The Demoness Is Not Evil - Chapter 10
Angin musim gugur semakin dingin, daun-daun berguguran, hujan berderai saat musim dingin tiba.
Sesosok berpakaian merah cerah dalam dunia putih keperakan ini tampak begitu mencolok. Karakter Li Feiyan persis dengan warna pakaian kesukaannya, berdarah panas dan bebas lepas.
Kudanya berhenti di bawah sebuah kuil, dan tepat pada saat itu seseorang yang memegang sebuah payung berjalan dari arah gerbang gunung. Pada waktu yang tak disangka ini, mata keduanya bertemu.
Mata Li Feiyan membulat. Serunya, “Qu Qingyin!”
Yang keluar dari kuil itu memang adalah orang yang telah lama menghilang dari dunia persilatan, Ling Long Dao Qu Qingyin. Hanya dengan melihat sosoknya yang berbalut baju ungu, tubuhnya tertutup mantel bulu putih, rambut ditata ke atas dengan anggun, dengan postur yang agung; tak peduli bagaimana pun kau melihatnya, dia sungguh merupakan seorang nona yang anggun yang tengah berjalan menyusuri salju untuk menikmati bunga plum.
Qu Qingyin menganggukkan kepala padanya, “Nona Li.”
Melihat Li Feiyan, Sebenarnya Qu Qingyin hanya ingin berjalan melewatinya, namun Li Feiyan memutar tubuhnya dan berteriak, “Apa kau tak tahu kalau dia mencarimu?”
“Aku tahu.” Suaranya lembut dan ringan, bagai kepingan salju yang berguguran dari angkasa.
Li Feiyan tak bisa memercayainya dan berteriak lebih keras lagi, “Kalau kau sudah tahu dia mencarimu, bagaimana bisa kau masih bersembunyi dengan begini tenang.”
“Aku tak bersembunyi darinya.” Dia hanya menunggu pria itu menemukan jalan untuk kemari.
“Kalau kau tak bersembunyi darinya, bagaimana bisa dia masih belum bisa menemukanmu?” Li Feiyan tak memercayainya satu kata pun.
“Pertemuan di antara manusia, kadang tergantung pada takdir mereka.” Ini jugalah jawabannya kepada sepupunya, sang Kaisar. Waktu perjanjiannya adalah satu tahun. Dalam kurun waktu satu tahun, dia tak diperbolehkan pergi sendiri mencari Liu Feng.
Li Feiyan melihat bahwa Qu Qingyin mulai berjalan lagi, dan segera menarik kudanya saat dia mengikuti gadis itu.
Qu Qingyin menghentikan langkahnya dan menaikkan kepalanya untuk menatap gadisberbaju merah yang duduk di atas punggung kuda itu. “Kenapa kau mengikutiku?”
Li Feiyan mengedutkan alisnya, “Nona ini suka, tidak boleh?”
“Tapi aku tak suka orang mengikutiku.”
“Itu urusanmu.”
Qi Qingyin meledak tertawa, “Itu benar.”
Li Feiyan melompat turun dari kudanya, menarik kekang, lalu berjalan bersisian dengan Qu Qingyin di tengah kepingan salju yang melayang lembut.
“Apa kau tinggal di sini?”
“En.”
“Beberapa bulan terakhir ini, kau selalu berada di sini?”
“Ya.”
“Sebenarnya, sekarang ini aku masih sangat membencimu.” Ekspresi Li Feiyan tampak rumit.
Qu Qingyin tertawa pelan, tapi tak mengatakan apa-apa.
Li Feiyan berkata sambil berjalan, “Aku sudah menyukai Liu Feng sejak lama, tapi pada akhirnya dia hanya pernah bicara hambar padaku. Tapi kau malah bisa berdiri di sisinya dengan begitu santai. melihatnya saja sudah membuatku merasa tak nyaman.”
Qu Qingyin melanjutkan sikap membisunya.
“Mereka semua bilang kalau kau pasti telah memakai suatu cara kotor pada Liu Feng, untuk membuatnya jadi begitu terpaku hanya padamu.”
“Benarkah?”
Li Feiyan bicara dalam sikap mencari yang sebenarnya. “Meski aku tak menyukaimu, dan juga tahu kalau kau bukan orang yang ramah, tapi kau benar-benar tak kelihatan seperti iblis betina.”
“Kau bisa menilai seorang iblis betina dari penampilan?”
“Tentu saja. Orang-orang yang jahat dan berada di jalan yang sesat semuanya punya aura jahat si sekeliling mereka, tapi kau tak punya.” Tak hanya kau tak memilikinya, kau juga punya aura yang sarat dengan kebenaran di sekelilingmu. Lagipula, Ling Long Dao adalah pedang keadilan yang memusnahkan kejahatan.
“Nona Li.”
“En?”
“Apa kau tahu, bahwa tingkat tertinggi dari menjadi orang jahat adalah bila bisa membuat orang baik berpikir kalau mereka baik.”
Li Feiyan bertanya balik, “Apa kau orang semacam itu?”
Qu Qingyin tertawa, “Itu pertanyaan yang bagus. Meski aku tak bisa dianggap sebagai orang baik, tapi sepertinya aku masih belum bisa dianggap sebagai orang jahat.”
Tepat sekali.”
Qu Qingyin menggelengkan kepalanya sembari tertawa. Dia telah meremehkan nona besar dari wisma Keluarga Li ini. Gadis itu tampak seperti memiliki sifat yang sembrono dan tidak masuk akal, tetapi juga memiliki sisi yang teguh serta jujur. Hanya saja Nona Li ini tidak menutup-nutupi perkataannya, berbicara dengan begitu blak-blakan hingga dengan mudah menyinggung orang lain.
Sepertinya, Li Feiyan ini telah membaut masalah yang tidak sedikit dengan mulutnya itu. “Kau tak perlu mengikutiku, aku takkan meninggalkan tempat ini.”
Wajah Li Feiyan tampak kaget, “Kau….”
Qu Qingyin meneruskan, “Kau ingin agar dia menemukanku, kan?”
Li Feiyan segera memalingkan wajahnya, bersuara ‘heng’, “Memangnya aku akan melakukannya, kalau dia tak bisa menemukanmu, maka akan lebih baik.”
Qu QIngyin tertawa tapi tak mengatakan apa-apa.
Li Feiyan menolehkan kepala untuk melihat senyum di wajah lawan bicaranya. Merasa agak jengkel, keras-keras dia berujar, “Tak akan kukatakan!”
“Aku mengerti.”
Li Feiyan cepat-cepat melompat ke atas kudanya. Dari atas kuda, dia langsung berkata, “Aku sudah bilang tidak ya tidak, tak peduli apakah kau akan pergi atau tidak.” Lalu dia mencambuk kudanya dan pergi begitu saja.
Melihat sosok berpakaian merah itu menghilang di balik pemandangan bersalju, Qu Qingyin tak bisa menahan diri untuk meledak tertawa. Nona Li ini memang orang yang menarik.
Menengadahkan kepalanya untuk menatap salju yang berguguran dengan ringan, dia pun mengesah. Bukankah semua orang berkata kalau Tuan Muda Xiao Yao punya banyak koneksi di seluruh dunia? Sudah mencari selama beberapa bulan dan masih belum menemukan dirinya, dia benar-benar agak terlalu memandang tinggi pria itu.
Lupakan saja, tak usah dipikirkan.
Hujan salju ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan masih belum menampakkan tanda-tanda akan berhenti. Berjalan di dunia yang putih keperakan ini, membuat orang merasa kesepian dan murung.
Qu Qingyin menggeser payungnya, menengadah pada langit yang mendung, salju terus berjatuhan dari langit. Gadis itu tertawa saat berputar beberapa kali di tanah bersalju ini. Tawa rendah yang ringan namun jernih berkomandang di tempat ini, tempat di mana tak ada satu kehidupan pun. Pemandangan semacam ini juga tampak terbuka dan murni.
Sosok ungu di antara warna putih, seperti anak-anak yang bermain di tengah salju, seulas senyum cerah yang menyegarkan mencerahkan wajahnya.
Inilah pemandangan yang disaksikan oleh Liu Feng.
Mencari begitu lama, mendamba begitu lama, dan orang itu tiba-tiba muncul di hadapannya seperti ini, membuatnya terkejut, suatu kejutan menyenangkan yang melandanya.
Merasakan sesuatu, Qu Qingyin, mengikuti instingnya dan mengedarkan pandang, mendadak terpaku di tempat.
Liu Feng melayang dan mendarat di sisinya, tangan pria itu menangkup wajahnya, mendesah saat berkata, “Tak melihatmu sedemikian lama, kau bahkan tak merindukanku?”
“Kau sudah bertemu dengan Nona Li?”
Liu Feng jelas-jelas terperangah selama sesaat. “Li Feiyan? Dia kemari?”
Qu QIngyin terkekeh, “Belum lama tadi, kebetulan aku bertemu dengan Nona Li. Dia pergi dengan gugup. Kukira kau sudah berpapasan dengannya.”
“Kau pikir dia yang mengatakan padaku tentang keberadaanmu?”
Qu Qingyin mengangguk.
“Tentu saja tidak. Tapi sepertinya kita memang berjodoh.” Liu Feng menariknya ke dalam dekapan, “Mencarimu benar-benar suatu tugas yang tidak mudah.”
“Oh?”
Liu Feng mencubit pipinya, nada suara pria itu mengandung jejak kecemburuan saat berkata, “Sepupumu itu, benar-benar sebuah awan yang mampu menyembunyikan matahari.”
Qu Qingyin menyurukkan kepalanya ke dada Liu Feng. “Perjanjian ini hanya berlangsung selama setahun. Kalau setelah lewat setahun kau masih belum menemukanku, maka aku akan pergi mencarimu. Mencarimu, si Tuan Muda Xiao Yao yang suka ikut campur dalam urusan orang lain pasti akan jauh lebih mudah.”
“Aku selalu merasa kalau ini bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.”
“Sejak awal juga tidak.” Gadis itu menjawab seperti kalau hal tersebut memang adalah kenyataannya.
Liu Feng kehabisan kata-kata.
“Lepaskan, kecuali kau sungguh ingin tinggal di sini di tengah salju bersamaku.”
Liu Feng terbahak, mengulurkan tangannya, dan mengangkat gadis itu, “Karena kau ingin berada di tempat hangat.” Keberadaan Qu Qingyin dalam pelukannya terasa begitu luar biasa.
Lengan Qu Qingyin merangkul lehernya dan dengan main-main bertanya, “Di mana?”
“Di ranjang.”
Ranjang pada hari musim dingin memang merupakan tempat paling hangat untuk ditempati, khususnya setelah seorang pria dan wanita menghangatkannya dengan penuh gairah.
Rambut panjang Qu Qingyin terurai menyebar di atas bantal, tangan yang mencengkeram bantal itu masih sedikit bergetar. Liu Feng menekankan tubuhnya yang panas ke punggung gadis itu.
“Qingyin.” Bisiknya mesra.
“En.” Qu Qingyin menjawab dengan suara malas yang merdu.
“Apa sekarang kau bersedia menikah denganku?” Liu Feng berbisik di telinga gadis itu.
Qu Qingyin tertawa pelan, “Menurutmu?”
Liu Feng memutar tubuh Qu Qingyin, lalu merundukkan kepala untuk mengecup fitur wajahnya.
Tangan Qu Qingyin perlahan membelai pinggang Liu Feng, ekspresinya tampak menggoda dan erotis, membuat hasrat yang baru saja padam kembali terbangkitkan.
“Malam musim semi begitu pendek, matahari naik begitu tinggi. Sejak itu, sang penguasa agung tak lagi menghadiri pertemuan pagi.” Pria itu tak tahan untuk mendesah.
Leher jenjang Qu Qingyin agak berayun ke belakang, matanya yang bagaikan apricot tampak terpejam, dan erangan penuh kenikmatan terlepas dari mulutnya.
Dihadapkan pada kekasih yang begitu menggoda, sepertinya akan sulit untuk mempertahankan kendali atas Liu junior dalam masa hidup ini. Liu Feng memasukinya bagai harimau ganas, merasuki seluruh rasa manisnya.
Sebuah suara lembut mengalun ringan, melenguh dalam kesenangan. Kebahagiaan ikan yang kembali ke air bisa dirasakan oleh pria dan wanita di dunia ini di atas ranjang yang begitu kecil, di antara kasur dan selimut, di mana dengan penuh hasrat mereka melagukan nada-nada tinggi.
Langit jernih fajar sudah lama menghilang, hanya saja cahaya yang dipantulkan oleh salju membuat orang mendapatkan ilusi bahwa hari masih pagi. Mereka masih mempertahankan posisi penyatuan pria di atas, wanita di bawah, memperpanjang waktu mereka terbaring bersama.
Si pria masih enggan meninggalkan tubuh wanitanya, si wanita dengan rakus melekat pada kehangatan si pria. “Kenapa kau tak menungguku di kampung halamanmu?”
“Kakak Sepupu takkan mengijinkannya.”
“Bahkan tak bisa mengeluarkan sedikit saja kabar kepadaku?”
“Katanya kalau memang berjodoh, kau akan bisa menemukannya meski sejauh seribu li. Aku hanya ingin melihat apakah kita memang berjodoh atau tidak.”
“Benarkah?”
“Bohong kok.” Qu Qingyin memeluk pinggangnya dan cekikikan. “Sudah mendapatkan tubuhku, ke mana lagi aku bisa lari?”
Liu Feng mengeluarkan suara tawa rendah dari rongga dadanya, “Jadi, aku tak bisa menyesalinya, benar kan?”
“Ya.”
“Mana mungkin aku bersedia untuk menyesalinya?” Kedua pasang mata saling bertatapan, perasaan kasih dan kelembutan yang mendalam berpusar dalam tatapan mereka. Liu Feng menatap mata Qu Qingyin dan berkata tulus, “Kalau begitu, tak apa kan kalau ikut pulang bersamaku?”
“Ya.”
“Aku akan tetap mengarungi Dunia persilatan.”
Qu Qingyin mengalungkan tangan ke lehernya dan mencium bibirnya, “Selama kau ingat untuk pulang dalam kondisi baik dan bersih, maka itu tidak masalah.”
Liu Feng menaikkan alisnya, menggoda, “Aku mencium ada sesuatu yang asam.”
Qu Qingyin juga menaikkan alisnya, “Kau yakin kalau itu bukan bau darah yang pekat?”
Liu Feng memeluknya dan mereka pun bergulingan, mengubah posisi jadi wanita di atas, pria di bawah, tangan si pria memijit pinggang si wanita, “Sepertinya, aku menikahi seorang istri yang dominan.”
Qu Qingyin menyipitkan matanya, “Begitu ya?”
Liu Feng terbahak, “Istri dominan yang aku kejar sendiri dengan sukarela.”
“Heng.”
“Apa kau benar-benar akan mengundurkan diri dari Dunia Persilatan?”
Membicarakan soal ini, Qu Qingyin tak bisa menahan desahannya, “Suatu tempat yang berpenghuni akan menjadi tempat bagi Dunia Persilatan. Aku bilang kalau aku mengundurkan diri dari Dunia Persilatan, tapi sebenarnya ada berapa banyak orang yang bisa sungguh-sungguh mundur?”
Liu Feng mengeratkan lengannya di sekitar gadis itu dan ikut-ikutan mendesah.
“Aku tak lagi muda. Setidaknya aku harus tinggal di rumah dengan damai dan melahirkan beberapa orang anak. Kalau tidak, beberapa tahun kemudian, takutnya aku bahkan takkan punya tenaga untuk melakukannya.”
Liu Feng tak bisa menahan tawanya. “Istriku ini sangat benar, kita seharusnya bekerja lebih keras untuk melahirkan anak lebih banyak lagi, jadi saat kita tua, kita takkan merasa kesepian.”
“Bawel.”
“Kita akan lahirkan satu anak setiap tahunnya, bagaimana?” ujar pria itu berpuas diri.
“Kau memperlakukanku seperti induk babi?”
“Bahkan meski kau adalah induk babi, aku akan tetap mencintaimu. Ayo silakan, lahirkan saja.”
“Melahirkan atau tidak itu bukan sesuatu yang bisa dikatakan dan dilakukan seorang wanita begitu saja.”
Liu Feng merasa kalau martabatnya sebagai laki-laki sedang ditantang. Membalikkan tubuh, dia pun menindih Qu Qingyin di bawahnya.
“Ah!” Akibat Liu Feng tiba-tiba membalikkan posisi, Qu Qingyin pun memekik pelan.
“Malam ini, jangan coba-coba berpikir untuk tidur.”
Qu Qingyin mendorongnya, “Aku tak mau. Sudah berkeringat begini banyak, aku harus mandi.”
“Sungguh tak mau?”
Qu Qingyin menatapnya, “Sungguh.”
“Itu benar, kita masih punya banyak waktu.” Liu Feng mengatakannya dengan penuh arti.
Qu Qingyin benar-benar tak menahan diri dan meraih ke arah pinggang Liu Feng lalu menggoyangkan mahua-nya. “Apa yang kau pikirkan seharian ini?”
(T/N: mahua adalah roti goreng berbentuk untiran.)
“Macam-macam. Utamanya tentang mengubahmu menjadi induk babi, dengan demikian tak seorang pun yang akan mencurimu dariku.” Liu Feng mengatakan itu dengan bersungguh-sungguh.
“Lalu kenapa kau tak memberi makan pada dirimu sendiri hingga menjadi babi jantan, agar wanita lain tak menempelimu?”
Liu Feng mempertimbangkan perkataannya. “Ini sebenarnya bukan ide yang jelek. Sejak saat ini, aku akan harus merepotkan istri untuk memberiku makan dengan baik. Mungkin sekitar seratus atau dua ratus jin, itu lumayan.”
Qu Qingyin memukulnya, “Kalau begitu bukankah aku akan jadi tidak nyaman, ditindih olehmu?”
“Bukankah kaum wanita dilahirkan memang untuk ditindih oleh laki-laki? Memangnya ada yang ditindih sampai mati?”
“Enyah kau!” Qu Qingyin marah-marah.
Liu Feng tertawa keras-keras dan menggeser tubuhnya untuk turun dari ranjang. Menarik pakaiannya dari atas layar pembatas dan mengenakannya, dia lalu menatap ke belakang untuk berkata, “Aku akan menyuruh seseorang untuk menyiapkan air panas. Begitu selesai mandi, tidurlah setelah kau makan sampai kenyang.”
“En.”
Tempat mereka berada sekarang adalah sebuah griya tersendiri yang terletak di dalam sebuah penginapan. Qu Qingyin telah membayar biaya sewanya selama setahun di muka.
Liu Feng membuka pintu dan keluar. Di beranda dia menarik napas beberapa kali dalam udara yang dingin namun segar. Wajahnya penuh dengan tawa kebahagiaan. Menatap ke belakang pada pintu yang tak terkunci, senyumnya pun melebar. Dengan langkah-langkah cepat dia keluar untuk meminta air panas dan makanan.
***
Wisma Gunung Zhong Yi, inilah rumah tempat Liu Feng membawa pulang Qu Qingyin.
Qu Qingyin tak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kekagetan.
Dengan tertawa-tawa Liu Feng berkata, “Kau sungguh sudah menerkanya.”
“Waktu yang mujur hari yang beruntung. Dengan bahagia menghaturkan sujud berterima kasih di aula pernikahan….”
Dengan suara dari mak comblang, upacara pernikahan pun dimulai.
Nyonya Besar Guan duduk di kursi orangtua, tersenyum riang saat melihat sepasang kekasih itu akhirnya menikah. Guan Guang’en juga berdiri di sisinya, wajahnya bersinar oleh seulas senyum cerah.
Di luar wisma gunung, kembang api dinyalakan. Dalam sekejap, suasana perayaan yang meriah pun menggema di dalam tempat itu.
Begitu suami istri tersebut telah saling membungkuk, upacaranya pun selesai sudah. Di aula upacara pernikahan ini, Liu Feng menyibak tudung kepala mempelai wanita. Ini adalah kali pertama dia melihat Qu Qingyin didandani dengan begitu lengkap. Wajah yang mulanya memang jelita menjadi lebih menakjubkan di bawah cahaya lilin aula upacara pernikahan.
“Istriku, kau benar-benar cantik.”
Qu Qingyin tersenyum.
Para pelayan wanita membawakan dua cawan arak dan menyerahkannya kepada mereka.
Liu Feng menyulangi Ji Chuiyu, berkata, “Banyak terima kasih karena sudah datang menghadiri upacara pernikahan kami.”
Qu Qingyin juga ikut menyulanginya.
Ji Chuiyu membalas sulangan mereka. Ketiganya pun menenggak secawan arak mereka secara bersamaan.
Liu Feng menggandeng tangan istrinya, berlutut di hadapan Nyonya Besar Guan. “Trrima kasih banyak kepada Nyonya besar karena telah sepenuh hati membantu kami suami istri untuk menyiapkan upacara pernikahan ini.”
“Sudah seharusnya, sudah seharusnya.”
Qu Qingyin meletakkan cawan araknya, mengambil nampan dari tangan pelayan wanita, lalu mengangsurkannya kepada sang Nyonya Besar, “Harap Nyonya Besar meminum teh ini.”
“Bagus.” Nyonya Besar Guan meletakkan sebuah amplop merah tebal di atas nampan.
“Terima kasih, Nyonya Besar.”
“Semoga kalian suami istri selalu rukun, hidup makmur dalam keharmonisan.”
“Tentu.”
Nyonya Besar Guan menatap Liu Feng dengan tenang, “Kau ini benar-benar… pernikahan adalah kejadian besar dalam hidup, tapi kau malah membuatnya menjadi begitu dingin dan sepi. Sungguh telah bersalah pada nona yang begini baik.”
Qu Qingyin berbicara membela Liu Feng, “Nyonya Besar, soal ini Anda tak bisa menyalahkannya. Sayalah yang tak mau terlibat dengan urusan Dunia Persilatan lagi. Kalau dia mengundang orang, semua yang diundangnya tentu adalah orang Dunia Persilatan. Akan lebih baik bila menjaga agar semuanya tetap baik dan sederhana seperti ini.”
“Kami telah bersalah padamu.” Nyonya besar Guan menepuk-nepuk tangan gadis itu.
Qu Qingyin menundukkan kepalanya dengan malu-malu, tak lagi mengatakan apapun.
“Baiklah kalau begitu, karena kalian semua telah terburu-buru kemari, pastinya sudha mengalami kesulitan. Pergilah beristirahat lebih awal.”
“Ya.” Liu Feng membantu istrinya bangkit, “Nyonya Besar berjalanlah perlahan-lahan.”
“Tak perlu mengantarku, wanita tua ini masih mampu berjalan sendiri. Kalian semua beristirahatlah lebih awal.”
“Baik.”
Begitu Nyonya Besar Guan sudah pergi, hanya Guan Guang’en dan Ji Chuiyu serta Liu Feng dan istrinya, keempat orang itu masih tetap di aula upacara.
Guan Guang’en berkata, “Hari ini adalah hari mujurmu, lebih baik kami tak mengajakmu ikut mabuk-mabukan.”
Ji Chuiyu berdiri di samping dan berkata, “Ya, aku dan Ketua Wisma Guan akan minum-minum dengan riang. Kalian berdua nikmati saja malam pengantin kalian.”
Sambil tertawa-tawa Liu Feng menganggukkan kepala, “Kalau begitu kami suami istri ini akan kembali ke kamar lebih dahulu.”
Ji Chuiyu mengibaskan tangannya, “Pergi, pergilah. Waktu untuk malam musim semi bernilai ribuan emas.”
Liu Feng dan istrinya bertukar pandangan, hanya saling tersenyum satu sama lain. Bergandengan tangan, mereka pun meninggalkan aula upacara bersama-sama, kembali ke griya kecil yang telah disiapkan dan diatur ulang oleh Wisma Gunung Zhong Yi untuk mereka tempati.
Kembali ke kamar yang baru, Liu Feng membantu istrinya melepas hiasan kepala. “Apa ini melelahkan?”
“Tidak apa-apa.”
Liu Feng mengamati istrinya melepaskan hiasan rambut, membersihkan riasan wajah, dan berubah kembali menjadi Qu Qingyin yang menyegarkan dan tenang. Barulah kemudian dia memeluk pinggang orang yang telah menjadi istrinya itu saat mereka berdua berjalan menuju ranjang dan duduk di atasnya.
“Saat ini, apa ada hal yang ingin kau tanyakan padaku?”
Qu Qingyin menyandarkan kepalanya ke bahu Liu Feng. Melalui jendela yang terbuka, dia menatap bulan di angkasa dan bertanya, “Apa Ji Chuiyu tidak tahu?”
“Dia tidak tahu.”
“Bukankah dia adalah teman terbaikmu?”
Liu Feng memeluk gadis itu. Bersama-sama mereka menatap pemandangan rembulan di luar jendela, “Sejak hari aku meninggalkan Wisma Gunung Zhong Yi, aku hanya bisa menjadi Liu Feng.”
“Apa ini adalah aturan dari Wisma Gunung Zhong Yi?”
“En. Kalau kau mau, tinggallah untuk menjaga wisma gunung ini. Kalau kau mau, kau juga bisa melebarkan sayapmu dengan bebas.”
“Ternyata, inilah alasan kenapa Wisma Gunung Zhong Yi bisa berdiri kokoh dan tak tergoyahkan. Lalu apakah nantinya anak-anak kita akan harus kembali kemari?”
“Tergantung pada situasinya.”
“Wisma Gunung ZHong Yi sungguh memiliki tanggungjwab yang begitu besar. Kalau memungkinkan, kurasa akan lebih baik bila tidak kembali.”
Liu Feng tertawa ringan, “Aku juga merasa begitu.”
“Aku paling suka menikmati rembulan dari atas atap.” Qu Qingyin memicingkan matanya.
“Mau minum arak?”
“Ya.”
“Aku juga merasa kalau pemandangan bulan malam ini tidak buruk. Ayo, kita naik ke atap untuk menikmati rembulan.”
“Apa kau gila, udara begitu dingin dank au ingin aku naik ke atap untuk menderita terkena angin dingin dan menikmati bulan bersamamu?” Qu Qingyin hanya tak bisa mengungkapkan apa yang ada di kepalanya.
Liu Feng melihat ekspresinya, dan langsung tertawa terbahak-bahak. “Sangat jarang aku bisa melihat ekspresi yang begitu hidup darimu. Sebagai suamimu, aku merasa sangat senang.”
“Kau sinting.”
Pada akhirnya, tentu saja mereka tak menikmati termbulan dari atas atap. Waktu untuk malam musim semi bernilai ribuan emas, dan Liu Feng jelas bukan orang yang suka menyia-nyiakan.
***
Sekali lagi datang ke kota yang bernama Hong Ye ini, sepertinya semua hal terlihat sama dengan setahun yang lalu.
Mereka masih tinggal di penginapan yang sama dengan sebelumnya. Rumah ini, ketika kau membuka jendela, kau bisa melihat para pejalan kaki berkeliaran di jalan.
Liu Feng duduk di ambang jendela menatap pemandangan di jalanan. Ditolehkannya kepala pada orang yang berbaring di ranjang, “Kau merasa lebih baik?”
Wajah Qu Qingyin tampak pucat, suaranya tidak bertenaga, “Sedikit lebih baik.”
“Kenapa bisa muncul reaksi sebesar itu?”
Qu Qingyin hanya menggelengkan kepala.
Liu Feng menutup jendela dan duduk di sisi ranjang, menggenggam tangannya dan berkata penuh kasih, “Melihatmu seperti ini membuat hatiku sakit.”
“Semua wanita harus melalui hal ini.”
Liu Feng mengulurkan tangan untuk membelai wajah istrinya,e mengesah saat berakta, “Tubuhmu bahkan tak mampu menahan jalanan yang tak rata, haruskah kau bersikeras untuk datang?”
“Hari untuk menyapu kuburan hampir tiba, juga hari perjanjianku dengan Kakak Sepupu telah lewat. Sekarang aku bisa pulang.”
“Perjanjian? Jadi masih ada perjanjian?”
“En, Kakak Sepupu tak mengijinkanku pulang selama setahun.”
“Kupikir dia hanya tak ingin kau ditemukan olehku.”
“Aku percaya pasti ada alasan lain.”
Liu Feng mengangguk.
“Ou – – “ Qu Qingyin tiba-tiba merasa mual lagi.
Liu Feng buru-buru mengambil baskom dan memeganginya. Melihat sang istri berusaha memuntahkan cairan asam tapi tak mampu mengeluarkannya, jantungnya langsung seperti diremas dan dia pun mulai menyalahkan dirinya sendiri. “Seandainya aku tahu lebih awal, kita tak seharusnya membuatmu hamil.”
Qu Qingyin langsung meludah padanya, “Aku tak butuh upaya yang terlambat.”
“Hatiku benar-benar terasa sakit demi istriku.”
“Sebelumnya saat aku melihat reaksi para wanita hamil, aku masih berpikir apakah semua itu asli. Hanya saat sudah tiba giliranku, baru aku menyadari betapa sulitnya ini.’
“Lebih baik kita istirahat di sini dua hari lagi sebelum pergi. Perjalanan masih sangat panjang.”
Qu Qingyin mengambil sehelai saputangan untuk menyeka mulutnya seraya menaikkan kepala untuk menatap Liu Feng, “Bagaimana kau tahu?”
“Istriku, suamimu ini tidak bodoh. Pada saat kau tidak mengijinkanku untuk mengikutimu, aku sudah menerkanya.” Dengan sifat Qu Qingyin, tak mungkin dia akan memberikan kesempatan pada pria itu untuk mencari tahu di mana kuburan itu berada pada saat itu. Tinggal di tempat ini hanyalah sebagai kedok.
“Setidaknya kau bisa dianggap penurut, tidak mengikutiku.”
Liu Feng menuangkan secangkir air dan menyerahkannya pada sang istri. “Kalau aku membuntutimu, bukankah kau akan marah? Amarah istri, aku suamimu ini, takkan berani untuk menantangnya sedikit pun.”
“Benarkah?” Qu Qingyin meminum seteguk air dan menatapnya, “Jadi jumlah waktu saat kau mengacaukanku itu bisa dibilang sedikit?”
“Itu adalah pertengkaran main-main antara suami istri, jadi beda.’
“Urusan Serikat Dagang Fu Wei, apa kau tak mau ke sana? Apa memang tak begitu penting?”
“Si pemabuk itu seharusnya bisa menanganinya. Dengan istri dalam kondisi seperti ini, aku tak tahan sanggup meninggalkanmu sendirian.” Liu Feng mengambil cangkirnya yang sudah kosong dan meletakkannya ke meja, lalu membantu Qu Qingyin untuk kembali berbaring, “Lagipula, segala urusan yang benar dan yang salah di Dunia Persilatan ini, mana ada yang lebih penting ketimbang istriku?’
Mendengar hal ini, Qu Qingyin tertawa.
“Apa yang lucu?”
“Tuan Muda Xiao Yao yang paling suka ikut campur urusan orang lain, untuk bisa mengatakan hal seperti ini, tidakkah itu lucu?”
Liu Feng tahu kaau dia tak bisa menyembunyikannya dari sang istri, maka dia pun berkata dengan jujur, “Urusan Serikat Dagang Fu Wei tidak sulit untuk dibereskan, hanya saja ada sesuatu yang lumayan merepotkan.”
“Katakan.”
Liu Feng yang melihat kalau Qu Qingyin tampaknya baik-baik saja melanjutkan kata-katanya, “Apa kau masih ingat dengan Nona Shui?”
“En.”
“Belakangan ini di Dunia Persilatan telah terjadi masalah mengenai para pendekar yang menghilang satu persatu. Aku merasa kalau hal ini ada hubungannya dengan dia.”
“Oh?”
“Istri tak peduli dengan urusan Dunia Persilatan, tentu saja kau takkan menyadarinya. Aku juga curiga kalau dia telah melatih semacam ilmu beladiri yang tidak lazim.”
“Kukira tidak begitu.”
“En?” Semangat Liu Feng langsung bangkit. Dia selalu merasa kalau istrinya ini adalah orang yang sangat cerdas, mengenai beberapa hal wanita itu memiliki pandangan yang unik. Mungkin kata-katanya bisa membantu Liu Feng meluruskan keraguannya.
Alis Qu Qingyin bertaut, suaranya lambat, “Masih ingat dengan orang yang telah menyebabkan permusuhan antara Tuan Shui dengan kakak seperguruanku, Nyonya Shui?”
“Dia?” Liu Feng mengernyit.
“Selama bertahun-tahun ini dia seharusnya menemani Kakak Seperguruan. Sayangnya saat kakak Seperguruan mati, dia tak pernah menampakkan dirinya.”
“Mungkin dia sudah mati?”
“Kalau dia sudah mati, lalu waktu itu, Kakak Seperguruanku pasti akan menyebutkannya pada Shui Muyuan.” Qu Qingyin terdiam sesaat, “Lagipula, pelatihan tenaga yin dan yang, ilmu beladiri sesat semacam itu, pasti memerlukan dua orang praktisi yang seimbang untuk saling melengkapi.”
Ekspresi Liu Feng tiba-tiba berubah menakutkan.
“Waktu itu Kakak Seperguruan mencuri kitab ilmu beladiri terlarang sekte kami. Kudengar dari Guru, meski kitab rahasia ini mengajarkan bentuk ilmu beladiri yang kuat, ilmu ini terlalu berat. Bahkan sedikit kesalahan saja bisa membuat orang hilang kendali dan jadi kerasukan.”
“Kau berkata kalau – “
Ekspresi Qu Qingyin jadi agak garang “Pada hari itu, melihat kondisi Kakak Seperguruanku, dia telah menunjukkan tanda-tanda kerasukan. Kalau dia memang benar kerasukan, maka dia pasti akan kehilangan sifat asli sepenuhnya dan menjadi bencana besar. Ini jugalah yang menjadi alasan kenapa sekte kami melarang kitab ilmu rahasia itu. Hanya saja pada akhirnya, kitab tersebut merupakan hasil dari darah dan keringat guru pendiri, yang membuat kami jadi tidak sampai hati untuk menghancurkannya.”
“Kau tak pernah mengatakan hal ini sebelumnya.”
“Tapi bahkan bila kitab ilmu rahasia ini telah jatuh ke tangan Nyonya Shui, aku percaya kalau dia juga takkan mendapatkan akhir yang baik.”
Liu Feng menatapnya dnegan bingung.
Qu Qingyin menyeka mulutnya dan melanjutkan, “Guru dulu pernah berkata padaku, saat dia masih muda, secara tak sengaja dia pernah menyobek beberapa halaman kitab itu. Karena takut kakak seperguruannya akan memarahi dirinya, diam-diam dia membakar halaman-halaman itu hingga menjadi abu, demi berpura-pura kalau semuanya tetap tak tersentuh.”
Mulut Liu Feng membuka, tanpa daya dia memijit dahinya.
Qu Qingyin berkata, “Kau juga tahu, Guru tak pernah mengaku salah seumur hidupnya, dia sudah seperti itu sejak muda.”
“Aku mengerti.”
Setelah mengatakan semua itu, Qu Qingyin merasa agak tak enak badan. Dia pn menutup matanya. “Aku akan tidur sebentar.”
“Ya, tidurlah.” Liu Feng duduk di sisi ranjang, menemaninya.
Setelah menyapu kuburan, Qu Qingyin kembali ke rumah yang sudah lama tak ditempatinya, tapi dia nyaris tak bisa mengenali rumahnya sendiri.
Melihat kediaman megah yang baru dibangun ini, dia nyaris menggosok dahi dan mengerang keras-keras.
Jadi inilah alasan kenapa Kakak Sepupunya tak mengijinkan dirinya pulang ke rumah!
“Nyonya, Tuan.”
Sebaris pelayan wanita, sebaris pelayan laki-laki, dan bahkan sebaris pengawal, memberi salam pada mareka dengan sikap rapi yang sempurna.
Parade semacam itu, bahkan Liu Feng juga ingin menepuk dahinya karena frustrasi. Kakak Sepupu Kaisar itu benar-benar teramat penuh pertimbangan.
“Kakak Sepupu melakukan hal ini, apa dia berupaya untuk membuatku kabur dari negaranya ini?”
Liu Feng tak tahan untuk meledak tertawa, “Ini semua bisa dianggap sebagai ketulusan darinya. Lagipula saat ini kau memang memerlukan perawatan dari orang lain.”
“Ini benar-benar keterlaluan….” Qu Qingyin sudah terbiasa hidup dengan pola makan dan segala kebutuhannya diatur dengan baik. Mungkinkah sejak saat ini, dia harus membiasakan diri dari awal lagi?
Ini merupakan ketulusan dari sang Kaisar, keduanya hanya bisa menerima. Liu Feng tinggal di rumah untuk menemani istrinya selama lima hari, dan pada hari keenam, dia digusah keluar dari pintu rumah.
Kalau Tuan Muda Xiao Yao tak lagi ikut campur dalam urusan orang lain, berarti dia bukan lagi Tuan Muda Xiao Yao. Karenanya setelah mendengar sang istri berkata demikian, tentu saja dia tak bisa terus tinggal diam.
“Begitu selesai mengurus masalahnya, aku akan segera kembali,” dia berjanji sebelum pergi.
“Pulanglah dengan bersih.” Itu permintaan sang istri.
“Tentu.”
Gadis itu menatap ke atah wisma gunung yang tinggi di kejauhan. Ujarnya pelan, “Tidak seperti kalau mereka sengaja menyembunyikannya dariku.”
“Itu karena, sekarang sudah jelas kalau kita semua merupakan satu keluarga. Jadi kenapa kami harus menyembunyikannya darimu?”
“Tapi kau juga tak menyatakannya dengan jelas.” Qu Qingyin melirik pria itu lewat sudut mata.
“Kau kan begitu cerdas. Kalau aku membuatnya begitu jelas, apa gunanya?”
“Bicaranya pintar sekali.”
Liu Feng menatap jepit rambut emas di rambut Qu Qingyin dan berkata, “Jepit rambut ini adalah kesukaan ibuku.”
Qu Qingyin menelengkan kepalanya saat menatap pria itu, “Sekarang saat kupikirkan lagi, sepertinya kau belum pernah memberiku hadiah.”
Liu Feng menariknya di pinggang dan bertata penuh tawa, “Aku akan memberimu hadiah lagi di kamar pengantin.”
“Hadiah apa?”
Pria itu tak mengataka apa-apa dan hanya menuntun Qu Qingyin menuju pintu utama wisma gunung tersebut.
Hanya saat mereka telah sampai lah Qu Qingyin baru menyadari kalau wisma itu telah dihias dengan lentera dan bunga hias, disiapkan tepat seperti kalau ada pernikahan. Gadis itu pun menatap Liu Feng dengan alis terangkat tinggi-tinggi.
Dengan sangat alami Liu Feng berkata, “Mereka hanya menunggu kita, dua tokoh utama ini untuk menampakkan diri.”
“Kau sudah mengirim undangan?”
“Hanya mengundang beberapa yang terpilih.”
Di antara sedikit yang terpilih, tentu saja ada si hidung belang Ji Chuiyu, jadi saat mereka memasuki wisma dan menjumpai Ji Chuiyu, Qu Qingyin tidak kaget sama sekali. Hanya saja….
“Sepertinya kok cuma dia.” Bukankah Liu Feng bilang kalau ada beberapa orang?
“Selamat untuk kalian berdua.” Ji Chuiyu melangkah maju, menangkupkan genggaman tangannya untuk menyelamati mereka.
Liu Feng membalas sopan, “Terima kasih.”
Ji Chuiyu berpaling untuk menghadap Qu Qingyin, “Apa Nona Qu tak suka dengan kurangnya tamu?”
“Tidak,” Qu Qingyin menggelengkan kepala, “Aku hanya merasa kalau saja kau, tamu pernikahan ini, juga tidak berada di sini, betapa sempurnanya itu.”
Kipas Liu Feng terbuka untuk menyembunyikan wajahnya, bahunya bergetar.
“Tidak baik mengatakan itu. Bagaimanapun juga, aku tetap merupakan satu-satunya tamu pernikahan di sini.”
Qu Qingyin bertanya blak-blakan, “Mana hadiah pernikahannya?”
Ji Chuiyu tersedak liurnya sendiri, “Feng Kecil, apa kau benar-benar tak akan mengatakan apapun?”
Liu Feng melambaikan kipas di tangannya, tersenyum-senyum seraya berkata, “Dia tak mengatakan hal yang salah. Menghadiri sebuah pernikahan, mana hadiah pernikahan darimu?”
Ji Chuiyu tak tahan untuk mengesah keras-keras, “Memang ya… istri bernyanyi, suami mengikuti.”
Pada saat itu, dua orang pelayan wanita datang menghampiri dan berkata pada Qu Qingyin, “Nona, silakan ikut dengan kami untuk mengganti pakaian Anda.”
Liu Feng berkata, “Kau duluan.”
Qu Qingyin menganggukkan kepalanya. Dia tak mengatakan apa-apa lagi dan pergi mengukuti para pelayan itu.
Ji Chuiyu mengalungkan lengannnya ke sekeliling bahu Liu Feng dan bertanya main-main, “Apa kau berencana untuk menjadi budak istrimu?”
“Liu Feng bertanya balik, “Kenapa tidak?”
“Benar-benar selamat ya, tuan mempelai laki-laki.”
“Ayo pergi, temani aku menukar pakaian.”
“Sejujurnya, aku benar-benar belum pernah melihatmu memakai baju merah sebelumnya.”
“Sempurna. Kau bisa melihatnya sekali ini.”
“Aku sungguh merasa terhormat.”
“Sebenarnya kapan aku bisa minum arak pernikahanmu?”
“Soal ini, kau hanya bisa bertanya pada Langit.”
“Kau itu benar-benar….”
Kira-kira satu jam kemudian, dengan mengenakan pakaian mempelai laki-laki, Liu Fen gkembali ke aula upacara pernikahan. Begitu melihat kalau Qu Qingyin sudah mengenakan baju merah di sekujur tubuh dan dipapah oleh ibu kehormatan saat masuk, Liu Feng pun tersenyum dan maju dua langkah.
Ji Chuiyu menariknya kembali tepat waktu, memperingatkan, “Kenapa begitu terburu-buru?”
Liu Feng tertawa pahit, “Adat-istiadat dalam upacara ini sungguh merepotkan.”