The Bowl of Seven Emotions - Chapter 63
Sebelum pulang, Tang Susu mengambil jalan memutar secara khusus untuk membeli kue, es krim, sayap ayam, dan setengah kilo kaki babi kuah kental dengan saus.
Setelah cukup makan dan minum, akhirnya Gou Dan mengangkat kakinya dan menyuruh Tang Susu mengambil cerminnya.
Keesokan paginya, sebelum sarapan, bel pintu berbunyi.
Begitu Tang Susu membuka pintu, dia melihat Qi Yue berdiri di luar pintu, pipi merona, membuat Tang Susu tak tahu apakah pria itu sedang kedinginan atau kegirangan. Tang Susu menyerahkan kotak berisi cermin perunggu itu kepadanya, tanpa ada niat mengundangnya masuk ke dalam rumah.
Qi Yue menerimanya dengan kedua tangan dan membuka kotaknya dengan hati-hati, menampakkan Cermin Juegu di dalamnya.
“Nona Tang, terima kasih, saya akan mengantarnya kembali setelah selesai memakainya.”
Melihat tangan pria itu gemetar dengan kegembiraan, Tang Susu tersenyum ramah kepadanya, “Tak masalah.”
Qi Yue membungkuk penuh terima kasih, lagi dan lagi, tanpa sadar berpikir bahwa ada kebaikan besar di dalamnya.
Setelah mengantar Qi Yue pergi, Tang Susu kembali ke dalam rumah dan berbaring sebentar. Mulai hari ini, dia akan mengambil cuti tahunan dan tidak akan pergi bekerja hingga tanggal delapan bulan pertama. Ketika pergi bekerja, aku selalu merasa kalau aku tak cukup tidur, tapi aku malah tak bisa tidur saat sedang liburan.
Setelah bergulingan dua kali di ranjang, rasa kantuk Tang Susu jadi semakin dan semakin berkurang, lalu akhirnya, dia pun hanya bisa bangun dan menelepon Bai Mian.
Dulu, ada tiga orang tuan yang berkumpul selama Tahun Baru Imlek di Keluarga Bai. Tahun ini, setelah Bai Mian pulang, pertama-tama dia menyingkirkan kakak laki-laki tidak sahnya kee luar negeri, dan mustahil bagi pria itu untuk kembali dalam masa hidup ini. Dia juga telah mengambil kekuasaan ayahnya, memaksa sang ayah memutus hubungan ayah dan anak dengan kakaknya. Hubungan antara ayah dan putrinya kini sudah benar-benar jatuh di bawah titik beku. Jangankan Tahun Baru, bahkan makan bersama juga dianggap sebagai gangguan.
Kebetulan Tang Susu juga merayakan Tahun Baru seorang diri, jadi dia pun menelepon Bai Mian dan mengajaknya membeli barang-barang keperluan Tahun Baru.
Sebagai seorang presdir yang benar-benar mendominasi, Bai Mian memiliki hobi yang tak terlalu mendominasi – belanja, dan dia suka barang diskon. Demi barang-barang yang nilainya satu yuan, Bai Mian bisa menawarnya hingga tinggal lima puluh sen, dan pihak lain akan memberikan barang itu kepadanya.
“Aku tak tahu bagaimana hobi ini bisa dikembangkan.”
Tang Susu kebalikannya, jadi setiap kali dia harus pergi keluar, dia akan mengajak Bai Mian pergi bersamanya. Dengan adanya Bai Mian, dia pasti akan bisa membeli barang-barang paling bagus dengan harga paling rendah. Hal itu akan mengurangi kerepotannya.
Setelah Bai Mian menjawab panggilannya, gadis itu langsung setuju dan memintanya menunggu di rumah sehingga nanti Bai Mian bisa berkendara ke sana untuk menjemputnya.
Tang Susu sarapan dan menunggu di rumah selama kurang dari dua puluh menit sebelum Bai Mian tiba.
Bai Mian mengenakan jaket panjang hitam dengan sepatu kulit dengan warna senada. Tang Susu melihat pakaian sahabat baiknya lalu memilih jaket panjang putih dengan model sama dari dalam lemari. Keduanya berjalan bersisian, secara sempurna menampakkan gambaran hitam dan putih.
“Mau datang ke rumahku untuk Tahun Baru?” Bai Mian datang dengan mengendarai jeep. Tang Susu agak iri ketika dia melihat mobil ini. Jenis mobil ini kelihatan gagah, tapi dia hanya bisa merasa tamak sebentar saja. Bahkan meski dia memiliki mobil sport seperti ini, dia hanya bisa mengendarai sepeda.
‘Batasan tingkat kecepatan berkendara, jangan mengganggu mobil-mobil lainnya.’
“Di mana ayahmu?” Tang Susu tak menolak. Rasanya memang agak sepi kalau merayakan Tahun Baru sendirian. Pada tahun-tahun sebelumnya di Keluarga Tang, tak peduli seberapa tidak menyenangkannya hal itu, setidaknya tetap saja ramai.
Bai Mian mendengus, “Dia pergi ke luar negeri untuk memulihkan diri.”
“Pergi ke luar negeri?”
“Dia masih belum menyerah, dan ingin berbaikan dengan putranya.” Bai Mian memasang seulas senyum sarkastis.
Tang Susu mengangguk untuk menunjukkan pengertiannya. Kemudian dia mengetahui dari Bai Mian bahwa Bai Mian memakai cara-cara lain untuk membuat Bai Qi mengumumkan tentang putusnya hubungan antara ayah dan putra secara publik. Tak peduli seberapa besar pun kesalahan Bai Le, di mata Bai Qi, tetap saja pantas dimaafkan, karena Bai Le adalah putra satu-satunya.
“Kalau Beliau tak bisa menemukan Bai Le, Paman mungkin akan merasa sangat kecewa.”
“Demi seorang anak laki-laki, dia telah mengkhianati ibuku selama lebih dari sepuluh tahun, dan aku takkan pernah membiarkan dia bertemu dengan putranya itu untuk seumur hidupnya!” Suara geram Bai Mian bergema di dalam ruang yang sempit itu.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya langsung tak sabar untuk membawa pulang anak haramnya itu dan menyuruh Bai Mian memanggil si anak haram dengan sebutan ‘kakak’.
Pada saat itu Bai Mian masih kecil, tapi dia masih ingat dengan jelas apa yang telah dikatakan ibunya kepadanya. Ketika dia tak tahan lagi, dia harus menuruti kata-kata ayahnya. Dia selalu patuh dan bahkan memberi Bai Le ilusi bahwa pria itu adalah pewaris terbaik dari Keluarga Bai.
Sebenarnya, hingga Bai Le dan Susu berkencan, Bai Mian tak pernah memikirkan soal balas dendam. Hingga dia tahu, secara diam-diam Bai Le telah membujuk ayahnya agar mengirimnya ke luar negeri, juga mencampakkan Susu, dan bahkan mengungkapkan alasan kenapa pria itu mengencani Susu.
Kakaknya itu, Bai Le, menganggap pihak lain sebagai obyek untuk digoda. Bahkan meski Susu tak peduli dengan apa yang terjadi pada waktu itu, Bai Mian tak pernah melupakannya.
Berpikir kalau pergi ke luar negeri adalah akhirnya? Dengan sejumlah besar uang, Bai Le masih bisa menjadi anak dari keluarga kaya dan bersenang-senang di negara asing? Mereka pasti telah berpikir sampai ke sana.
Bai Mian telah bekerja di luar negeri selama bertahun-tahun, dan dia bukan cuma mengenal para pebisnis yang resmi. Bai Le telah membayar orang luar untuk menghipnotisnya dan bekerjasama dengan Keluarga Shen untuk menghacurkan dirinya. Kebencian lama dan kebencian baru bertumpuk, cukup untuk membuat Bai Le mati tanpa dikuburkan. Tapi Bai Mian adalah orang yang beradab dan tak pernah mencelakai nyawa orang lain. Dia hanya ingin membuat Bai Le hidup segan mati tak hendak, supaya setiap kali memikirkannya, pria itu akan menyesal karena punya darah Bai Qi di dalam tubuhnya!
“Bagus, aku juga mencemaskan kalau Paman tidak akan terbiasa setelah meninggalkan kantor, dan jadi dapat ide yang tidak-tidak.” Lalu untuk apakah tindakan Bai Mian salah, hal ini tak pernah berada dalam lingkup yang Tang Susu pedulikan.
Benar atau salah, orang yang tak pernah mengalaminya sendiri tidak berkualifikasi untuk memberi penilaian.
“Semua orang yang kubenci di rumah sudah pergi. Aku menyewa seorang pengurus rumah dari luar negeri. Dia luar biasa tampan. Ayo datang dan rayakan Tahun Baru bersamaku,” Bai Mian membujuk Tang Susu.
Tang Susu menatap Bai Mian dengan bagian putih matanya, “Apa gunanya berwajah tampan, kau kan tak berani mendekati dia.” Dia tak tahu harus berkata apa kepada orang seperti sahabatnya itu yang menyukai wajah rupawan tapi tak punya nyali.
Selama bertahun-tahun, sudah ada sangat banyak teman laki-laki di sekitar Bai Mian, tapi tak satu pun dari mereka yang bisa mengembangkan hubungan dengan Bai Mian sejauh lebih dari dua tahap.
“Uhuk.” Bai Mian terbatuk canggung dan bersumpah: “Percaya padaku, yang satu ini berbeda dari yang lain, aku pasti akan berhasil!”
“Yah, aku harus lihat dengan mata kepalaku sendiri setampan apa pengurus rumah ini. Dia mampu mengalahkan kesucian mentalmu dan mengembangkan hubungan denganmu melampaui sebatas berciuman.” Bagaimanapun juga, Tang Susu sama sekali tidak merasa optimis, dan bahkan Qi Yang si siluman rubah juga tak bisa melakukan apa-apa soal itu. Apakah orang biasa mampu melakukannya?
Bai Mian terdiam sejenak, merasa kalau urusan ini benar-benar sulit, dan tak tahan untuk berkata lagi: “Menurutmu, bagaimana kalau aku mengalami hubungan cinta platonis dengannya?”
“Kecuali kalau dia adalah Plato, tak ada seorang pria pun yang bersedia memiliki hubungan cinta jenis ini denganmu.” Tang Susu kembali melirik Bai Mian, tak mampu berkata-kata dengan sikap ragu-ragu sahabatnya itu.
Bai Mian mendesah dan menggumam, “Tapi kalau aku ingin punya anak, apa aku cuma bisa memilih ayah dari bank sperma? Bagaimana kalau aku jadi cacat?”
“… Lebih baik kau maju dan nodai saja si pengurus rumah itu, jadi, kuatkan hati dan mantapkan langkahmu, ayo.” Tang Susu menyemangati Bai Mian dengan sepenuh hati.
Keduanya mengobrol, Bai Mian mengendarai mobilnya ke pusat perbelanjaan, dan berniat memilih dua set pakaian meriah baru untuk Malam Tahun Baru, lalu kemudian membeli sejumlah perlengkapan Tahun Baru, lentera dengan kuplet, dan sebagainya.