The Bowl of Seven Emotions - Chapter 62
Beberapa hari berlalu dalam sekejap, dan hari terakhir liburan pun semakin dekat. Seluruh perusahaan berada dalam lautan kesibukan. Semua departemen mengirim bingkisan Tahun Baru, dan Tang Susu juga mendapat beberapa di antaranya.
Dia turun dengan membawa sekotak besar barang dan hendak memasukkan barang-barang itu ke dalam mobil terlebih dahulu. Dia baru saja berjalan menuju lobi perusahaan ketika kebetulan dia bertemu dengan Huang Xiaoxiao yang berjalan mendekat.
Dalam beberapa hari terakhir ini, Huang Xiaoxiao datang tiap hari ke tempat ini, namun sejauh ini, sepertinya dia belum bisa bertemu dengan Shi Chengxuan.
Melihat Tang Susu mendekat, dia memelotot dingin, menggosok bahunya, dan berjalan menghampiri.
Tang Susu berhenti sejenak kemudian lanjut berjalan.
Ketika dia tiba di tempat parkir, Tang Susu memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil, dan ketika dia mendongak, Tang Susu melihat seseorang sedang berdiri tak jauh dari situ.
“Tuan Qi?” Walaupun dia baru bertemu pria itu satu kali di rumah lelang, dia masih dibuat terkesan oleh pacar sungguhan Nona Huang itu.
Sebagai orang yang mampu bertahan dengan sikap Huang Xiaoxiao yang main mata pada pria-pria lain di tempat umum, Qi Yue jelas bukan orang biasa.
“Nona Tang, kita bertemu lagi.”
“Tuan Qi kemari untuk menjemput Nona Huang? Dia baru saja naik.”
“Tidak, saya kemari untuk mencari Anda. Apa tidak apa-apa kalau kita cari tempat ngobrol?” Qi Yue berdiri di situ, mengenakan pakaian kasual berwarna muda, dengan senyum lembut di wajah, membuat orang sulit menolak permintaannya.
Tang Susu mengangguk, “Tentu saja.”
Keduanya pun pergi ke sebuah toko kue yang baru buka. Tidak banyak orang yang ada di toko kecil yang baru buka itu, hanya ada si pemilik muda yang sedang duduk malas-malasan di depan bar.
Setelah mengantarkan kue dan kopi yang dipesan kedua orang itu, si bos kembali untuk duduk di tempatnya semula. Cahaya matahari di luar menyorot ke dalam ruangan lewat jendela berukuran dari lantai hingga langit-langit berlapis kertas jendela biru muda, membuatnya bergoyang-goyang seperti ombak.
“Apa yang hendak Anda katakan kepada saya, Tuan Qi?”
“Seperti yang pernah saya sebutkan sebelumnya, saya ingin membeli Cermin Juegu milik Nona Tang. Bagaimana pendapat Nona Tang?”
Tang Susu agak terkejut. Orang ini benar-benar keras kepala, tapi dia masih menggelengkan kepalanya, “Maaf, walaupun saya memang menerima cermin itu, Anda seharusnya tahu kalau saya bukan pemilik dari cermin itu.”
Qi Yue tersenyum, “Nona Tang, mengapa Anda harus merendahkan diri Anda sendiri? Barang-barang yang telah Shi Chengxuan berikan takkan pernah dikembalikan.”
“Selalu ada pengecualian.” Tang Susu menurunkan pandangannya dan mengaduk kopinya dengan sendok perak, sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-kata Qi Yue.
“Menurut kabar yang beredar, Tuan Shi memberikan cermin itu kepada seorang tetua tertentu.”
Tang Susu agak terkejut. Sebelumnya dia sudah bilang kalau cermin itu tidak aman di rumahnya, dan Shi Chengxuan pun menggunakan metode ini untuk mengalihkan perhatian orang lain.
Hal ini… sederhana dan efektif.
“Tapi saya tahu kalau cermin itu masih ada di tangan Nona Tang.”
Kekeraskepalaan Qi Yue membuat Tang Susu mengernyit, “Tuan Qi, Anda tidak bosan ya terus berkata begitu?”
“Saya tak punya maksud lain. Kalau Nona Tang tak mau menjual cermin itu, apa Anda bisa meminjamkannya kepada saya selama beberapa hari?”
“Tuan Qi, saya bilang….” Tang Susu mendongakkan kepalanya dengan tidak sabar, dan persis ketika dia hendak menyelesaikan ucapannya, matanya bersitatap dengan mata Qi Yue.
Sepasang mata pria itu… tampak hampir seperti orang gila.
Kalau Qi Yue tidak terus mempertahankan sikap tenangnya dan bicara kepadanya, Tang Susu akan sudah mengira kalau dia adalah orang sinting. Sorot mata itu benar-benar menakutkan.
Tang Susu menghentikan sisa perkataannya, menatap Qi Yue untuk waktu yang lama, dan tiba-tiba tersenyum, “Tidak mustahil bagi Anda untuk meminjamnya, tapi saya ingin tahu alasan mengapa Anda harus mendapatkan cermin itu.”
Qi Yue tak bicara sepatah kata pun, dan keduanya pun terdiam lama.
Lama kemudian, suara Qi Yue yang sedikit parau terdengar, “Mantan pacar saya mempelajari arkeologi, dan saat masih hidup dia sangat menyukai cermin ini.”
“Jadi?”
“Tanggal satu bulan satu adalah hari peringatan kematiannya. Saya ingin menunjukkan cermin ini kepadanya.”
Alasan ini benar-benar tak bisa ditolak. Tang Susu bahkan bisa mengerti mengapa Qi Yue tidak langsung mengambil cermin itu dari tangan Huang Xiaoxiao.
Tak peduli ada berapa banyak pun masalah di antara kedua orang ini, Huang Xiaoxiao mungkin takkan tahan dengan pacarnya yang ingin memakai barangnya untuk dipersembahkan kepada mantan pacarnya.
“Saya akan memikirkannya, saya akan memberi Anda jawaban sebelum tanggal satu bulan satu.” Tang Susu tak tertarik bercakap-cakap dengan Qi Yue, namun sebelum pergi, dia juga meninggalkan harapan kepada pihak lainnya.
Qi Yue berdiri dan menatap dalam-dalam pada Tang Susu, “Saya menantikan jawaban Anda.”
Kembali ke perusahaan, saat ini adalah hari terakhir bekerja di tahun ini, dan Tang Susu tak ada dokumen lagi yang harus diurusnya. Dia pun membuka WeChat dan menemukan akun Xue Yang lalu mengekliknya.
Susu Susu: Shao Xue, kau di situ?
Tuan Xue Xiaoshao: Hei, bukankah ini Kak Su Su. Kudengar Kakak Xuan sudah kembali, apa dia membawa hadiah untukmu?
Panggilan Xue Yang kepadanya membuat ketikan Tang Susu sedikit melambat. Dia tahu apa maksud dari pihak lainnya, tapi tidak berarti bahwa dia akan membetulkannya.
Susu Susu: 🙂 Membawa bebek panggang.
Tuan Xue Xiaoshao: Sepertinya aku sudah ketemu Tuhan.jpg Ide Kak Xuan memang bukan sesuatu yang bisa dimengerti oleh manusia biasa.
Susu Susu: Apa Xue Shao sekarang sedang senggang? Aku ingin tanya sesuatu padamu.
Tuan Xie Xiaoshao: Aku pasti tahu apa yang ingin Kak Susu tanyakan.
Susu Susu: Shao Xue seharusnya kenal Qi Yue, jadi apa kau tahu tentang mantan pacarnya?
Sesaat kemudian, kabar dari Xue Yang pun datang.
Tuan Xue Xiaoshao: Aku tahu, kalau tidak salah namanya Dong Qing. Dia sudah wafat selama beberapa tahun, kenapa kau tiba-tiba ingin menanyakan ini?
Xue Yang berbaring di sofa, memegangi ponselnya dengan wajah kebingungan, dan berkata kepada dirinya sendiri, “Aneh, kenapa dia tanya tentang mantan pacar Qi Yue?”
Susu Susu: Apa kau tahu kenapa Qi Yue putus dengan mantan pacarnya?
Tuan Xue Xiaoshao: Ya kenapa lagi, Huang Xiaoxiao menyukai Qi Yue. Keluarga Qi telah membuka sebuah perusahaan kecil, mereka bergantung pada Keluarga Huang dalam berbagai segi, dan mereka ingin keduanya menikah.
Susu Susu:Lantas bagaimana Dong Qing meninggal?
Tuan Xue Xiaoshao: Kudengar gara-gara patah hati. Dia mengiris pergelangan tangannya untuk bunuh diri pada hari pertama tahun baru. Pada saat itu, di sekolah terjadi masalah cukup besar. Ck ck, wanita ini jelas punya lubang dalam kepalanya.
Susu Susu: 🙂 Terima kasih Shao Xue karena telah menjernihkan keraguanku. Aku akan mengundangmu makan bebek panggang yang datang dari jarak sejauh ribuan mil.
Tuan Xue Xiaoshao: Mukacuek.jpg Nggak, makasih. Lebih baik bebek panggang yang berharga itu dimakan oleh Kak Susu saja. Aku takut takkan bisa melihat matahari besok.
Tang Susu melengkungkan sudut bibirnya dan menutup jendela chat.
Qi Yue ternyata juga sangat menarik, berkabung atas mantan pacarnya yang mati bunuh diri karena cinta.
Dia mengeluarkan kartu nama yang telah diterimanya dari dalam kantong lalu menekan nomor telepon sesuai dengan yang tertera di situ. Sesat kemudian, suara Qi Yue terdengar dari telepon itu, “Nona Tang.”
“Kalau Tuan Qi tidak sibuk, besok pergilah ke rumah saya untuk mengambil cerminnya. Seharusnya Anda sudah tahu di mana saya tinggal, kan?”
“Maaf, saya sudah menyuruh orang untuk mencari tahu tempat tinggal Anda tanpa izin. Apakah Anda… benar-benar akan meminjamkan cerminnya kepada saya?”
Dia cukup cepat untuk mengakui kesalahannya, namun Tang Susu tidak memasukkannya ke dalam hati.
“Benar, saya harap Tuan Qi bisa mengembalikannya tepat waktu setelah selesai dipakai.”
“Tentu saja, pasti, terima kasih, terima kasih, Nona Tang.”
Mendengarkan suara yang semakin kegirangan di telepon, Tang Susu menjawab, “Sama-sama,” sebelum menutup teleponnya.
Sekarang dia harus memikirkan tentang bagaimana membujuk Gou Dan agar setuju meminjamkan cermin itu kepada orang lain begitu dia pulang.