The Demoness Is Not Evil - Chapter 3
Saat kereta kudanya berhenti, mereka pun tiba di dalam Wisma Gunung Zhong Yi.
Karena sepanjang perjalanan mereka berada di dalam kereta, Qu Qingyin jadi tak mengetahui jelas tentang rute spesifik yang membawa mereka melewati Lembah Dan Xia.
Dalam Dunia Persilatan, Lembah Dan Xia selalu menjadi sebuah tempat terpencil yang keberadaannya misterius. Dikatakan bahwa satu generasi pemiliknya pernah menjadi pejabat pemerintah, diberi gelar Pangeran Zhong Yi, dan maka dari itu dia mendirikan Wisma Gunung Zhong Yi. Para keturunannya sejak saat itu mengundurkan diri ke Dunia Persilatan dan menjadi salah satu keluarga berpengaruh di Wulin.
Pemilih Wisma ini tak sepenuhnya aktif dalam urusan DUnia Persilatan, namun ketika sesuatu yang besar terjadi di Dunia Persilatan, maka orang-orang dari Wisma Zhong Yi pasti akan maju. Seperti dengan semua masalah yang disebabkan oleh si iblis yin ini, Wisma Gunung Zhong Yi akan mengadakan pertemuan pendekar untuk menggabungkan kekuatan demi menyingkirkan kejahatan. Bahkan mereka lah yang mengeluarkan uang hadiahnya.
Jiwa kesatria para pendekar di Dunia Persilatan tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi bahkan pendekar juga butuh makan dan tidur, dan semua ini memerlukan uang.
Terlebih lagi, Wisma Gunung Zhong Yi telah mengisyaratkan bahwa kau hanya perlu memberantas penjahat ini. Tak peduli apakah kau adalah sekte atau perguruan, atau bahkan individu dalam hal ini, kau bisa menerima hadiah sejumlah dua ratus ribu tael perak. Ini bukan jumlah kecil. Bagi banyak orang Dunia Persilatan yang tangannya berlumuran darah, ini adalah harga tinggi yang sebelumnya bahkan tak berani mereka impikan.
Itulah sebabnya, jumlah orang Dunia Persilatan yang datang ke pertemuan ini jauh melebihi jumlah ikan yang ada di sungai. Seperti yang sudah dikatakan oleh Liu Feng, di sini ada jaringan orang yang rumit. Sebagai pemrakarsa pertemuan ini, Wisma Gunung Zhong Yi tentu saja akan mengundang sejumlah orang untuk tinggal di dalam wisma, tetapi tindakan pencegahan yang diperlukan tetap harus dilakukan.
Qu Qingyin hanya melihat sekeliling tempat itu dengan santai. Dia tak melakukan pengamatan secara mendalam. Lagipula, semua tamu sudah seharusnya tetap bersikap selayaknya seorang tamu.
“Ah, tempat ini masih tetap sama.” Melangkah turun dari kereta, merenggangkan tubuh saat menatap ke sekeliling, Liu Feng berkata sambil tersenyum.
Si utusan dengan penuh pengertian berkata, “Griya ini adalah tempat yang sama dengan yang Anda tempati pada kali terakhir.”
“Aku tahu, di sini lumayan.” Paruh kedua kalimatnya diarahkan pada Qu Qingyin.
Qu Qingyin mengangguk kecil. “Di sini sangat bagus.” Sepertinya hubungan antara pria ini dengan Wisma Gunung Zhong Yi juga sangat baik. Wisma itu sampai secara khusus menyiapkan satu griya utuh untuknya, dia pasti spesial.
“Sudah malam, kami takkan mengganggu istirahat Anda berdua lebih lama lagi. Kami permisi sekarang.”
Pergi, pergilah, aku mengenal tempat ini, kalian tak perlu menunggui kami.”
“Tuan dan nona, anggap rumah sendiri.” Si utusan selesai bicara dan memimpin para pelayan yang lain untuk pergi.
Liu Feng berjalan menuju bangunan utama sambil berkata, “Pilihlah satu kamar di griya ini. Saya yakin mereka sudah membersihkan semuanya.”
“Kalau begitu aku akan pergi beristirahat duluan.” Qu Qingyin tak mau sendirian bersama pria itu, maka dia langsung mengambil kesempatan untuk kabur. “Baiklah, sampai jumpa besok.”
“Sampai jumpa besok.”
Qu Qingyin pergi menuju sayap yang berlawanan. Kamarnya tidak terlalu mewah, tapi jelas penuh pertimbangan dengan terlihatnya meja dan kursi berpernis. Meski tidak semua benda kecil di situ merupakan harta karun, masing-masing memiliki kualitas yang bagus. Orang biasa bahkan takkan sanggup membelinya.
Qu Qingyin bahkan telah mendapati bahwa Wisma Gunung Zhong Yi sudah menyiapkan dua set baju baru untuknya, lengkap dengan aksesoris rambut.
Memasuki ruang dalam, air yang memenuhi bak mandi masih beruap.
Qu Qingyin tak bisa menahan tawa. Terburu-buru ke mari selama beberapa hari, dia benar-benar membutuhkan satu bak mandi air panas.
Wisma Gunung Zhong Yi benar-benar sesuai dengan reputasinya sebagai wisma nomor satu. Menerima kabar saat mereka masih di perjalanan, membuatnya sedemikian rupa agar saat menreka sampai ke wisma ini, semuanya akan sudah dipersiapkan. Dengan demikian, para tamu bisa benar-benar merasa seperti di rumah.
Qu Qingyin melepas hiasan rambutnya, melepas pakaiannya, dan masuk ke dalam bak air panas. Dia mandi dengan nyaman lalu berganti pakaian dengan baju yang telah dipersiapkan oleh wisma.
Memakai sehelai handuk untuk mengeringkan air dari rambut panjangnya yang basah, dia pun duduk di depan cermin meja rias dan dengan hati-hati menyisir rambutnya memakai sebuah sisir hitam.
Mendapatkan cermin perunggu yang begitu jernih memantulkan wajahnya, membuat Qu Qingyin sedikit terbengong-bengong.
Kali ini dia berpergian sudah cukup lama. Sudah lama dia tak bisa merawat dirinya dengan sedemikian santai.
Dulu Guru pernah berkata, para gadis itu seperti bunga, yang perlu disiram dan dirawat, tidak mesti untuk kepentingannya sendiri, tapi juga perlu untuk kepentingannya sendiri.
Qu Qingyin memanyunkan bibirnya. Seandainya saja Guru masih hidup, beliau pasti akan kesal dengan kecerobohannya. Tetapi berlarian sehari penuh, bagaimana mungkin bisa punya waktu untuk mengurus hal-hal semacam ini? Dia tak mungkin berpakaian seperti seorang gadis baik-baik saat sedang mengejar buronan kan? Gadis itu mengeluarkan sebuah wadah kumala bulat, membuka wadah itu untuk mencolek sejumlah pasta transparan ke telapak tangannya, menggosokkannya ke wajah secara merata dalam gerakan memutar, lalu meletakkan wadahnya kembali.
Krim sewarna kumala itu dengan cepat meresap ke kulit. Saat sekarang menyentuhnya, dia sudah bisa merasakan perbedaannya dengan kesan kasar yang sebelumnya.
Pada saat ini, Qu Qingyin lagi-lagi teringat pada ocehan sang Guru – – orang yang tidak cantik dari sananya harus memperhatikan perawatan diri sendiri, kalau tidak kau akan menjadi seperti batu tua pada saat kau menikah.
Pei! Pei! Pei! Guru memang orang yang paling menyebalkan! Sejak dirinya kecil sang Guru selalu menggerutu di telinganya, bicara seolah bicara adalah mata pencahariannya. Juga saat berhubungan dengan perawatan diri, dia tahu lebih banyak daripada kaum wanita, membuat Qingyin selalu merasa kalau Guru terlahir dengan jenis kelamin yang salah.
Qu Qingyin terus berpikir. Serelah mandi mulanya dia merasa mengantuk, tapi perasaan itu telah lenyap sepenuhnya saat dia menyikat rambutnya. Lupakan saja, mungkin lebih baik kalau dia pergi ke halaman dan menikmati udara segar. Dia pun membuka pintu dan melangkah ke luar, dan tanpa disengaja melihat seguci arak tergeletak di atas meja batu di tengah halaman, tempat Liu Feng sedang minum sendirian.
“Nona tak bisa tidur?” Karena pikirannya penuh dengan gadis itu, hati Liu Feng jadi kacau balau dan karenanya dia jadi tak bisa tidur. Tapi apa alasan si nona? Tanpa sadar, dalam hati Liu Feng, seberkas pengharapan optimis pun berkembang.
“Rambutku masih basah. Aku keluar untuk membiarkan angin mengeringkannya.” Dengan santai gadis itu berjalan menghampiri dan duduk di samping meja batu. “Bukankah tadi kau bilang kau sudah kebanyakan minum, kenapa malah minum lagi?”
Rambut panjang terurai gadis itu menambahkan sedikit sentuhan kesan kekanak-kanakan seperti seorang gadis muda. Angin membawa berkas-berkas keharuman, samar namun menyenangkan. Liu Feng menatap Qu Qingyin. Belum pernah dia melihat gadis itu dengan mengenakan perona. Bagaimana bisa tubuhnya tiba-tiba membawa aroma semacam ini?
Qu Qingyin mengira pria itu sedang memandangi pakaian yang dia kenakan. Tertawa, dia pun berkata, “Pihak wisma yang menyiapkannya. Ukurannya cukup sesuai, benar-benar penuh pertimbangan.”
Liu Feng menundukkan kepalanya dan tertawa, “Pakaian ini benar-benar cocok untukmu.”
“Bila dibandingkan dengan baju asliku, yang ini lebih baik.” Qu Qingyin membicarakan bahan pakaiannya.
“Alasan utamanya adalah karena Nona cantik, itulah sebabnya pakaian tersebut jadi kelihatan lebih baik.” Liu Feng mengacu pada penampilannya.
Pipi Qu Qingyin menampakkan sedikit rona merah. Dia tak terbiasa dengan orang yang memujinya secara terang-terangan, apalagi mata pria itu tampak terlalu penuh perasaan.
Kejenakaan di mata Liu Feng semakin dalam, “Tak tahu apakah akan menjadi masalah bila saya menanyakan usia Nona?”
“Sembilan belas.”
“Kalau begitu, saya beberapa tahun lebih tua dari Nona. Bagaimana kalau Nona mulai memanggil saya dengan sebutan kakak? Daripada selalu Pendekar ini Pendekar itu, hanya menyebut berdasarkan label identitas. Itu akan menyia-nyiakan pertemuan kita.”
Qu Qingyin meragu. Panggilan ini terlalu akrab.
“Apakah mungkin, saya tidak pantas untuk Nona panggil sebagai ‘Kakak Liu’?” Pria itu menatap Qu Qingyin dengan senyum terkulum, sengaja berusaha memberi dorongan.
“Takutnya aku lah yang tidak pantas.” Gadis itu tertawa, lalu dengan murah hati memanggil, “Kakak Liu.” Itu hanya sebuah panggilan. Dia tak perlu begitu perhitungan.
Liu Feng terbahak puas, menenggak beberapa teguk arak, menyeka mulutnya, lalu berkata, “Keterus-terangan yang menyegarkan!”
Di bawah cahaya bulan, di tengah hembusan angin sejuk, di samping meja batu, seorang pria tampan yang tak terikat, seorang gadis cantik yang halus dan anggun, bagai pemandangan dari lukisan sepanjang masa, membuat orang yang melihat pemandangan tersebut berpikir kalau waktu telah berhenti.
Pagi hari di Lembah Dan Xia berlangsung dengan mulus. Di kejauhan, kabut pegunungan membuat seluruh wisma gunung terlihat seperti berada di tengah alam para dewa.
Saat Liu Feng melangkah keluar dari kamarnya, dia menengadah dan melihat sebuah bayangan di halaman. Gadis itu masih mengenakan baju ungu yang semalam, rambut panjangnya digelung sederhana ke atas kepala dan hanya dihias dengan sedikit ornamen rambut, sebuah penampilan yang simpel namun menyegarkan.
Lembut dan anggun, itulah kesan yang diberikan oleh sosok Qu Qingyin. Gadis itu tak tampak seperti tamu dari Dunia Persilatan yang berdarah panas, dan malah terlihat seperti seorang nona terdidik dari keluarga terhormat.
“Kau lihat apa?”
Qu Qingyin berbalik, dengan cepat menganggukkan kepala, kemudian berkata, “Pemandangan di sini tidak jelek.”
“Apa Anda menyukainya?”
“Dengan pemandangan seindah ini, kenapa aku tak menyukainya?”
“Itu benar. Apa semalam Nona tidur nyenyak?”
“Tempat ini membuatmu merasa seperti di rumah. Boleh juga.”
Liu Feng tertawa, “Sepertinya Tuan Pemilik Wisma Guan akan harus berterima kasih pada Nona untuk pujian tinggi ini.”
“Aku bicara apa adanya.”
“Saya hampir lupa, Anda paling suka mengatakan yang sebenarnya.”
Wajah Qu Qingyin bersinar oleh senyuman, segar dan lembut hingga seolah mampu melelehkan hati.
Warna mata Liu Feng menggelap. Dengan bercanda dia bertanya, “Lalu kapan Anda tidak mengatakan kebenaran?”
Qu Qingyin menjawab sambil tertawa, “Saat mengatakan kebenaran, tidak apa-apa bila itu diungkapkan padamu, tapi saat mengatakan yang bukan sebenarnya, siapa yang akan mengungkapkan itu?”
Mendengar hal itu Liu Feng tak tahan untuk mendesah keras-keras.
“Pendekar Liu, Nona Qu, Anda berdua sudah bangun. Waktunya tepat sekali, sarapan sudah siap.”
Utusan yang datang ternyata orang yang sama. Di belakangnya ada dua orang pelayan wanita yang membawa dua set kotak makanan. “Apakah Anda berdua akan makan bersama?”
Qu Qingyin menaikkan alisnya pada ucapan si utusan.
Liu Feng tetap kalem dan berkata, “Tinggalkan saja di atas meja batu. Saya dan Nona Qu kebetulan sedang mendiskusikan sesuatu.”
Qu Qingyin menatap pria itu. Sejak kapan mereka jadi demikian dekat hingga pria itu bisa langsung saja berbicara atas namanya?
Si utusan dan para pelayan wanita meletakkan makanannya lalu mengundurkan diri dengan penuh sopan santun.
Liu Feng duduk duluan di sebelah meja batu, lalu melambai kea rah Qu Qingyin, “Cepatlah makan selagi masih panas. Kurasa tak lama lagi wisma ini akan segera ramai dengan orang-orang penuh semangat.”
Qu Qingyin menimbang-nimbang sesaat, kemudian berjalan menghampiri. Tanpa mengatakan apa-apa dia pun mengambil sumpitnya untuk makan.
Kedua orang itu duduk dengan penuh kedamaian, tapi di tengah-tengah menikmati makanan, mereka bisa mendengar suara tawa dari arah luar. Si pemilik suara terus tertawa saat dia melangkah masuk ke dalam griya.
“Kudengar Adik Liu datang kemari tadi malam, dan bahkan dengan ditemani oleh seorang nona cantik. Aku si Zhang tua ini tentu harus memeriksa wanita secantik bidadari macam apa yang bisa menarik perhatian Adik.”
Liu Feng meletakkan sumpitnya dan tersenyum saat menyambut si pendatang baru dengan merangkapkan kedua kepalan tangannya, “Kakak Zhang, bagaimana kabarmu?”
“Baik, sangat baik. Adik juga tak kelihatan buruk,” balas Zhang Shan sambil melirik Qu Qingyin lewat sudut matanya. Kemudian dia tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Liu Feng, “Lumayan lumayan, Adik punya mata yang bagus. Sekali lihat saja sudah tahu kalau Nona ini lembut dan anggun.”
“Dia adalah Zong Piao Ba Zi dari Tujuh Puluh Dua Dermaga Berseri (Zong Piao Ba Zi / 总瓢靶子 adalah julukan untuk orang yang bisa mendapatkan semua berita terkini dan teraktual), Zhang Shan,” Liu Feng memperkenalkan pria itu pada Qu Qingyin.
Qu Qingyin membungkukkan salam dengan merangkapkan kepalan tangan, “Saya sudah lama mendengar tentang reputasi Anda sebagai Zong Piao Ba Zi. Saat hari ini bertemu, ternyata Anda memang sesuai dengan reputasi itu.”
Zhang Shan melambaikan tangannya, “Zong Piao Ba Zi apa, panggil saja aku kakak Zhang, itu lebih baik.”
Qu Qingyin tak merasa nyaman dengan hal ini, tapi dia tahu kalau dalam situasi begini, tidak baik bila tak mau memberi muka pada orang lain. maka dia pun berkata pelan, “Kakak Zhang.”
Liu Feng diam-diam tertawa. Dia sudah menyadari kalau dalam situasi normal, gadis itu takkan menyulitkan orang lain, kecuali orang lain itu membuat masalah duluan dengannya. Bisa dibilang kalau ini adalah sifat kecil ‘nona besar’nya. Saat tidak diprovokasi, gadis itu takkan membuat orang lain membenci dirinya.
“Nah, itu baru benar,” Zhang Shan tertawa keras-keras, “Adik, bagaimana aku harus memanggilmu?”
“Qu, Qu dalam melodi.”
“Jadi Adik berasal dari Keluarga Qu. Kalau punya waktu, mampirlah bersama Adik Liu ke Tujuh Puluh Dua Dermaga Berseri kami sebagai tamu.”
“Baiklah.”
“Adik juga orang Dunia Persilatan, apa sudah punya nama julukan sendiri?” Zhang Shan langsung mengatakan apa yang ada dalam benaknya, tak punya keraguan, juga tak peduli siapa kau sebenarnya.
Qu Qingyin tak langsung mengungkapkannya.
Liu Feng terbahak, menyela untuk membantu gadis itu, “Apa Kakak sudah makan? Ayo duduk dan makan bersama kami.”
“Kalian saja, aku sudah selesai makan. Aku hanya tak bisa menunggu untuk bertemu dengan Adik, maka datang pagi-pagi sekali. Ini bukan kebetulan, sepertinya aku sudah mengganggu acara makan kalian.” Zhang Shan mengulurkan tangan untuk memukul kepalanya sendiri karena merasa bersalah.
Qu Qingyin masih memasang senyumnya. Gadis itu bahkan tak berkata pedas separuh kata pun.
Liu Feng berujar, “Tidak masalah, tidak masalah, aku sendiri sudah hampir selesai makan. Mari kita masuk untuk mengobrol.” Pria itu kemudian menoleh, “Qingyin, kau makan pelan-pelan saja.”
“Benar, benar, Adik, kau bersantailah. Aku sudah lama tak bertemu dengan Adik Liu, jadi kami akan masuk untuk mengobrol sebentar.”
“Baik.” Gadis itu masih tersenyum samar saat menjawab.
Menatap kedua pria itu masuk ke dalam ruangan, perlahan Qu Qingyin menekuk bibirnya.
Sampai saat ini, semua hal yang terjadi tak sesuai dengan rencana. Kalau terus begini, hasilnya takkan bagus!
Ditatapnya makanan di atas meja batu lalu mengesah dalam hati. Sekarang nafsu makannya benar-benar sudah hilang.
Setelah mereka pergi, Qu Qingyin juga meninggalkan meja batu. Dia tak pergi mencari dua orang itu melainkan berjalan keluar dari griya. Para penjaga wisma disebar setiap sepuluh langkah, mempertahankan penjagaan ketat tingkat tinggi karena banyak dari target yang ada dalam daftar si penjahat sudah tiba di wisma. Jadi untuk mencegah kejadian terburuk, hal ini adalah langkah yang harus diambil.
Pada saat ini, jumlah orang Dunia Persilatan yang memasuki wisma berangsur-angsur bertambah banyak. Berjalan di sekeliling wisma tentu saja akan membuatnya bertemu beberapa orang. Ada yang sudah Qu Qingyin kenal dan beberapa sudah pernah dia lihat sebelumnya. Tapi sebagian besar dari orang-orang itu tak dikenalnya, dan mereka tentu juga tak mengenal dirinya.
“Nona Qu, Anda baik-baik saja?” si utusan wisma datang menyalaminya.
Qu Qingyin tersenyum dan mengangguk. “Saya baik-baik saja.”
“Apa Nona hendak pergi ke suatu tempat? Kalau dibutuhkan, saya bisa menyuruh seseorang untuk mendampingi Nona.”
“Tidak usah. Saya hanya ingin keluar dan melihat-lihat.”
“Tetap akan lebih baik kalau ada dua orang pengawal pergi dengan Anda. Dengan begitu, saat nanti Tuan Liu bertanya, saya bisa menjawab dengan tenang.”
“Kalau begitu saya akan merepotkan tuan utusan.” Qu Qingyin hanya bisa menerima niat baik utusan itu, karena dari apa yang dia lihat, kalau dia tak menerimanya, dia yakin kalau dirinya takkan bisa meninggalkan tempat ini.
“Tidak masalah, tidak masalah, Nona adalah teman Tuan Liu, itu berarti Anda adalah tamu kehormatan wisma kami ini. Tentu saja kami harus menjaga Anda dengan baik.” Si utusan melambai pada dua orang pengawal terdekat, “Kau, dan kau, kalian berdua temani Nona Qu keluar. Pastikan untuk melindunginya dengan baik.”
“Siap.”
Di luar Wisma Gunung Zhong Yi, bahkan sebelum pendaftaran untuk perburuan ‘membasmi penjahat’ dimulai, tempat itu sudah penuh sesak dengan orang. Memanfaatkan pertemuan pendekar Wisma Gunung Zhong Yi ini, banyak yang datang untuk bergabung dalam keriuhan dan pada waktu yang sama mencari tahu apakah ada kesempatan mencari uang sebelum pendaftaran dimulai.
Sebelum pendaftaran dibuka, tempat itu sama seperti lapak hadiah dari pejabat pemerintah, selalu menghadiahi dengan emas yang paling disukai oleh para pemburu bayaran maupun orang-orang Dunia Persilatan. “Kudengar sepuluh besar pemburu bayaran berpenghargaan tertinggi sudah datang semua. Kalau memang begitu, ini benar-benar akan jadi sangat ramai.”
“Siapa bilang? Si Ling Long Dao itu bahkan belum kelihatan, kan?”
Seseorang tertawa pahit, “Tak peduli betapa pun hebatnya Ling Long Dao, dia tetap seorang wanita. Orang yang kali ini akan kita urus adalah penjahat kelamin, musuh terburuk seorang wanita. Ketidakmunculannya adalah hal biasa.”
Banyak yang ikut tertawa.
“Tapi kudengar dia sekarang sedang mengejar seorang penjahat di luar urusan ini.”
“Kabar yang menyebar di Dunia Persilatan tak selalu bisa dipercaya. Siapa yang tahu apakah itu benar atau bohong. Lagipula, tak seorang pun yang pernah melihat sosok Ling Long Dao yang sebenarnya.”
“Shuu~ hati-hati dengan omonganmu, Ling Long Dao bukan orang yang boleh disinggung. Menurut rumor, sejak dia masuk ke dalam Dunia Persilatan hingga saat ini, semua pekerjaan yang telah dia ambil tak pernah mengalami kegagalan.”
Begitu perkataan tadi terucap, seperti yang sudah diduga, orang-orang langsung berpura-pura kalau tak ada yang terjadi dan segera mengubah topik.
Mereka semua adalah orang-orang yang telah mengalami pertumpahan darahnya sendiri. secara alami mereka akan mengerti bahwa bagi orang-orang yang berkelana di Dunia Persilatan, sekali saja salah bicara bisa membawa mereka pada kehancuran.
Qu Qingyin berdiri di luar kerumunan sambil mengamati semua yang terjadi. Dia telah mendengar setiap kata yang telah diucapkan orang-orang itu, tapi tak satu pun yang dipedulikannya.
Ini benar-benar merupakan pergerakan besar. Hampir semua dari sepuluh besar pemburu bayaran tertinggi telah datang. Bila digabungkan dengan sekte-sekte, perguruan, serta beragam orang Dunia Persilatan yang lain, bahkan bila si penjahat berhasil mencelakai seseorang, semua ini tetap mampu memberi kerepotan besar baginya.
Sampai menjadi musuh bersama bagi seluruh Dunia Persilatan, sepertinya hari-hari si penjahat takkan berjalan dengan semulus sebelumnya.
Qu Qingyin menatap ke depan pada pengumuman berbayar ‘membasmi penjahat’. Dirinya sedikit ragu-ragu. Hadiah dua ratus ribu tael terlewat begitu saja, bagaimanapun juga tetap saja menimbulkan penyesalan.
“Dengan keriuhan semacam ini, sebentar lagi pasti akan dimulai. Waktunya untuk kembali,” seseorang tiba-tiba berkata.
Qu Qingyin memutar kepalanya.
Liu Feng mengayunkan kipasnya sembari berjalan menghampiri dari samping, tertawa dengan begitu riangnya, “Anda keluar untuk melihat-lihat keramaian ini?” Mungkinkah gadis itu akan benar-benar mengambil pekerjaan tersebut? Pemikiran kecil ini membuat jantung Liu Feng seolah merosot.
Dua orang pengawal dari Wisma Gunung Zhong Yi melihat kedatangan Liu Feng, memberi hormat padanya, lalu pergi dengan sopan. Bila bersama dengan orang nomor satu di Dunia Persilatan ini, keselamatan Nona Qu sudah pasti akan terjamin.
“Datang ke Lembah Dan Xia tapi tidak bisa melihat kesepakatan pembasmian penjahat, membuat orang merasa bahwa perjalanan kemari jadi sia-sia belaka.”
Liu Feng berdiri bersisian dengan gadis itu dan melihat pengumuman yang sebentar lagi akan dimulai itu. Sesalnya, “Sebelum dikeluarkannya perburuan ‘membasmi penjahat’ berhadiah ini, sudah lama tempat ini tak pernah begini ramai.”
“Bukankah itu menunjukkan kalau Dunia Persilatan telah terlalu lama berada dalam kedamaian?”
“Itu benar, sayangnya sekarang….”
“Urusan duniawi itu tidak ada yang abadi.”
“Ayo pergi. Kita tadi tak memakan sarapan cukup banyak, dan sebentar lagi akan tengah hari. Aku akan mentraktirmu makan siang.”
Qu Qingyin sedikit terkejut, “Tidak kembali ke wisma?”
Liu Feng melambaikan kipasnya dan berkata, “Di dalam wisma, kita adalah tamu. Di luar lebih bebas.”
Qu Qingyin paham dengan maksud perkataannya. Pria itu pasti menyadari ketidaknyamanannya. Siapa sangka Liu Feng ternyata penuh perhatian seperti ini? Hal ini sungguh di luar perkiraan.
“Bukan begitu, aku hanya tak terbiasa dengan keramahan yang sedemikian hangat.”
Tangan Liu Feng yang sedang mengipas berhenti. Kemudian dia tersenyum dan berkata, “Zhang Shan, orang itu tak peduli dengan hal-hal mendetil. Kalau kebetulan dia mengatakan sesuatu yang keterlaluan, harap jangan dimasukkan ke hati.”
“Tidak akan. Zhong Piao Ba Zi bukan orang jahat.”
“Karena kau sudah memanggil dia sebagai Kakak, mulai sekarang jangan pernah mengubah panggilan itu di depannya, dia takkan merasa senang.”
“Mengerti.”
Demi mendapatkan tempat yang tenang dan sepi, dua orang itu pun memilih sebuah restoran yang terletak di sudut jalan. Tetapi gara-gara pertemuan ini, bahkan toko kecil ini juga punya banyak pelanggan.
Mereka memilih sebuah meja yang terletak di sudut dan memilih beberapa macam masakan. Si pelayan pergi untuk menyampaikan pesanan. Qu Qingyin mengambil sepoci teh panas yang ada di atas meja dan mencuci cangkirnya, kemudian menuangkan teh untuk mereka berdua.
Melambaikan kipas di tangannya, Liu Feng dengan santai memulai percakapan.
“Di antara sepuluh besar permburu bayaran terbaik, sembilan sudah ada di sini. Bagaimana kita bisa punya kesempatan?”
“Kau tak seharusnya bicara seperti itu. Si penjahat sulit untuk diterka, juga memiliki keahlian ilmu beladiri yang tinggi. Kalau tidak, Wisma Gunung Zhong Yi takkan perlu mengadakan pertemuan pendekar ini untuk mengeluarkan perintah ‘membasmi penjahat’ ini.
“Benar juga.”
“Di antara para pemburu bayaran, si Dao (bisa diartikan golok, pisau, atau belati) misterius itu kali ini tak muncul.”
“Mungkin dia takut dengan si penjahat.”
“Itu tidak benar. Karena dia adalah Dao yang paling misterius dan selama ini tak seorang pun yang pernah melihat wajah aslinya, bahkan bila dia datang, kita juga takkan tahu.”
“Itu benar. Siapa tahu, bisa saja dia sudah berada di sini.”
“Karena itu, hati-hatilah dengan ucapanmu. Dao ini bisa jadi sangat bengis. Kalau ada yang memprovokasinya, bisa saja dia langsung membunuh orang itu tanpa meminta bayaran.”
Mendengar hal ini, Liu Feng jadi tak tahan untuk mengamati orang yang duduk di hadapannya.
Dengan santainya Qu Qingyin meminum secangkir teh di tangannya, seakan hendak berkata kalau orang yang sedang mereka bicarakan bukan dirinya.
“Kalau kita harus menyebutkan, di Dunia Persilatan, wanita mana yang tak boleh disinggung, Ling Long Dao jelas berada pada urutan teratas. Dengan suara seperti itu, jelas-jelas tak mungkin kalau dia memiliki kecantikan sedikit pun.”
Liu Feng tertawa. Kalau dia mau mengatakan bahwa Qu Qingyin adalah seorang wanita yang luar biasa jelita, itu akan terlalu melebih-lebihkan. Tapi berkata bahwa gadis itu biasa saja cantiknya juga bisa dibilang meremehkan.
Bentuk wajahnya berada di antara melon dan telur angsa, alisnya tak dilukis tapi diberi riasan hitam pekat. Hidung mancung, bibir tipis seperti dilapis dengan mutiara, mata bagai air musim gugur, telinga kecil seperti ingot, cuping telinga agak turun. Katanya orang semacam itu cenderung lebih beruntung.
(T/N: ingot adalah bentuk cetakan logam, biasanya emas atau perak)
Kulitnya cerah dan lembab, lalu untuk tubuhnya… meski saat di kuil waktu itu Liu Feng hanya sempat melirik sebentar, tapi bagi seorang laki-laki, figur tubuh seorang wanita akan selalu berkesan.
Diam-diam Liu Feng memakai kipas untuk menutupi wajahnya, merasa sedikit bersalah, karena pada saat itu dia bahkan sempat mendapatkan mimpi musim semi yang erotis, di mana dia melakukan perbuatan yang tak bermoral kepada gadis itu….
“Pelanggan, ini makanan Anda, selamat menikmati.”
Tepat saat itu lah pelayan yang menghidangkan makanan mereka membuat lamunannya terputus.
“Kakak Liu, ada apa?” Qu Qingyin yang perasa menyadari kalau pria itu bertingkah tak seperti biasanya, dan tak tahan untuk bertanya pelan.
“Tidak ada apa-apa. Makan, makanlah. Setelah kita selesai makan aku akan mengajakmu melihat-lihat sekitar sini.”
Gadis itu menggelengkan kepala, “Tidak usah, lebih baik kita kembali ke wisma.” Berjalan-jalan dengan tuan muda nomor satu di Dunia Persilatan sungguh bukan ide yang bagus.
“Kenapa tak mau menjelajah di sekitar tempat ini? Suatu kesempatan langka untuk kita berada di sini.”
“Aku tak suka berada di keramaian.”
Liu Feng mengangkat alisnya tapi tak mengatakan apa-apa.
Para pemburu bayaran cenderung lebih terbiasa melakukan segalanya sendiri. Secara tipikal mereka adalah orang yang toleran, juga sabar, mampu mengejar para penjahat yang kejam dank eras kepala hingga ribuan li, juga tenang dan terkendali.
Mingkin inilah alasan kenapa gadis it uterus bersikeras untuk menjaga jarak darinya. Kebiasaan terkadang bisa merasuk hingga ke darah dan tulang seseorang, mengubahnya bukan tugas yang mudah.
Jauh di dalam hati, Qu Qingyin berpikir, dia tak bisa terus tinggal bersama Liu Feng. Orang ini terlalu pintar. Tak seharusnya Qu Qingyin terlibat dengannya.
“Liu Feng, jadi kau ada di sini!”
Sebuah suara yang jernih dan nyaring memanggil, dan seketika sebuah serangan yang cepat serta keji memotong udara, terarah pada mereka.
Dengan cuek Qu Qingyin tetap berdiam diri. Dia percaya kalau sebelum dirinya meninggalkan pria ini, tak ada tempat bagi siapapun untuk melakukan apapun.
Liu Feng mengulurkan tangannya, menangkap serangan yang datang dari seutas cambuk panjang. Alisnya berkedut dan sembari tertawa dia berkata, “Nona Besar Li, apakah begini cara Anda memberi salam pada orang lain?”
Di sana ada seseorang yang memiliki kecantikan yang begitu memikat. Seorang gadis muda yang bagaikan bunga mawar yang mekar dengan sempurna, bergaun merah cerah seperti phoenix yang berapi-api. Dengan seulas senyum cerah gadis itu menatap Liu Feng, sikap yang sebelumnya garang berubah menjadi hangat. “Begitu aku sampai ke Wisma Gunung Zhong Yi, kudengar orang-orang berkata bahwa Tuan Muda Liu ditemani oleh seorang wanita cantik. Aku datang untuk melihat, tapi ternyata dia biasa-biasa saja.”
Liu Feng tertawa. “Untuk bisa bertanding dengan kecantikan Nona Besar Li, tak banyak yang sanggup, ini tidak mengejutkan.”
“Siapa dia?” Li Feiyan menuding Qu Qingyin, langsung bertanya di tempat.
Qu Qingyin menatapnya dengan sorot datar dan menjawab, “Seorang amatiran di Dunia Persilatan, tidak pantas untuk dipertanyakan oleh Nona Besar.”
Li Feiyan dengan pongah mengangkat dagunya, “Bagus kalau kau sadar. Tempat di samping Tuan Muda Liu bukanlah tempat untuk orang sepertimu, cepat menyingkir dari jalanku.”
Qu Qingyin meletakkan sumpitnya dan berdiri, masih tampak sangat kalem. “Nona Besar silakan duduk, saya permisi.” Pertama-tama ada Shui Suyun itu, dan di sini datang lagi seorang Li Feiyan. Orang-orang yang berhubungan dengan Liu Feng semuanya berasal dari latar belakang yang kuat.
“Heng~, kau bisa dianggap cerdas.”
Orang-orang Dunia Persilatan yang ada di dalam toko itu menonton adegan dramatis ini, semuanya dengan mata terbelalak menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Senyum Liu Feng tetap tak berubah. Dia mengisyaratkan pada gadis yang datang belakangan ini untuk duduk. “Nona Li silakan duduk.”
Li Feiyan tanpa gentar maju dan duduk.
Liu Feng mengambil kipas, membukanya, lalu tertawa, “Karena Nona Besar Li sudah datang kemari untuk makan, maka silakan nikmati waktu Anda. Kebetulan saja Qingyin dan saya memang sudah hampir selesai, jadi kami akan pergi lebih dulu. Sampai jumpa lagi.” Setelah berkata demikian, dia pun bangkit dari bangkunya.
“Kau – “ Li Feiyan marah bukan kepalang. Ditatapnya gadis muda yang sudah beberapa langkah jauhnya, cambuk di tangannya melecut ke arah gadis itu.
Liu Feng dengan mudah bergerak untuk menghalangi serangannya. Dengan tenang pria itu berkata, “Dengarkan nasihat saya, jangan macam-macam dengannya.”
“Kau bersikeras ingin melindunginya?”
Liu Feng melepaskan cambuk Li Feiyan lalu mengayunkan kipas di tangannya, “Saya mengatakan ini untuk kebaikan Nona.”
“Kau menghalangi cambukku dan bilang kalau itu untuk kebaikanku sendiri?”
“Saya hanya menghalangi serangan dari cambuk Nona. Itu lebih baik daripada kalau cambuk ini sampai dipotong oleh seseorang, atau bahkan, si pemilik cambuk ini lah yang dipotong.” Nada meremehkan dalam kata-kata Liu Feng mendatangkan hawa dingin.
Mata phoenix Li Feiyan terbuka lebar. Dengan marah dia tertawa keras-keras, “Aku juga ingin melihat seperti apa kemampuan amatir kecil ini.” Sekali lagi, cambuk gadis itu melecut bagai ular.
Semua orang hanya sempat melihat sekilas warna perak, dan kemudian cambuk itu sudah terlilit pada rantai perak. Rantai perak itu adalah apa yang sebelumnya semua orang kira sebagai hiasan pinggang gadis bergaun ungu tersebut. Baru setelah sekarang diamati, mereka pun menyadari kalau ternyata ‘hiasan’ itu adalah sebuah mata panah.
Diam-diam Li Feiyan mengalirkan tenaga dalam melalui tangannya, namun ternyata cambuknya tetap diam tak bergerak. Gadis itu tak bisa menahan kekagetannya.
Qu Qingyin hanya menatapnya datar dan berkata, “Berpikiran pendek bukanlah kebiasaan yang baik. Para gadis seharusnya sedikit lebih lembut agar orang-orang menyayanginya.”
“Siapa kau berani menceramahiku?” Darah Li Feiyan mendidih oleh amarah.
Qu Qingyin tersenyum, menolehkan kepalanya sedikit, kemudian berkata pada Liu Feng yang sedang berdiri santai di pinggir sambil mengayunkan kipasnya, “Menurutmu, haruskah aku memotong cambuknya, atau memotong orangnya?” Apakah hati pria itu akan terasa sakit saat melihat hal ini?
Liu Feng terbatuk pelan, “Kepala Serikat Li bukan orang jahat.” Meski pendisiplinan memang diperlukan, kau tetap harus memberi muka padanya.
“Baiklah.” Sebelum kata itu terdengar, semua orang hanya bisa mendengar sebuah suara berderak di seluruh penjuru toko. Cambuk ular Li Feiyan terpotong kecil-kecil hanya dalam hitungan detik, terjatuh ke lantai dalam bentuk serpihan.
Li Feiyan memucat karena syok, mundur beberapa langkah dan menatap Qu Qingyin dengan raut tak percaya. “Kau….”
Qu Qingyin menarik kembali mata panahnya, menggantungkannya kembali ke pinggang, lalu menatap Nona Besar Li sambil tersenyum. Ujarnya, “Orang yang menolak penghormatan dan malah bersikeras menerima hukuman*, biasanya takkan ada hal bagus yang bisa didapatkan.”
*(T/N: frase asli dalam bahasa mandarinnya adalah jìng jiǔ bù chī, fēi yào chī fá jiǔ / 敬酒不吃,非要吃罚酒 – yang bila diterjemahkan secara literal berarti ‘menolak diajak bersulang – yang seharusnya dengan sopan dibalas sebagai tanda terima kasih. Penolakan berarti sengaja menantang dan menyinggung orang yang menyulangi –, tapi malah bersikeras minum sebagai hukuman.)
Di samping, Liu Feng menghela napas, “Nona Li, bukankah tadi sudah saya bilang, jangan macam-macam dengannya. Dia tak pernah jadi orang yang cocok untuk dijadikan musuh.” Liu Feng sendiri selalu bersikap seolah akan berbuat yang tidak-tidak pada gadis itu, tapi tak pernah berani bertindak secara nyata. Itu karena dia tahu persis sekuat apa Qu Qingyin, dan takut kalau dia sampai melewati batasan dirinya takkan mampu menangani akibatnya. Makanya dia hanya bisa bertahan dan perlahan-lahan mempelajarinya.
Li Feiyan menjejakkan kakinya. “Jadi kau hanya menonton dia menindasku? Akan kulaporkan pada ayahku.”
“Anda harus paham satu hal. Seseorang yang berani memotong cambuk Anda bukanlah orang yang akan takut dengan Ketua Serikat Li.”
“Sebenarnya siapa dia? Kenapa kau sampai begitu melindunginya?”
“Dia?” Liu Feng terbahak keras saat menatap Qu Qingyin, lalu berkata pada Li Feiyan, “Seseorang yang tak berani aku singgung, juga tak ingin aku singgung.”
Begitu kata-kata itu terucap, seluruh tempat itu langsung jadi bising. Bahkan pendekar nomor satu di Dunia Persilatan tak berani dan tak ingin menyinggungnya, latar belakang macam apa yang dimiliki nona ini?
Qu Qingyin menundukkan kepalanya dan tertawa, tak peduli dengan apa yang sedang berusaha dilakukan oleh Liu Feng. Bayangan yang telah dibuat pria ini atas dirinya jauh teramat kuat. Sepertinya sekarang ini, tak peduli siapa pun yang coba-coba menyalahi dirinya akan harus mempertimbangkan besarnya akibat sebelum mulai bertindak.
“Kalau kebetulan Ketua Serikat Li ingin mencariku, aku akan menunggu undangannya dengan tangan terbuka.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Qu Qingyin berbalik dan berjalan pergi.
Liu Feng tertawa lantang dan berkata, “Nona Besar Li, kalau begitu saya akan pergi lebih dahulu. Sekarang ini dia tinggal di griya yang sama dengan saya, menemukannya akan jadi sangat mudah.” Tak meninggalkan satu petunjuk pun, Liu Feng membuat hubungannya dengan Qu Qingyin jadi ambigu dan membingungkan.
“Mereka – “
Liu Feng tak mau lagi repot-repot dengan Li Feiyan, alih-alih dia mempercepat langkahnya untuk menyusul orang yang sudah berada di depan.
Pria manapun yang belum menerima tangan sang istri dalam ikatan pernikahan, tentu saja takkan berani dan tak ingin menyinggung belahan hati mereka. Kalau tidak, sang (calon) istri amat sangat mungkin akan terbang jauh-jauh dari mereka.