupa sang gadis di dalam hatinya.
♥♥♥
Keesokan harinya, Sun Tiantian tidur hingga jam 12 siang baru bangun.
Ketika bangun, Shen Nianshen sudah pergi.
Sun Tiantian melihat jaket Shen Nianshen di nakas, dia memakai di tubuhnya dan menutupi hingga sampai ke lututnya.
Begitu keluar dari kamar, dia melihat ke sekeliling dan tidak melihat sosok Shen Nianshen.
“Ah Nian?” Sun Tiantian memanggilnya, tapi tidak ada yang menjawab.
Dia tanpa sadar berjalan ke pintu, membuka pintu dan melihat keluar. Akhirnya menemukan Shen Nianshen sedang berdiri di luar.
Pemuda itu sedang bersandar di dinding sambil merokok.
Sun Tiantian tersenyum, “Aku bingung kamu pergi ke mana, ternyata kamu di sini.”
Dia berlari kecil ke hadapan Shen Nianshen. Begitu melihat rokok di tangan Shen Nianshen, Sun Tiantian cemberut tidak senang, “Bukankah kamu sudah janji padaku untuk berhenti merokok? Kenapa merokok lagi?”
Shen Nianshen memandang ke arahnya, berkata dengan suara bodoh, “Maaf.”
“Kalau sudah tahu salah, jangan merokok lagi.” Sun Tiantian mengulurkan tangan untuk mengambil rokok di tangan Shen Nianshen, “merokok itu tidak baik bagi kesehatan.”
Sun Tiantian berkata sambil berjongkok dan menekan puntung rokok di lantai, lalu membuangnya di tempat sampah sebelahnya.
Shen Nianshen menatap Sun Tiantian dalam-dalam, matanya gelap dan tersembunyi, tidak terlihat apa yang sedang dia pikirkan.
Setelah Sun Tiantian membuang rokok, dia kembali ke hadapan Shen Nianshen. Dia menghambur ke pelukan pria itu sambil mendongak, tapi dia melihat Shen Nianshen hanya diam menatapnya. Dia pun tersenyum dan bertanya, “Apa yang kamu lihat?”
Shen Nianshen tidak bicara, hanya fokus melihat Sun Tiantian.
Setelah cukup lama, dia mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Sun Tiantian dengan kedua tangannya, mengusap lembut pipi gadis itu dengan ibu jarinya.
Shen Nianshen hanya menatapnya, tidak bicara untuk waktu yang lama.
Semua kata-kata yang telah dia pikirkan semalam suntuk, seketika tercekat di tenggorokan dan tidak tahu bagaimana mengatakannya.
Setelah beberapa saat, tenggorokannya dapat mengeluarkan suara dengan sedikit jejak emosi di dalamnya, “Tiantian, selama bersama denganku, maafkan aku yang tidak menjagamu dengan baik… selalu membuatmu dirugikan. Aku yang terlalu mementingkan ego, selalu hati-hati denganmu dalam berinteraksi denganmu. Setiap kita pergi keluar, aku selalu membuatmu naik MRT yang penuh sesak denganku, tidak bisa mengajakmu makan makanan yang enak…”
“Tidak.” Semakin mendengarnya, Sun Tiantian semakin merasa ada yang aneh. Dia segera berkata, “aku tidak dirugikan. Aku malah sangat senang, Shen Nianshen…”
“Dengarkan aku sampai selesai, Tiantian… dengarkan aku sampai selesai.” Shen Nianshen menyela dan melanjutkan, “ketika awal pacaran denganmu, aku sangat ingin memanjakan kamu layaknya harta karun. Tapi setelah itu aku baru sadar, sebenarnya kamu yang selalu berkompromi. Aku ada kelas, kamu menemaniku. Aku ke perpustakaan, kamu juga duduk di sana menemaniku. Sepertinya sejak awal kita pacaran sampai sekarang, selalu kamu yang menemaniku. Aku sendiri tidak pernah menemanimu melakukan hal-hal yang kamu sukai. Bahkan membuatmu sedih di Hari Valentine…”
“Jangan bicara begitu! Kamu telah menemaniku melakukan hal yang aku sukai! Kamu mengajakku naik sepeda, membawaku ke taman bermain, apa kamu sudah lupa?!” Sun Tiantian mulai emosional, dia memiliki firasat buruk yang kuat dalam hatinya. Matanya memerah dan memegang erat tangan Shen Nianshen, “Shen Nianshen, jangan berpikir terlalu banyak. Aku sangat bahagia denganmu, aku…”
“Tapi aku tidak.”
Sun Tiantian tercengang, air matanya mulai jatuh. Bibirnya bergetar, hatinya seakan tiba-tiba tertancap pisau. Dia menatap Shen Nianshen lama sebelum berkata dengan suara yang pelan dan gemetar, “…sebenarnya apa yang ingin kamu katakan…”
Shen Nianshen memandang Sun Tiantian, untuk pertama kalinya dia mengenal perasaan hati yang disayat sembilu.
Shen Nianshen terdiam lama sekali, tenggorokannya begitu sakit hingga tidak bisa mengeluarkan suara.
Keduanya saling memandang dalam diam, angin di tengah gang itu menerpa mereka.
Setelah cukup lama, Shen Nianshen berkata dengan suara yang serak, “Tiantian, kita putus saja.”
Setelah mengatakan ini, Shen Nianshen memalingkan wajahnya dan kedua matanya memerah.
Sun Tiantian membujur kaku di tempat, dia melihat Shen Nianshen dan air matanya jatuh tak terkendali. Bagaikan manik-manik yang putus dari talinya, terus menetes turun. Dia bahkan tidak bisa bertanya kenapa. Dia sungguh tidak mengerti.
“Shen Nianshen, jangan begini…” Sun Tiantian masih menarik pakaian Shen Nianshen, “jangan begini…”
Selama ini mereka baik-baik saja, kenapa harus jadi begini?
Shen Nianshen tidak berani memandang Sun Tiantian. Dia mendongak dan menahan rasa pedih di matanya, berkata pelan “Aku sudah… terlalu lelah.”
Setiap hari dia bersama Sun Tiantian, hatinya penuh dengan rasa bersalah dan tidak tenang. Semakin dia memikirkannya, dia semakin berhati-hati. Perasaan bersalah dan tidak tenang itu semakin menelannya.
Setiap Sun Tiantian menghemat uangnya dengan cermat, rasa rendah diri yang tersembunyi dalam hati Shen Nianshen akan seketika melonjak.
Shen Nianshen bahkan tidak bisa melihat masa depannya, dia tidak tahu bagaimana harus terus melangkah dengan Sun Tiantian.
Dia takut dirinya akan melarat dan menjadi tunawisma di masa depan. Dia takut Sun Tiantian akan menderita hidup bersamanya. Sama seperti biasanya Sun Tiantian menemaninya pergi kerja. Tidak masalah jika dirinya sendiri yang menderita, tapi melihat Sun Tiantian diterpa angin dan hujan, dia semakin membenci dirinya karena harus menarik Sun Tiantian masuk ke dalam kehidupannya yang seperti ini.
Sun Tiantian adalah bintang di langit, dia harus tinggal di daerah orang kaya, bukan di daerah kumuh bersamanya.
Shen Nianshen menyingkirkan tangan Sun Tiantian dengan lembut dan menatapnya, “Kembalilah ke kamar dan ganti pakaianmu. Aku akan mengantarmu kembali ke kampus.”
Shen Nianshen berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah.
Sun Tiantian ikut masuk ke dalam, segera mendekati Shen Nianshen dan memeluknya erat dari belakang. Dia menangis dengan teramat sedih, “Shen Nianshen, kumohon! Bisakah kamu jangan begini? Aku tidak mau putus denganmu. Selama ini kita baik-baik saja, kenapa harus putus?! Aku tidak mau, tidak mau!”
Sun Tiantian menangis keras, air mata membasahi pipinya. Dia memeluk erat Shen Nianshen, tidak berani melepasnya. Dia takut kalau melepasnya, dia tidak akan bisa memeluknya lagi.
Shen Nianshen terus berdiri dengan tubuh kaku di sana, matanya juga ikut memerah dan hanya menatap lurus pada dinding di hadapannya. Dia belum pernah merasakan kalau kenyataan jauh lebih kejam daripada yang dia bayangkan. Dia tidak pernah tahu kalau kata-kata ‘tidak berdaya’ akan begitu berat hingga membuat orang kesulitan bernapas.