The Demoness Is Not Evil - Chapter 1
Langit dan bumi memudar jadi satu saat badai mengamuk, seluruh udara sarat dengan hujan berkabut.
Lebatnya hujan menghujam tubuh manusia saat berderai jatuh, bercampur dengan angin kencang. Bahkan pepohonan ikut bergoyang liar ke depan dan ke belakang saat berjuang agar tetap berdiri tegak melawan kuatnya hembusan angin.
Hujan deras ini datang dengan tiba-tiba. Sangatlah biasa bila terjadi hujan badai semacam ini di musim panas.
Dengan cuaca semacam ini, sulit bagi orang-orang untuk memperkirakan kapan harus membuat persiapan lebih dulu. Karena itu, bahkan kalau kau berakhir dengan penampilan seperti tikus tercebur dalam hujan deras ini, bukanlah hal yang mengejutkan dan tak perlu juga untuk diributkan.
Meski sudah tahu tentang hal ini, Qu Qingyin tetap saja tak bisa menahan kekagetannya.
Rasa kagetnya muncul karena saat dia berlari masuk ke dalam sebuah kuil gunung yang sudah rusak dalam kondisi basah kuyup, ternyata di dalam sudah ada orang. Seorang pria yang sama sekali tak terlihat kehujanan dan memiliki wajah tampan. Seorang lelaki yang membawa dirinya dengan sikap begitu halus.
Hujan badai yang menakutkan ini bagai sungai yang mengalir mundur, karena sebelum hujan mulai turun, gadis itu sudah melihat kuil ini dari kejauhan. Namun saat dia berlari masuk, dia menyadari kalau dirinya berada dalam situasi yang sama canggungnya dengan seekor ikan yang dengan tanpa daya terseret arus air yang kuat.
Bisa sampai di tempat ini sebelum dirinya mendapat kesenangan untuk menjulurkan kaki serta beristirahat, pria ini sungguh beruntung!
Pada saat ini, Qu Qingyin bisa merasakan secercah rasa iri kepada orang itu.
Bahkan tanpa perlu menunduk, Qu Qingyin sendiri sudah tahu kalau dirinya berada dalam kondisi terburuk yang bisa didapatkannya. Lapisan-lapisan tipis baju musim panasnya telah kuyup berkat siraman hujan, kainnya sampai menempel ke kulit… dalam situasi seperti ini, wanita manapun yang berad dalam posisinya akan sadar kalau merupakan suatu hal yang tak pantas bagi seorang pria tak dikenal untuk melihat dirinya dalam kondisi demikian.
Liu Feng hanya meliriknya untuk sesaat ketika gadis itu berlari keluar ke aula, lalu berbalik untuk menatap hujan di luar.
Sorot mata Qu Qingyin menyapu ke sekitar aula yang terbengkalai itu, matanya terpaku ke dalam bangunan di mana bercak-bercak cat emas yang mengelupas bisa terlihat. Tampaknya itu adalah sebuah patung yang sudah lapuk.
Kantong di bahunya mungkin juga sudah basah sampai ke dalam, tapi di dalamnya terdapat beberapa kantong kedap air, dan di suatu tempat di antara kantong-kantong itu dia menyimpan satu set pakaian kering. Karenanya dia segera melepas pakaiannya yang basah secepat mungkin lalu berjalan keluar dari balik rupang Buddha dengan pakaiannya yang basah tersampir di tangan. Dengan lembut diperasnya air dari pakaian itu.
Memandangi hujan di luar, Qu Qingyin merengut. Matanya berkelana ke sekitar aula, mencari kayu kering untuk menyalakan api agar bisa mengeringkan pakaiannya.
Liu Feng perlahan menutup kipas kertasnya dan berdiri. Dia lah yang membuat langkah pertama dengan menghancurkan pintu dan jendela, lalu mengumpulkan serpihan kayu di depan gadis itu.
“Terima kasih.” Qu Qingyin berkata tulus. Ditatapnya pria itu dengan seulas senyum cerah.
Liu Feng balas tersenyum lemah, “Sama-sama,” ujarnya saat menyalakan api.
Qu Qingyin mencari-cari ke sekitar tubuhnya, dan dari pinggang dia mengeluarkan seuntai ornamen dengan rantai perak.
Mata Liu Feng berkilau menampakkan ketakjuban. Sesuatu yang tadinya dia lihat sebagai ornamen, ternyata merupakan anak panah perak yang dibuat dengan baik.
Qu Qingyin melontarkan tangan kanannya dan anak panah perak itu pun terpancang di dinding. Terikat pada anak panah itu adalah seutas rantai perak tipis yang panjang. Gadis itu menyentakkan tangannya dan melempar lagi. Sebuah anak panah perak yang lain meluncur ke pilar. Maka sebuah jemuran dadakan pun dibuat di situ dengan begitu saja.
Liu Feng membuka kipasnya dan tersenyum. Ditontonnya gadis itu menggantung pakaian basahnya.
“Hujan ini akan berlangsung semalaman. Apakah Nona kebetulan membawa sesuatu untuk dimakan?”
Qu Qingyin bertanya balik dengan ketus, “Apakah Tuan tak punya makanan?”
Liu Feng membentangkan kedua tangannya, tertawa dan berkata, “Cukup dengan melihat saja Nona akan tahu bahwa saya bertangan kosong.”
Qu Qingyin menatapnya dengan sorot aneh, “Bagaimana kau tahu kalau hujan akan turun semalaman?”
“Tahu saja. Apa Nona mau bertaruh dengan saya?”
Menggelengkan kepala, gadis itu pun berkata dengan tegas, “Tidak.”
“Kalau begitu Nona percaya dengan saya, kan?”
Qu Qingyin merapikan pakaiannya sambil berjaga. Dengan nada tak setuju dia berkata, “Aku hanya percaya dengan kenyataan.” Hujan badai musim panas selalu tak bisa diperkirakan. Meski sekarng hujannya begitu deras, siapa tahu dalam sekejap angin akan menghembus pergi awan badai.
Liu Feng menatap gadis itu menggantung bajunya yang terakhir, yaitu dua potong pakaian dalam. Nona muda ini benar-benar sedikit tak tahu malu.
Qu Qingyin menatap ke belakang. Dia melihat ekspresi wajah Liu Feng agak tidak biasa, lalu mengikuti arah pandangannya pada pakaian dalam yang baru saja dia gantung. Gadis itu pun mengerjap padanya, “Ada masalah apa?”
Berjengit seakan baru terjilat api, Liu Feng buru-buru mengalihkan matanya, memakai kipas untuk menutupi wajahnya, dan bersuara seperti terbatuk, “Nggak.”
Mata Liu Feng terarah pada batu di samping si gadis di mana terdapat dua buah bungkusan kedap minyak, dan berusaha mengubah subyek percakapan, “Apa kau punya sesuatu untuk dimakan di situ?”
Qu Qingyin tertawa kecil. Orang ini pasti benar-benar kelaparan. Sambil tertawa, dia pun membuka salah satu bungkusan kedap minyak itu.
Liu Feng mengawasi saat gadis itu membuka bungkusannya. Di dalamnya terdapat ayam panggang dan sejumlah lu wei (lu wei /卤味 makanan yang direbus dalam larutan aromatic).
Qu Qingyi mengulurkan bungkusan kedap minyaknya, “Kalau kata-katamu tadi benar, kita akan harus menjadi tetangga untuk malam ini, dan kau juga sudah membantuku dengan urusan api tadi. Bagaimanapun juga aku tak bisa membiarkanmu kelaparan.
Liu Feng tak menahan diri dan mengambil ayamnya utuh-utuh.
Qu Qingyi tertawa dan meletakkan bungkusannya di atas batu di sebelahnya, kemudian membuka bungkusan kedap minyak yang terakhir. Di dalamnya terdapat lebih dari sepuluh mantou (roti kukus / sejenis bakpao tapi tanpa isian.)
Liu Feng tak bisa menahan tawanya, “Nona, kau benar-benar penuh persiapan.”
Qu Qingyin melemparkan beberapa buah mantou kepadanya dan ikut tertawa. “Aku mungkin memang tak bisa membaca tanda-tanda langit, tapi aku mengerti prinsip tentang tak pernah membuat diriku sendiri kelaparan setiap kali aku bepergian.”
“Itu benar-benar sebuah prinsip emas.”
“Tentu saja.”
Api menerangi wajah anggun Qu Qingyin. Gadis itu memeiliki senyum yang membawa kehangatan dan ketenangan pada orang lain. Meski begitu, matanya memantulkan setitik sifat pemberani, mungkin jenis yang cerdik. Liu Feng tiba-tiba merasa dirinya mulai menyukai nona muda yang tak mudah diprediksi ini.
Qu Qingyin melipat kembali bungkusan kedap minyaknya hingga seperti semula, dan mengembalikan perhatiannya pada mengeringkan pakaian.
Di luar, petir menggelegar. Hujan tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. bagai sebilah pisau yang tajam dan dingin, petir akan menyambar di angkasa dari waktu ke waktu, dengan redup menerangi bangunan saat itu terjadi.
Selama itu keduanya tak saling bicara. Di dalam kuil, yang terdengar hanya suara api yang meretih.
Di luar, guntur terus bergemuruh, hujan terus tertumpah, dan langit menjadi makin gelap dan makin gelap. Pada akhirnya, sore pun datang dengan langit tanpa bulan. Semuanya gelap gulita. Kalau mereka tak menyalakan api, pada saat ini mereka pasti sudah ditelan oleh kegelapan dan bahkan tak mampu melihat tangan mereka sendiri.
Liu Feng berdiri dan berjalan menuju gerbang kuil. Matanya menerawang jauh ke alam liar yang hitam pekat. Di antara langit dan bumi, hanya ada suara hujan deras dan gemuruh angin.
Pada waktu seperti ini, ketika semuanya ditelan oleh kegelapan, bayang-bayang terasa bagai seekor monster raksasa yang sedang tidur, menunggu untuk memangsa jiwa-jiwa tersesat yang tidak waspada.
Pria itu memalingkan kepala dan menatap ke belakang. Si nona masih mengeringkan pakaiannya di dekat api. Rambutnya yang setengah kering menjuntai di dadanya, menghalangi pandangan Liu Feng saat rambut tersebut menutupi sisi wajahnya, membuat pria itu kesulitan untuk melihat ekspresinya.
Di tengah-tengah suara hujan deras, seseorang tiba-tiba berlari masuk ke dalam kuil.
Dua kali semangat Liu Feng meningkat dalam satu malam. Dia jadi merasa agak terkejut.
Seberkas cahaya petir menembus dari langit gelap, menampakkan penampilan si pendatang baru.
“Pendekar Liu!”
Masuklah seorang nona muda dengan gaya ‘ikan yang terhanyut oleh arus air’ yang sama dengan Qu Qingyin. Ketika melihat seseorang berdiri di ambang pintu dengan penerangan petir, siapa pun takkan mungkin bisa menahan diri untuk terkesiap keras-keras.
Orang yang terkesiap itu sedang mengeringkan pakaiannya di dekat api. Tanpa sadar dia melirik sebelum kemudian melanjutkan pekerjaannya sendiri.
Dengan sopan Liu Feng mengangguk pada orang itu. “Nona Shui.”
Shui Suyun merasa senang melihatnya. Benar-benar melupakan situasi canggungnya sendiri, dia pun bergegas berlari ke sisi Liu Feng dan berkata dengan manis, “Bisa bertemu Pendekar Liu di sini, sungguh suatu kebetulan yang langka. Omong-omong, sejak kita berpisah di Serikat Elang Terbang tahun lalu, kita sudah lama tak pernah berjumpa.”
“Apa Nona baik-baik saja?” Liu Feng bertanya ketus, tetapi dengan ahli memutar tubuhnya, matanya pun diarahkan pada tirai hujan di luar.
“Terima kasih telah bertanya. Saya baik-ba… hatchii!” Suara bersin menggangggu kata-katannya.
“Nona sebaiknya masuk ke dalam dan menghangatkan diri Anda di dekat api. Di dalam ada seorang nona lain. Saya baik-baik saja berdiri di luar sini.”
Barulah pada saat itu Shui Suyun menyadari situasinya saat ini. Wajahnya merona merah saat dengan kikuk dia berkata, “Kalau… kalau begitu saya akan mengeringkan diri di dalam.” Selesai bicara, dia pun berpaling dan berjalan menuju ke dalam kuil bobrok itu.
Begitu Shui Suyun sampai di dalam, Qu Qingyin telah selesai mengeringkan pakaiannya. Dia sudah akan menaruhnya ke dalam kantong.
“Hei, apa kau punya pakaian kering? Pinjamkan padaku.”
Nona yang tadinya anggung tiba-tiba berubah kasar dan manja. Qu Qingyin tak tahan untuk memandangi gadis itu sebelum kemudian menatap kantong di tangannya sendiri. Dia tersenyum kalem. “Maaf Nona, meski saya sebenarnya ingin membantu Anda, tapi satu-satunya pakaian lebih yang saya miliki baru saja saya ganti. Sekarang ini masih digantung.”
Shui Suyun melihat rantai-rantai perak yang telah digantungi pakaian. Merasa kesal, dia pun mengernyit. “Kenapa kau tak menyiapkan dua set lagi pakaian lebih?”
Suara Qu Qingyin terdengar penuh penyesalan. “Situasi keluarga saya tidak terlalu baik. Bahkan saat menempuh perjalanan, saya hanya punya dua set pakaian ini untuk dikenakan bergantian. Nona pasti merasa kalau hal ini lucu.”
Mendengar hal ini, Shui Suyun merasakan sedikit sensasi tercekik.
Di beranda luar, Liu Feng yang tengah menikmati hujan tak tahan untuk mendesah. Siapa yang tahu kalau ternyata dia punya temperamen yang begitu buruk? Sembarangan melempar kesalahan pada orang lain, pula.
Tanpa punya ide lain, Shui Suyun hanya bisa duduk di dekat api dan membuarkan bajunya kering pelan-pelan.
“Hei, apa kau punya sesuatu untuk dimakan?”
Qu Qingyin baru saja mengeluarkan sebatang jarum dan benang dari kantongnya. Dia bahkan belum mengambil kain yang akan diperbaikinya saat mendengar gadis yang satunya bicara lagi. Mengangkat kepala untuk menatap gadis itu, dia pun menggeleng. “Tidak. Saya tak mengira kalau hujan akan turun begini deras, jadi saya tak menyiapkan apa-apa di muka.”
“Bagaimana kau bisa tak menyiapkan apa-apa?”
“Saya toh takkan mati kelaparan kalau hanya melewatkan satu atau dua kali waktu makan. Saya sudah terbiasa.”
“Kau – “
“Saya benar-benar minta maaf. Tapi saya pikir akan lebih baik bila Nona, Anda membawa beberapa orang pendamping bersama Anda saat lain kali Anda berpergian. Kalau tidak, biasakanlah diri Anda seperti saya ini.” Dengan tulus Qu Qingyin menasihati.
Liu Feng menaikkan kipas untuk menutupi senyumannya, berjuang menahan tawa yang sudah berkumpul di dadanya. Apa gadis itu tak takut kalau seseorang akan membongkar kebohongannya? Yah, Liu Feng sih tak berniat melakukannya.
Pada akhirnya semua menjadi sunyi senyap di dalam kuil, mungkin karena Shui Suyun berkali-kali sudah dikalahkan dan akhirnya belajar cara untuk menahan diri.
Liu Feng berdiri di luar sambil menikmati hujan saat dia menunggu orang-orang di dalam bersiap-siap.
“Pendekar Liu, pakaian saya sudah kering. Anda bisa masuk sekarang.”
Saat Liu Feng berjalan masuk, tatapannya mendarat pada Qu Qingyin, yang dengan tenang memusatkan perhatian untuk menambal kantongnya.
Kantong itu kelihatan sudah agak pudar, tapi bahan yang dipakai untuk membuatnya cukup kuat. Jahitannya juga sudah selesai dengan begitu akurat. Tak satu pun cela yang terlihat.
Nona ini jelas-jelas mampu dalam keahlian mengurus rumah yang biasa. Kalau saja Liu Feng belum pernah melihat bagaimana gadis itu melemparkan anak panah dengan begitu lihainya, tentu dia akan melihat si nona sebagai seorang wanita biasa dari latar belakang rakyat jelata.
Penampilan benar-benar bisa menipu!
“Pendekar Liu, kenapa Anda tak pernah datang ke Serikat Elang Terbang kami lagi?”
“Saya menjelajahi empat samudera, berkelana tanpa memiliki tujuan pasti.” Pertanyaan Shui Suyun menariknya keluar dari pikirannya sendiri. dia pun duduk di dekat api, membentuk lingkaran bersama para gadis.
Qu Qingyin tak mengangkat kepalanya. Dia hanya fokus pada pekerjaan di tangan. Jauh di dalam hati, gadis itu mendesah. Kuil gunung ini agak terlalu kecil. Dia merasa seperti orang ketiga yang tak diharapkan di sini. Perasaan macam ini jelas tidak menyenangkan.
Di luar kuil, angin bertiup kencang dan hujan begitu lebat. Di dalam kuil, sepasang nona muda yang menarik serta seorang lelaki muda mengobrol dengan gembira. Kalau bukan karena keberadaannya di sini, cuaca ini, waktu ini, tempat ini, sungguh tepat seperti situasi yang pernah dibicarakan oleh Guru. Kesempatan sempurna untuk terjadinya hal yang baik dan yang buruk.
Jarum di tangan Qu Qingyin diletakkan. Apakah mungkin dia sungguh-sungguh harus bersikap seperti orang tolol dalam cuaca ini; menjadi seperti tikus basah gara-gara hujan, hanya demi memberi mereka kesempatan sempurna ini?
Tentu saja tidak! Memikirkannya seperti ini, perasaan bersalah dalam hati Qu Qingyin akhirnya mereda.
Kantong di tangan akhirnya selesai diperbaiki. Sebelum dia sempat memutuskan benangnya, didengarnya suarau ribut-ribut dari arah luar. Dua orang lainnya juga mendengar dan melihat ke luar.
“Nona, luar biasa sekali kami bisa menemukanmu.” Beberapa orang bergegas masuk untuk menghindari hujan. Begitu melihat Shui Suyun tengah berada di samping api, mereka pun langsung kegirangan. Tanpa memedulikan kondisi menyedihkan yang sedang dialami, mereka mendahulukan untuk memberi salam kepada gadis itu.
Qu Qingyin menyapukan pandangannya pada mereka secara sambil lalu, sebelum kemudian menundukkan kepala untuk memutus benang dengan giginya. Memakai kantong yang telah ditambal, dia menyampirkannya di atas kantong lain yang ada di sampingnya untuk membuat lapisan tambahan.
Liu Feng berbicara pada orang-orang dari Serikat Elang Terbang, sambil terus mengawasi pergerakan Qu Qingyin. Dia pun tersenyum paham.
Gadis itu adalah orang yang memiliki perhatian besar pada detail. Dua lapisan pada kantongnya itu, jelas-jelas bagian yang di luar tampak lebih jelek daripada yang di dalam, tetapi lebih kuat. Dan meski gadis itu berpakaian dengan sangat sederhana, kalau dilihat lebih dekat, akan terlihat detil-detil kecil yang menunjukkan bahwa dia bukanlah orang yang menjalani kehidupan yang serba terbatas.
Seorang gadis yang tak menyembunyikan dirinya yang sebenarnya, dan pada saat bersamaan tak memberikan kesan yang salah bagi orang lain. Dia jelas-jelas bukan orang sederhana.
Hujan terus tertumpah, dan langit tak pernah punya kesempatan untuk menjadi lebih cerah.
Semua itu karena malam telah tiba.
Angin kencang menerjang pintu dan jendela tua pada kuil gunung, menciptakan suara menakutkan bagai tangisan nyaring hantu pada saat-saat paling gelap di malam hari.
Dengan hujan berderai liar di tengah terpaan angin, kuil bobrok yang menjadi satu-satunya tempat perlindungan mereka dari angin dan hujan, menjadi lebih sesak lagi.
Di dalam kuil ini, hanya ada dua tempat yang bisa memberikan perlindungan dari hujan. Serikat Elang Terbang punya begitu banyak orang, jadi mereka menempati sebagian besar tempar. Beberapa penjaga berdiri bersama-sama di wilayah yang tak memberikan cukup perlindungan dari angin dan hujan, hanya agar mereka tak melanggar wilayah nona mereka.
Tempat yang tersisa hanya cukup untuk Liu Feng dan Qu Qingyin masing-masing beringsut di pojokan. Jarak mereka memang tak terlalu dekat, tapi juga tak punya kesempatan untuk lebih menjauh lagi.
Qu Qingyin memeluk kantongnya, menarik kakinya ke dada saat dia duduk di atas sebuah undakan. Hatinya merasa agak tidak nyaman – dia lapar.
Si Nona dari Serikat Elang Terbang itu memang tak menyenangkan, tapi membuat dirinya sendiri kelaparan hanya karena gadis itu, berarti hal itu akan jadi menyedihkan.
Dengan mata tak menampakkan rasa kantuk, tanpa sengaja Liu Feng melirik, hanya untuk melihat Qu Qingyin memeluk lututnya saat duduk di atas undakan di kuil gunung. Sekujur tubuhnya kering. Kantongnya berada dalam dekapan, kepalanya terbaring di atasnya. Sepertinya gadis itu sudah tertidur.
“Sebentar lagi aku akan mati kelaparan. Kalian, cepat pergi dan bawakan sesuatu untuk dimakan.” Kesunyian dalam aula besar itu diganggu oleh suara Shui Suyun.
Beberapa orang penjaga dari Serikat Elang Terbang saling bertukar pandang. Dari antara mereka, dua orang akhirnya menerima perintah tersebut dan melapor, “Hamba di sini akan pergi. Harap Nona menunggu.”
“Kalian pergilah, cepat carikan sesuatu untuk kumakan.”
“Siap!”
Semua penjaga keluar menembus hujan untuk mencari makanan, dan sekali lagi tinggal mereka bertiga yang tersisa di dalam kuil.
Sekarang karena Shui Suyun telah menyuruh semua penjaga untuk pergi, dengan gembira dia berlari menghampiri sisi Liu Feng, “Pendekar Liu, ayo ke sana bersamaku untuk berlindung dari hujan, mereka semua sudah pergi sekarang.”
“Di sini bagus juga. Tak lama lagi mereka akan kembali. Para penjaga dari Serikat Elang Terbang sangat hebat. Kalau Nona Shui merasa takut, kenapa tak meminta Nona yang di sana untuk menemani Anda.”
Si nona yang disebut-sebut, Qu Qingyin, mengangkat kepalanya dan menatap mereka.”
“Aku tak mengenalnya. Siapa yang tahu apakah dia orang baik?”
Qu Qingyin sedikit memicingkan matanya.
Liu Feng tersenyum. “Nona itu tampaknya murah hati. Dia bukan orang jahat.”
“Saya klebih percaya pada Pendekar Liu.”
“Karena Nona memercayai saya, saya sudah bilang kalau dia adalah orang baik, jadi apa yang masih Anda takutkan?”
“Yah, meski aku bersedia, belum tentu dia mau.”
“Kalau begitu saya akan pergi bertanya untuk Anda.”
Dia mengatakan demikian dan itulah yang dia lakukan.. bangkit dari tempatnya duduk, Liu Feng menghampiri Qu Qingyin dan bertanya, “Bersediakah Nona menemani Nona Shui?”
Qu Qingyin duduk tegak di atas undakan, menatap pria itu, lalu berkata pelan, “Sudah lama saya berhenti menjadi orang baik.”
“Pendekar Liu, lihat kan! Bahkan dia sendiri bilang kalau dia bukan orang baik.” Shui Suyun dengan cepat mengambil kesempatan itu untuk beralasan.
Liu Feng tertawa. “Biasanya, orang jahat cenderung takkan mengatakan kalau diri mereka jahat. Sesuai dengan logika ini, orang yang menyebut diri sendiri sebagai orang jahat, biasanya tidak jahat sama sekali.”
“Di sini lah kau melakukan kesalahan. Orang jahat juga punya penilaian mereka sendiri tentang apa yang jahat. Dalam hal itu, kenapa orang jahat tak berani mengakuinya?”
“Nona….”
“Aku percaya bahwa Anda dan Nona Shui yang di sana punya lebih banyak kesamaan. Ini sudah malam, sekarang saya butuh istirahat.”
Di samping, Shui Suyun berkata marah, “Kau benar-benar orang yang tak tahu sopan santun. Apa kau tahu kalau Pendekar Liu adalah sosok ternama di Dunia Persilatan? Dan kau benar-benar berani bicara seperti itu padanya?!”
Qu Qingyun berkata cuek, “Aku toh tak mengenalnya.”
Liu Feng menepukkan kedua tangannya dan tertawa, “Kata-kata yang bagus.”
“Pendekar Liu –“
Liu Feng mengibaskan tangannya. “Nona ini benar. Di dunia ini, ada banyak orang yang tak mengenalku.”
Qu Qingyin tersenyum. “Anda bisa dianggap tahu diri dan mengerti batasan Anda.”
“Saya merasa tersanjung.”
“Sekarang bisakah Anda lanjut menemani Nona Shui, dan biarkan saya beristirahat dengan tenang?”
“Tapi harus bagaimana?” Liu Feng terkekeh, “tiba-tiba saya merasa kalau berbicara pada Anda, Nona, akan lebih penuh arti.”
Qu Qingyin tetap tenang dan terkendali, “Itu mudah.”
“Bagaimana?”
“Anda beri saya uang, lalu saya akan mengijinkan Anda untuk berdiri di sini dan bicara dengan saya. Tapi saya tak diharuskan merespon.”
“Itu benar-benar saran yang bagus.”
“Saran dari saya biasanya memang bagus.”
“Tetapi saat ini saya sedang tak membawa uang.”
“Sayang sekali.”
Liu Feng dengan keras kepala berkata, “Tetapi kalau untuk membayar Nona agar mau mendengarkan saya, seharusnya saya punya cukup banyak.”
Gadis itu mengulurkan tangannya, “Kemarikan.”
Liu Feng meletakkan sebuah uang emas. Qu Qingyin melirik ke tangannya dan ekspresi di matanya pun sedikit berubah.
Qu Qingyin menerima pembayarannya dan berujar, “Baiklah, kau bisa mengatakan apapun yang ingin kau katakana sekarang.”
Shui Suyun mengamati dari pinggir. Kaena terbakar amarah, dia pun menuding Qu Qingyin dan berkata, “Apa kau sudah gila karena kekurangan? Bagaimana kau bisa begitu saja menerima uang dari orang lain? Kalau kabar ini sampai mencapai Dunia Persilatan, kau bahkan bisa mati tanpa tahu sebabnya.”
Qu Qingyin tak terpengaruh oleh kata-katanya. “Orang Dunia Persilatan mati di Dunia Persilatan. Kalau aku mati ya mati saja. Memangnya aku bisa mempertimbangkan arti kematianku pada saat itu?”
“Kau….”
“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.”
Liu Feng sepakat. “Dia memang mengatakan yang sebenarnya.”
Shui Suyun menatap si pria, lalu si gadis. Pada matanya yang besar, bulir-bulir air mata mulai terbentuk. Dengan keki dia menjejakkan kakinya, “Kalian berdua menindasku!”
Qu Qingyin menelengkan kepala padanya, “Orang jahat menindas seseorang, bukankah memang begitulah adanya?”
Liu Feng mengangguk, “Setiap perkataan Nona benar-benar tepat sasaran.”
“Karena di dunia ini, ujaran kebenaran adalah hal terbaik yang bisa dikatakan.”
“Masuk akal.”
“Tentu saja masuk akal.”
Shui Suyun menggigit bibir bawahnya, dengan marah memelototi Qu Qingyin.
Yang dipelototi tersenyum samar. “Kau tak perlu menatapku seperti itu. Karena kau sudah menganggapku sebagai orang jahat, aku memperlakukanmu seperti ini, bukankah itu wajar? Jadi sekarang tak seharusnya kau merasa disalahi, benar tidak?”
Shui Suyun benar-benar dibuat tak mampu berkata-kata.
Liu Feng tersenyum penuh pengertian, nona yang satu ini benar-benar bukan jenis orang yang suka mengalah pada orang lain.
“Kau memperlakukanku seperti ini, kami Serikat Elang Terbang tentu takkan membiarkamu lepas begitu saja!”
Mata Liu Feng menggelap, tampak seperti tak setuju dengan perbuatan semacam ini.
Qu Qingyin menyeringai. “Kalau orang-orang dari Serikat Elang Terbang semuanya melakukan hal-hal sepertimu, aku yakin kemerosotan dalam usaha hanya tinggal masalah waktu. Kalau sudah demikian, maka apa yang perlu kutakuti?”
Liu Feng menundukkan kepala, mengalihkan sorot matanya ke bawah. Kipas di tangannya menutupi mulut, tepat waktu untuk menyembunyikan senyumannya.
“Kau –“
“Nona Shui, sekarang kita sudah cukup banyak bicara. Kenapa Anda tak kembali saja ke tempat duduk Anda dan menunggu para penjaga Anda kembali dengan makanan, bagaimana?”
“Pendekar Liu, kita jangan bicara dengan orang seperti itu.” Shui Suyun berkata marah.
“Tapi saya baru mengeluarkan sejumlah uang. Kalau saya tak mengobrol dengannya, bukankah akan mubazir?”
“Kalau begitu saya akan memberi Anda uang. Anda tak perlu bicara dengannya sekarang.”
Qu Qingyin menatap Liu Feng dengan takjub.
Liu Feng berkata dengan sungguh-sungguh. “Nona Shui, Anda tak bisa bilang begitu. Bahkan bila Anda memberi uang kepada saya, uang yang telah saya keluarkan telah terpakai, ini adalah kenyataan.”
“Bahkan kalau uangmu terbuang dengan sia-sia, itu lebih baik daripada bicara dengan seseorang seperti itu.”
Qu Qingyin mengangguk setuju. “Dia benar. Tak ada gunanya bicara denganku.” Lagipula sejak awal dia toh memang tak berniat untuk bicara.
“Uang yang kukeluarkan tadi adalah emas asli.”
“Aku jelas takkan mengembalikannya padamu.”
“Oleh sebab itu, satu-satunya hal yang benar adalah bicara dengan Anda, Nona. Hanya dengan begitu lah kesepakatan ini bisa dibereskan.”
“Kalau itu memang membuatmu senang. “ Gadis itu tak lagi mau repot-repot untuk berbicara dengan mereka. Dia meraih tasnya dan membaringkan kepala di atasnya, berharap bisa istirahat sejenak.
Liu Feng berpura-pura tak melihat tingkah gadis itu dan melakukan sesukanya, “Nah, apa menurutmu ada orang lain yang tinggal dalam radius sepuluh li (1 li sama dengan sekitar setengah kilometer) dari sini?”
Qu Qingyin merespon dengan suara ‘en’. Mana dia tahu soal itu.
“Tapi dengan hujan sederas ini, bahkan bila mereka bisa berburu hewan untuk dimakan, takkan ada kayu kering untuk memanggangnya.”
Kali ini Shui Suyun memikirkannya dan segera berkata, “Kalau begitu, mereka takkan bisa menemukan apapun untuk dimakan?”
Dengan jujur Liu Feng mengungkapkan kenyataannya, “Hewan-hewan buruan takkan bisa dipanggang agar dapat dimakan. Kalau mereka harus mencari rumah atau semacamnya, siapa yang tahu kapan mereka akan kembali?”
Shui Suyun menatap Liu Feng dengan tampang memelas. “Tapi aku lapar sekali.”
Tunggu saja, mungkin mereka akan segera kembali.”
“Tapi bukankah Anda bilang, tak ada perumahan dalam radius sepuluh li?”
“Itu hanya terkaan. Mungkin situasinya tak separah itu.”
Dengan cemas Shui Suyun melihat ke luar, “Mereka sudah pergi setengah harian, kenapa masih belum kembali?”
Qu Qingyin ikut berkomentar, “Sepertinya masih belum selama itu. Kau hanya tidak sabaran.”
Shui Suyun membalas, “Kau jangan bicara denganku. Aku tak mau tepot-repot dengan orang semacammu.”
Qu Qingyin mengerucutkan bibirnya dan berpikir. “Dia jelas-jelas tak mau berurusan denganmu, tapi kau malah menganggapku bicara tidak pada tempatnya. Yah, dalam hal ini, kau lah yang sendirian.”
Liu Feng menggelengkan kepalanya, tampak tak berdaya.
Mengalami beberapa kekalahan, Shui Suyun kehilangan semangatnya untuk bicara lagi. Dia sendirian, berjalan muram kembali ke tempatnya dan duduk. Saat menatap ke depan, sorot matanya tampak nanar.
Liu Feng tak ikut pergi. Dia bersandar pada undakan, tangan kiri memegang tangan kanan, kedua tangan menggenggam kipas untuk menyangga dagunya. Dia pun bertanya pada orang di atas undakan. “Apa kau benar-benar tak berniat melakukan apapun?”
“Pahlawan menolong wanita cantik, hal semacam itu tak cocok denganku.”
Liu Feng tertawa pelan dan bertanya sekali lagi. “Lalu apa yang cocok untuk kau lakukan?”
“Saat ini yang ingin kulakukan adalah tidur.”
“Tapi kau sudah menerima uangku.”
“Karena itulah aku tak mengusirmu.”
“Apa kau benar-benar berencana untuk membiarkanku bicara sendiri?”
“Sekarang ini adalah waktunya untuk tidur. Apa kau harus sedemikian bersemangat?”
Liu Feng memakai kipasnya untuk menutupi mulut dan terbatuk kecil. “Nona benar-beanr tak menahan kata-kata Anda.”
“Memangnya kita sudah pernah saling kenal?”
“… Baru bertemu hari ini.”
“Yah, karena kita bukan kenalan, kenapa aku harus memberikanmu belas kasihan?”
“Saya belum menanyakan nama Nona.”
“Kita bukan kenalan.” Itulah jawabannya.
Liu Feng hanya bisa tersenyum. “Ini membosankan. Saya hanya ingin memulai percakapan.”
“Tak ada yang ingin kubicarakan denganmu.”
“Sebenarnya Nona Shui bukanlah satu-satunya orang yang merasa lapar. Saya juga sedikit lapar.”
Qu Qingyin akhirnya mengangkat kepalanya untuk menghadapi pria itu. “Kurasa kalian berdua punya lebih banyak kesamaan yang bisa dibicarakan.”
“Nona seharusnya menjaga lidah Anda.”
“Kau ini benar-benar sulit diurus. Aku tak mau bicara, kau lanjutkan saja berbicara sendiri. Aku bicara padamu, kau sendiri yang ragu-ragu.”
“Yah, uang itu didapatkan dengan susah payah.”
“Itu bukan kebohongan.”
“Tumben Nona setuju.”
“Kenapa aku harus tudak setuju dengan hal yang benar?”
“Memang benar.”
Qu Qingyin menutupi kuapannya dengan tangan. “Dari yang kulihat, orang-orang dari Serikat Elang Terbang itu takkan kembali dalam satu setengah jam lebih. Lebih baik kau tidur dulu. Begitu mereka kembali, kalau mereka berhasil membawa makanan, kau pasti akan mendapatkan jatah.”
Liu Feng benar-benar ingin mengetuk kepala gadis itu dengan kipasnya. “Sepertinya Anda beanr-beanr mengantuk.”
“Memang begitu.”
“Dalam situasi seperti ini, Anda masih bisa tidur?”
“Apa hubungannya denganku? Karena hal ini tak ada urusannya denganku, kenapa aku tak seharusnya bisa tidur?”
Liu Feng dibuat kehilangan berkata-kata olehnya. Dia hanya bisa berujar, “Kalau begitu, silakan tidurlah.”
“En.” Qu Qingyin menjatuhkan kepala ke atas kantongnya, lalu mengangkat bagian belakangnya. Ini aneh, kenapa dia masih belum pergi?
Liu Feng menatap tempat yang tadinya diduduki gadis itu dan mendesah, “Sudah mulai bocor.”
Qu Qingyin melihat ke tempat yang sama. Ternyata memang demikian. “Tempat di samping Nona Shui lebih lega.”
“Orang-orang itu sebentar lagi akan kembali.”
Gadis itu tertawa tak tak mengatakan apa-apa.
Qiu Feng memandangi Qu Qingyin, bermain-main dengan kipasnya, dan berkata, “Orang-orang yang melakukan pekerjaan seharusnya punya moral.”
Qu Qingyin terus tertawa. Tawanya pelan tapi riang.
Liu Feng tak sanggup menahannya lebih lama lagi dan ikut tertawa. Situasi ini entah kenapa memang menarik. Dia tak bisa menyalahkan gadis itu karena tertawa.
Saat mereka berdua tertawa-tawa sendiri, beberapa orang penjaga dari Serikat Elang Terbang telah kembali. Beberapa bertengan kosong, beberapa membawa hewan buruan, beberapa juga membawa buah-buahan liar. Tak satu pun yang berupa makanan yang dimasak. Hal ini membuat Shui Suyun sangat tidak senang.
Ada hewan buruan tapi tak ada kayu kering yang bisa dipakai untuk menyalakan api, jadi hewan-hewan itu tak berguna. Buah-buahan liar itu juga terlalu asam. Lebih baik dia kelaparan saja.
Liu Feng menatap kantong yang berada di pelukan Qu Qingyin dan mengesah. “Nona benar-benar keras kepala.” Gadis itu ternyata lebih suka membuat dirinya kelaparan daripada mengeluarkan makanannya.
“Aku toh sudah terbiasa kelaparan.”
Mengetukkan kipasnya perlahan ke dahi, Liu Feng mengesah pelan. Gadis ini benar-benar sudah bertekad untuk tak mengeluarkan makanannya.