The Demoness Is Not Evil - Chapter 5
Qu Qingyin kembali membawa es, dan melihat kalau kondisi seseorang tertentu cukup mendesak. Gadis itu mengerang dan langsung melemparkan kantong berisi es kepadanya.
Liu Feng menulurkan tangan untuk menangkap kantong esnya, lalu mengulurkan tangan lagi untuk meraih gadis itu. Memakai sedikit kekuatan, dengan mudah dia menarik Qu Qingyin kembali ke pelukannya lagi dan mendudukkan gadis itu ke panngkuannya. “Setelah memukul seseorang, setidaknya kau harus membereskan akibatnya. Cepat bantu aku mengurus wajahku, sekarang sudah membengkak semua.”
Qu Qingyin mengangkat tangannya, menggertakkan gigi saat berkata pada pria itu, “Kau mau aku menghadiahimu dengan sebuah tamparan lagi, supaya pipi kiri dan kananmu bisa bengkak dengan merata?”
Liu Feng menyorongkan kantong esnya ke tangan Qu Qingyin, lalu menggunakan tangan itu untuk menempelkan es ke wajahnya. “Kalau kau tak takut membuat keributan besar, tentu saja aku juga akan ikut keluar dengan senang hati.”
Mana mungkin Qu Qingyin mau duduk dalam dekapan pria itu dengan sukarela? Dia pun meronta untuk melepaskan diri.
“Qingyin.” Sekuat tenaga Liu Feng menahan pinggang gadis itu, suaranya menunjukkan upaya kerasnya. Di telinga Qu Qingyin dia berbicara dengan nada yang hanya bisa didengar oleh kedua orang itu. “Berhenti bergerak-gerak.”
Seluruh wajah Qu Qingyin seperti terbakar. Dia telah menyadari perubahan di tubuh pria itu. Ditariknya bungkusan es di tangannya dan dipukulkannya ke dada Liu Feng beberapa kali, sambil berseru tanpa ampun, “Dasar bejat!”
“Ini adalah reaksi normal seorang laki-laki.” Liu Feng juga merasa agak malu, tapi dia tetap harus menjelaskan hal ini.
Qu Qingyin tak bisa menahan diri dan sekali lagi mengangkat tangannya.
Liu Feng menyodorkan pipi kanannya ke arah gadis itu. “Kalau kau mau, silakan pukul saja.”
Melihat tingkah laku bajingan Liu Feng yang seperti ini, Qu Qingyin benar-benar tak tahu reaksi semacam apa yang seharusnya dia tunjukkan. Alih-alih, dia langsung meletakkan bungkusan esnya ke bagian bawah pria itu yang sedang bereaksi.
Liu Feng mengarik napas, mengencangkan pelukannya, dan berkata di telinga gadis itu, “Berhati-hatilah, jangan sampai kau menghancurkan kebahagiaan di paruh terakhir kehidupanmu sendiri.”
Bagaimana bisa pria itu jadi begitu tak tahu malu sampai seperti ini?
Qu Qungyin tak bisa memukul, tapi kalau tidak memukul, hatinya akan merasa marah sampai mati. Pada akhirnya dia hanya bisa memegangi bungkusan esnya dan dengan getir menempelkannya ke wajah Liu Feng.
Gara-gara gadis itu menempelkan es pada dirinya, hasrat yang ada di hati Liu Feng merosot drastic. Saat wajahnya sekali lagi diberi es, dia pun jadi merasa jauh lebih nyaman.
“Bagaimana bisa kau jadi begitu tak tahu malu?” Qu Qingyin tak bisa menahan gerutuannya.
Liu Feng berbicara dengan sikap kesatria yang dibuat-buat, “Aku baru saja menyadari kalau aku menggunakan pendekatan seorang pria sejati padamu, aku akan jadi terlalu pasif. Aku punya teman yang dulu pernah berkata bahwa alasan seorang pria hidung belang bisa mendapat begitu banyak wanita adalah karena dia cukup tak tahu malu untuk melakukannya.”
“Pei.” Qu Qingyin langsung meludah. “Bajingan mana yang mengatakan hal semacam itu padamu?” Demi kebaikan semua wanita di seluruh dunia, dia bersedia menyingkirkan bahaya publik ini – gratis!
“Untuk saat ini, aku tak bisa mengatakannya padamu.”
Sorot mata Qu Qingyin berubah seperti hantaman gelombang. Tersenyum sembari menyandar pada pria itu, dia meletakkan tangan kanannya di atas jantung Liu Feng, dan dengan menggota menghembuskan kata-kata, “Kalau kau mengatakannya padaku sekarang juga, aku akan menghadiahimu dengan sesuatu yang menguntungkan.”
Si nona baik-baik tiba-tiba berubah menjadi iblis penggoda, akibat yang ditimbulkannya tak mungkin tidak besar. Liu Feng nyaris kehilangan kendali lagi. “Keuntungan apa?” Saat ini, yang terbaik untuk dilakukan adalah menegosiasikan penawarannya.
“Keuntungan apa yang kau inginkan?”
Telah terjerat oleh sepasang mata menggoda yang bagaikan iblis betina itu, Liu Feng jadi kehilangan niat untuk melepaskan diri dari pesonanya. Dengan susah payah menjaga agar pikirannya tetap jernih, dengan serak dia berujar, “Bagaimana kalau aku tidur di kamarmu malam ini?”
“Tentu.” Qu Qingyin menyetujui dengan begitu santainya. Tangan kiri gadis itu menjadi lebih tak terkendali saat merayap ke belakang leher Liu Feng dan menggelayut di sana. Tinggal sedikit lagi dan bibirnya akan menempel di atas bibir pria itu. “Jadi apa jawabanmu?”
“Ji Chuiyu.”
“Yang berjulukan ‘Pria Tanpa Cinta (T/N: Sebenarnya si pengarang memakai istilah万花丛中过, 片叶不沾身 / wàn huā cóng zhong guò, piàn yè bù zhān shēn : melewati puluhan ribu bunga, tapi tak ada yang menawan hatinya), si hidung belang Ji Chuiyu?”
“Ya.”
“Bagus.” Sekejap kemudian, Qu Qingyin telah menyingkirkan sikap menggoda iblis betinanya. Wajahnya langsung berubah menjadi sedingin es saat gadis itu menjauhkan diri dari Liu Feng.
Gambaran sebelum dan sesudah ini sungguh seperti perbedaan antara langit dan bumi! “Jadi bagaimana soal malam ini?”
“Kau tidurlah di kamarku, aku akan tidur di kamarmu.” Paruh pertama dari kalimatnya telah mengangkat jiwa Liu Feng ke langit, namun paruh keduanya adalah pukulan telak, menghantamnya kembali pada akal sehat.
Seharusnya dia sudah tahu kalau segalanya takkan berlangsung semulus yang dikatakan gadis itu. Liu Feng menggelengkan kepalanya dan seketika itu juga menatap Qu Qingyin dengan penuh pertimbangan.
Mata mengantuk Qu Qingyin menambah ekspresi dinginnya, seolah gadis itu belum tidur.
“Qingyin, saat kau sedang mengejar penjahat, apa kau pernah berpura-pura menjadi wanita penggoda?”
Yang barusan, gadis itu bisa berpura-pura dengan sedemikian mulus, seolah itu adalah tingkah lakunya yang biasa. Pasti ada sesuatu.
“Kalau iya, memangnya kenapa?”
Tangan Liu Feng mengepal, untuk pertama kalinya dia memiliki keinginan untuk membunuh. “Desas-desus yang beredar menyebutkan bahwa Tuan Muda Xiao Yao takkan pernah membunuh.” Gadis itu menaikkan alisnya ke arah pria itu dengan gaya mencemooh.
Liu Feng tak tertawa dan hanya menatap gadis itu dengan respek mendalam. “Bagaimana kalau aku lebih suka membuat mereka menderita takdir yang lebih buruk dari kematian?”
Qu Qingyin terkekeh keras-keras. “Jadi masih ada pilihan semacam ini, tapi sayang sekali, orang-orang yang telah membuatku memakai taktik ini biasanya alan mati dengan mengerikan. Kalau kau ingin menemukan mereka, kau hanya bisa pergi dan bebicara kepada Yanwang (= Raja Yama, penguasa dan hakim di alam baka).” Qu Qingyin masih belum selesai bicara, “Sekarang, apa kau sudah putuskan bagaimana kau akan mati?”
Liu Feng tertawa dan menyusup ke sisi telinganya, “Bagaimana kalau aku mati di atas tubuhmu?”
Qu Qingyin mengangkat kembali tangannya, hendak menampar wajah pria itu.
Liu Feng tertawa dan memegangi tangannya, menyipitkan mata pada gadis itu. “Apa kau sungguh memakai cara ini pada orang lain sebelumnya?”
Qu Qingyin menaikkan alisnya.
“Jawab aku.” Liu Feng berkata dengan sikap bermartabat.
“Apa hubungannya itu denganmu?” Memangnya dia mau repot-repot dengan pria itu.
Mengalihkan wajah Qu Qingyin agar menghadap dirinya, Liu Feng dengan sangat serius menatap mata gadis itu, berbicara kata demi kata: “Aku menginginkan kebenaran.”
Qu Qingyin menaikkan tangan untuk melepaskan diri dari pria itu, tapi Liu Feng bertahan dengan cengkeraman kencang, memegangi dagunya hingga membuatnya kesakitan. Gadis itu hanya bisa mengulurkan tangan dan memukul Liu Feng. “Sakit, lepaskan.”
“Jawab aku.”
“Kalau iya kenapa? Kalau tidak kenapa?”
“Baiklah, yang lalu biarlah berlalu. Sejak saat ini kau jangan pernah memakai taktik ini lagi.”
“Apa pedulimu.” Qu Qingyin marah, dagunya dicengkeram oleh pria itu sampai sakit setengah mati.
Tiba-tiba Liu Feng tertawa lagi, melepaskan dagu Qu Qingyin, memeluknya, dan berkata, “Dengan keahlianmu, berbagi kamar pasti akan terlalu mengkhawatirkan. Tapi keahlian seperti yang telah kau pelajari ini, semuanya menyentuh bagian yang paling penting. Bahkan jiwaku juga akan dikorek olehmu.”
“Lepaskan. Siapa yang membuatmu jadi begitu lancang?” Haruskah tangan orang ini selalu menempel padanya?
Liu Feng tertawa saat melepaskan gadis itu, membiarkannya bangkit, lalu mengambil bungkusan es yang tadi terjatuh untuk lanjut mengurus wajahnya.
Qu Qingyin merapikan pakaiannya yang aga berantakan, tak bisa menahan diri untuk menatap seseorang tertentu dengan pelototan garang. Yang bersangkutan malah punya kecenderungan untuk tertawa dengan lebih riang lagi.
“Qingyin, malam ini aku akan benar-benar tidur di kamarmu.”
“Silakan saja.”
Liu Feng terus memberi es ke wajahnya saat dia berjalan ke sisi gadis itu. “Bagaimana kalau kau juga tidak pergi, agar kita bisa tetap bersama.”
Qu Qingyin meraih sebuah cangkir teh dari meja batu dan memelototi pria itu.
Liu Feng tahu lebih baik dan mundur dua langkah, tertawa seraya berkata, “Cuma bercanda. Tapi apa kau benar-beanr akan pergi dan menyusahkan Ji Chuiyu?”
“Ada masalah?”
“Tidak, tidak,” Liu Feng tertawa kering dua kali, “ilmu beladirinya tidak lemah, kau harus berhati-hati. Tapi jangan sekali-sekali memakai taktik itu padanya. Saat ini aku tak punya niat untuk membantainya.”
Dengan satu gerakan, Qu Qingyin menghantamkan cangkir di tangannya ke meja batu. Cangkirnya memang tak melesak sepenuhnya, tapi bibir cangkir itu telah menjadi rata dengan permukaan meja.
Gerakan yang indah!
Liu Feng kini benar-benar mengerti. Nona yang tak suka basa-basi ini, kalau dia terus meggodanya lagi, sepertinya dial ah yang akan menderita akibat mengerikan pada akhirnya.
Orang memang harus mengerti dan menerima kenyataan.
***
Guru memang benar, begitu seseorang mencabik kulit di wajahnya (T/N: maksudnya berarti menyingkirkan semua rasa malu), tak ada hal yang tak bisa mereka lakukan. Melihat seseorang tertentu dengan seenaknya masuk lewat jendela pada malam hari tanpa diundang, kalimat ini lah yang melintas dalam benaknya.
“Kau mau bertukar kamar tidur?” Qu Qingyin menatap pria itu dan bertanya dengan sangat kalem. Diikatnya kembali sabuk pakaiannya.
Liu Feng tak melakukan apa-apa untuk menghindari makna yang tersembunyi dalam kata-kata itu dan hanya menatap lurus, “Berpakaianlah, kita akan keluar.”
Qu Qingyin menaikkan alisnya, “Keluar?”
Liu Feng bersandar pada meja di depan jendela, tangan menyilang di depan dada, matanya yang berkilauan menatap langsung pada gadis itu. “Saat aku menutup mata, yang bisa kulihat hanya kau yang sedang menggodaku di siang hari bolong. Tak mungkin aku bisa tidur, jadi aku kemari untuk mengajakmu menikmati rembulan bersamaku.”
“Kau lah yang tak bisa tidur, bukan aku. Nikmati saja sendiri.”
“Menatap rembulan juga membuatku memikirkanmu. Kalau kau menemaniku, itu seharusnya takkan terjadi.”
Qu Qingyin memiringkan kepalanya saat menatap pria itu, lalu melihat ranjangnya yang sudah disiapkan. Dengan santai dia melangkah ke arah ranjang, lalu mendudukinya. Diberikannya senyum langsung pada Liu Feng, “Bagaimana kalau, kau tidur bersamaku?”
Liu Feng menepuk-nepuk dadanya beberapa kali, berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar. Dia bertanya sambil mengesah, “Apakah ini caramu untuk membuatku merasa tidak enak secara terang-terangan?”
“Aku serius. Mari kita tidur bersama. Kalau kau bisa menahannya, kemarilah.”
Liu Feng benar-benar tercengang. “Kau….”
“Aku butuh tidur. Aku jelas takkan keluar untuk menemanimu menikmati rembulan.”
“Apa kau yakin dengan yang kau katakan?”
Qu Qingyin menelusurkan tangan ke rambutnya yang tergerai. Ujarnya datar, “Aku tahu. Aku sudah bilang, selama kau bisa menahannya, kau boleh tidur bersamaku. Kalau kau tak punya cukup kepercayaan diri, pergilah nikmati rembulan seorang diri.”
“Hanya supaya kau tak perlu keluar dan menikmati rembulan bersamaku, kau bersedia membiarkanku tidur di ranjang yang sama denganmu?” Liu Feng merasa kalau pasti dirinya lah yang sudah salah dengar.
“Tak boleh?”
Liu Feng memukul kepalanya sendiri, merasa kalau batasan moralnya sendiri telah ditantang sekali lagi. “Kalau aku benar-benar tidur bersamamu, apa kau paham pada akibatnya?”
Qu Qingyin bermain-main dengan rambut panjangnya dan menatap pria itu dengan sorot skeptis. Selorohnya, “Di tengah malam buta, bukannya tidur kau malah masuk ke dalam kamarku dengan memanjat jendela, berusaha membuatku keluar menikmati rembulan bersamamu. Akibat bila ada orang lain yang menemukan hal ini, apa ada bedanya?”
Mendengar hal ini, Liu Feng menggosok hidungnya. Dia sama sekali tak senang.
“Apa keputusanmu?”
Liu Feng melihat ke luar jendela, lalu melihat ke ranjang. Dia mendapati kalau tak peduli apapun keputusan yang dia buat, keduanya adalah ide bagus. “Kau takkan menyesalinya?”
“Menyesali apa?”
“Keputusanmu.”
“Aku takkan menyesalinya. Lalu apa keputusanmu?”
Liu Feng berbalik dan menutup jendela. Qu Qingyin menaikkan kakinya dan berbaring di ranjang, menyisakan sisi luar untuk pria itu.
Begitu Liu Feng menghampiri ranjang, dia mengesah pada dirinya sendiri. Dia sendiri tak tahu apakah keputusannya ini sudah benar. Kalau di tengah malam dia melanggar aturan kepantasan, maka sepertinya dia akan bisa melihat seperti apa Ling Long Dao yang dirumorkan.
Omong-omong, ini aneh. Saat dia berada di kamarnya sendiri, batinnya sarat dengan pikiran tak senonoh yang membuatnya terperangkap dalam keterpesonaan. Tapi sekarang saat dirinya benar-benar sekamar dengan gadis itu, akal sehat telah menjernihkan hatinya.
Napas Qu Qingyin terdengar tenang, menunjukkan betapa tenang hati gadis itu.
“Qingyin.”
“Tidurlah.”
“Kenapa kau berani melakukan ini?”
“Ingin tahu?”
“En.”
“Saat kau larut dalam pemikiran di kamarmu sendiri, tak ada perasaan genting. Tapi begitu kau telah berbaring di sebelahku, kau akan memikirkan kemungkinan terjadinya hal yang gawat, dan pada akhirnya takkan terjadi apa-apa.”
“Hari ini, seandainya orang lain, apakah akan sama?” ITba-tiba Liu Feng merasa gelisah.
“Heng.” Qu Qingyin mendengus dingin, “Menurutmu?”
Liu Feng langsung mengerti bahwa dirinya telah mengajukan suatu pertanyaan bodoh, dan hanya bisa menggosok hidungnya. “Apa kau pikir insiden di Wisma Gunung Zi Ying adalah perbuatan si penjahat?”
“Kau sudah punya jwaban soal itu, kan?”
“Menurutmu, siapa yang akan memakai nama si penjahat untuk melakukan hal semacam itu?”
“Aku tak memecahkan masalah untuk orang lain secara cuma-cuma.”
“Tak baik bagi seorang gadis untuk terhanyut dalam urusan uang.”
“Aku hanya tahu bahwa bekerja sesuai upaya, pencarian, dan pembayaran itu sangat sesuai.”
“Tak ada pengecualian?”
“Tidak, tentu saja tidak. Kalau kau yang meminta, aku bahkan akan menaikkan harganya.”
“Kenapa?”
“Karena aku senang begitu.” Memangnya pria itu bisa apa?
Liu Feng tak mampu berbuat apa-apa selain mendesah. Dengan kedua tangan dilipat di perut, ditatapnya langit-langit ranjang untuk mengatur benaknya.
Pernapasan orang di sebelahnya berangsur-angsur menjadi lebih panjang, dia sudah tidur nyenyak.
Liu Feng tertawa tanpa suara. Apa Qu Qingyin yang merasa terlalu santai di sekitarnya, atau gadis itu terlalu percaya diri pada kemampuannya sendiri?
Setelah berkelana di Dunia Persilatan selama bertahun-tahun, bisa bertemu dengan seorang wanita seperti Qu Qingyin adalah yang pertama kalinya. Sikapnya selalu berubah-ubah, bertingkah jauh di luar dugaan orang lain. Tapi begitu kau memikirkannya dengan seksama, sebenarnya semua ini cukup beralasan.
Sifat gadis itu bisa dibilang memiliki perubahan suasana hati yang memadai, dan tak terlalu banyak memedulikan aturan etika. Di antara kebaikan dan kejahatan, dia adalah paradoks dari keduanya. Seseorang seperti ini, seringkali bertindak tanpa rasa takut, mungkin untuk kebaikan. Tapi sebaliknya bisa juga untuk kejahatan. Baik atau buruk, tergantung pada apa yang dia rasakan, suasana hati apa yang sedang dia miliki.
Seperti malam ini, gadis itu tak mau menikmati rembulan bersamanya dan malah langsung menyarankan untuk tidur bersamanya. Sikap seperti ini, bahkan iblis betina dari aliran sesat juga mungkin takkan bisa melakukannya. Tapi dia malah melakukannya dnegan begitu alamiah, dengan benar dan beralasan.
Menyukai wanita seperti ini, Liu Feng merasa kalau dirinya butuh semangat dalam jumlah sangat banyak. Karena dia bisa memperlakukannya dengan sedemikian lemah lembut pada satu ketika, dan menghunuskan pedang padanya di kali berikutnya.
Er… mungkin seharusnya dia pergi ke kuil untuk berdoa. Barangkali dengan begitu akan lebih aman?
Bagaimana rasanya berada di ranjang yang sama dengan seorang wanita? Dulu Liu Feng tak terlalu yakin, tapi sekarang dia tahu.
Cahaya mentari merayap masuk menembus kertas pelapis jendela, menerangi seantero ruangan.
Langit musim panas berubah terang terlalu cepat. Dahulu Liu Feng tak pernah memikirkan hal ini, tapi hari ini dia sungguh-sungguh merasa kalau benderangnya langit yang terlalu awal ini sangat menyebalkan. Mereka telah membuat garis penanda batas yang jelas di atas ranjang sebelum tidur semalam, jadi meski pemisahannya sudah jelas, perasaannya tetap berbeda.
Qu Qingyin membalikkan tubuh saat dia terbangun. Melihat Liu Feng, gadis itu tak tahan untuk mengangkat alisnya, “Kau masih belum pergi?”
“Huh?”
“Sebentar lagi utusan dari wisma akan membawakan sarapan. Cepatlah pergi.”
Liu Feng merayap ke arah Qu Qingyin, menempatkan tangan gadis itu ke dadanya. Dia pun tertawa pelan dan berkata, “Kita seperti ini, tidakkah terdengar seperti kata-kata yang diucapkan di antara pasangan pezinah saat bangun di pagi hari?”
Qu Qingyin langsung mendorongnya turun dari ranjang dan memukulkan bantal ke tubuh pria itu sambil memaki, “Enyah.”
Liu Feng tertawa saat dia bangkit dari lantai dan mengembalikan bantalnya. Kemudian dia merapikan pakaian, membuka pintu, dan pergi.
Qu Qingyin diam-diam menggertakkan giginya ke arah pria itu pergi, sebelum bangun untuk membasuh dirinya sendiri.
Di pihak lain, setelah meninggalkan kamar Qu Qingyin, Liu Feng kembali ke kamarnya sendiri. Raut wajahnya langsung berubah. Kipas di tangannya membuka dengan suara ‘hua~’, saat dia masuk sambil tertawa. Dia berjalan seraya berkata, “Begitu aku mencium baunya, aku tahu kalau kau si pemabuk ini lagi-lagi menjadi ‘merpati yang menempati sarang murai’.”
(T/N: jiū zhàn què cháo le / 鸠占鹊巢了= seseorang yang menempati wilayah yang bukan miliknya)
Dari dalam kamar terdengarlah suara seorang pria yang agak mabuk, “Jarang sekali kau membiarkanku mendapati kau tidak berada dalam kamarmu. Kudengar dalam griya ini juga tinggal seorang nona cantik. Apa? Semalam kau tidur di sana?”
“Kau sendiri? Kenapa kau tak pergi mencari Nona Zhang untuk tidur bersamamu, dan malah datang ke tempatku?”
Seraya bicara, kedua pria dalam ruangan itu langsung saling tantang. Keduanya sama-sama begitu tampan, tapi tak memiliki pesona yang serupa.
Ji Chuiyu setengah bersandar pada bagian kepala tempat tidur, bajunya terbuka, menampakkan gaya bejatnya sebagai pria hidung belang. Dengan seksama diamatinya Liu Feng dari atas ke bawah, dengan cuek melambaikan tangannya tanpa minat, “Apa yang kau lakukan semalam?”
“Aku tidur dengan seorang wanita.”
Ji Chuiyu menyapukan matanya pada Liu Feng dengan sorot mencela, “Kau hanya tidur dengannya kan?”
Liu Feng menduduki sebuah kursi dengan santai. “Aku tak sepertimu, tak peduli apakah itu adalah sesuatu yang harus dilakukan atau yang tak boleh dilakukan, kau sudah melakukan semuanya.”
“Kalau seorang laki-laki tidak nakal, para wanita takkan menyukainya. Mereka semua menyukai kenakalanku habis-habisan.”
“Jangan terlalu memuji diri sendiri, di luar sama pasti ada wanita yang tak menyukai karakter sepertimu.”
“Tak masalah selama ada banyak wanita yang menyukainya.” Dengan malas Ji Chuiyu meregangkan pinggang-yang-tak-terlalu-sopan miliknya dan meletakkan kaki di lantai. Dia lalu berjalan menuju meja untuk menuangkan secangkir teh dingin bagi dirinya sendiri.
“Jadisoal keberadaan di penjahat kelamin….”
Ji Chuiyu mengajukan telunjuknya dan menggerakkan jari itu ke kanan dan kiri, “Kejadian di Wisma Gunung Zi Ying jelas bukan perbuatannya.”
“Oh?”
“Sekarang kemungkinan besar dia masih berada di luar wilayah ini.”
“Di Luar?” Liu Feng tampak gelisah.
“Ya, sepertinya dia telah dipancing ke sana oleh seseorang.”
Liu Feng tetap diam. Dia memikirkan kembali beberapa perkataan yang pernah didengarnya sebelum acara perburuan ‘pembasmian penjahat’.
Ji Chuiyu menyadari ekspresinya yang aneh dan bertanya, “Ada sesuatu yang salah?”
Liu Feng tersenyum dan melambaikan kipasnya, “Tidak ada apa-apa, hanya terpikirkan tentang seseorang. Tiba-tiba merasa kalau orang ini penuh dengan misteri.”
Ji Chuiyu tersenyum dengan pemahaman jelas. “Seorang gadis, kan.” Terdiam sesaat, dia lalu menunjuk ke luar ruangan. “Gadis itu tinggal di griya ini.”
Liu Feng tak menjawab. “Menurut analisismu, sudah berapa lama si penjahat berada di luar wilayah?”
Ji Chuiyu berpikir selama beberapa saat. “Setidaknya satu bulan. Kelihatannya dia sedang mencari sesuatu atau seseorang.”
“Kalau begitu, barang atau orang yang dia cari pasti sangat penting baginya.”
“Jelas. Kalau tidak, dia takkan tidak muncul saat Wisma Gunung Zhong Yi mengeluarkan pengumuman pendekar.”
“Kalau si penjahat telah berada di luar wilayah sedemikian lama, maka beberapa kasus yang berada di area ini tak mungkin adalah perbuatannya.”
“Tidak juga, lagipula, tak satu pun dari kita yang tahu apakah si penjahat punya anak buah.”
Liu Feng mengangguk menyetujui hal ini, “Akan bagus kalau kita bisa menemukan siapa yang dihindari mati-matian oleh penjahat itu.”
Ji Chuiyu mendesah, “Itu takkan mudah.”
Mendengar hal ini Liu Feng menyindir dengan tawa, ujarnya, “Ternyata ada juga tugas yang kau, Ji Chuiyu, anggap sulit?”
“Aku manusia, bukan Dewa, tentu saja aku akan memiliki kesukaranku sendiri.” Ji Chuiyu menatap Liu Feng dengan curiga, “Kau telah dipuji-puji oleh orang-orang di Dunia Persilatan setinggi langit, tapi pada akhirnya, bukankah kau juga seorang manusia? Atau kau tetap seekor anak ayam yang belum melepas cangkangnya.” (T/N: Ji Chuiyu menyindir soal keperjakaan Liu Feng)
Liu Feng mempercepat pergerakan kipasnya dan memelototi Ji Chuiyu, “Masih lebih baik daripada pria hidung belang sepertimu yang membaca yang terbaik dari ribuan layar.”
“Itu tidak benar, nona-nona sangat menyukai pria sepertiku sampai habis-habisan.”
Saat Ji Chuiyu mendengar ada gerakan di halaman, dia pun mengulurkan tangan untuk membuka jendela. Begitu dia melihat sosok ramping dan mulus yang da di halaman, alisnya berkedut. Dengan berkelakar dia melihat ke belakang, “Kau punya mata yang bagus.”
Liu Feng berjalan ke sisinya dan langsung memukul bahu pria itu sekuat tenaga, “Tentu saja bagus.”
Ji Chuiyu berbicara santai, menggosok dagunya, dan setelah berpikir sejenak, dia pun menjentikkan jari, “Menurutku, nona ini terlihat begitu familiar. Sepertinya aku pernah melihat dia sebelumnya.”
Liu Feng meliriknya.
Ji Chuiyu menyenggel temannya dengan bahu dan berkata iseng, “Mau tahu di mana aku pernah melihatnya?”
Liu Feng mendengus, “Tak usah omong kosong.”
“Yang ini bukan bunga sembarangan. Saat dia membunuh, tangannya terangkat dan pedangnya langsung memotong, bersih dan rapi. Dia jelas seorang monster betina. Aku hanya sempat bertatapan dengannya saat berpapasan, dan keringat dingin sudah langsung keluar dari dasar hatiku.”
“Kau pernah melihatnya memakai senjata?”
Ji Chuiyu mengangguk. “Sebilah pedang yang bahkan tak bisa kulihat dengan jelas bentuknya. Itu adalah sebuah pedang yang paling cepat, paling kejam, dan menguarkan aura paling jahat yang pernah kulihat.”
“Siapa yang mati?”
“Kenapa kau tak bertanya kapan aku melihatnya?”
Liu Feng mengikuti arah percakapan, “Kapan kau melihatnya?”
“Sekitar tiga, empat tahun yang lalu.”
“Tiga atau empat tahun yang lalu?” Pada saat itu Ling Long Dao pasti belum lama melangkahkan kaki di Dunia Persilatan, namanya masih belum dikenal.
Ji Chuiyu terus menatap orang di halaman. “Saat ini dia kelihatan jauh lebih bisa didekati daripada sebelumnya, wajahnya juga tampak lebih cantik. Kalau aku belum pernah melihat dia sebelumnya, mungkin aku akan benar-benar berpikir kalau dia adalah seorang nona yang lembut dan terhormat.”
Orang di halaman tampanya menyadari kalau dirinya sedang diperhatikan. Dengan tenang dia melirik ke samping.
Ji Chuiyu mengangkat poci teh di tangannya sebagai salam.
Qu Qingyin melihat bahwa ada dua orang pria sedang berdiri bersisian di jendela, dan menjadi agak kaget.
“Qingyin, kemarilah. Aku akan mengenalkan kalian. Ini adalah Ji Chuiyu.”
“Oh?” Qu Qingyin maju beberapa langkah. Saat mendengar nama itu, dia berhenti, matanya agak memicing.
Ji Chuiyu mundur dua langkah, menyodok pinggang seseorang tertentu, “Feng Kecil, apa kau pernah bicara hal buruk tentangku di depannya? Ekspresi nona ini kelihatannya tidak baik.”
Liu Feng menatapnya dengan tampang tak berdosa. Direntangkannya kedua tangan, “Aku hanya mengatakan padanya bahwa kau dulu pernah berkata padaku, ‘alasan kenapa seorang pria hidung belang bisa mendapatkan begitu banyak wanita, adalah karena dia cukup tak tahu malu untuk melakukannya.”
Ji Chuiyu memelototi temannya itu, “Jangan bilang kalau selanjutnya kau menunjukkan ketidaktahumaluanmu padanya.”
“Aku hanya berpikir kalau kata-katamu benar-benar merupakan ucapan bijak.”
“Hanya saat aku mendapatkan ujian masa kehidupanku yang kedelapan (T/N: bā bèi zi méi / 八輩子楣. Dalam kepercayaan China, ujian kemalangan dari delapan kehidupan adalah kemalangan yang paling buruk yang bisa didapatkan)lah aku berteman dengan seseorang sepertimu yang melupakan persahabatan di depan wanita cantik, bajingan yang mengkhianati temannya sendiri.”
“Ji Chuiyu?” Dalam sekejap Qu Qingyin sudah berada di depan jendela, menatap orang di dalam kamar dan tersenyum samar.
Ji Chuiyu mengumpulkan keberaniannya dan memberikan salam dengan kepalan tangan dirangkapkan di depan dada, “Itu memang saya. Bagaimana saya harus memanggil Nona?”
Qu Qingyin menatapnya dengan pandangan menyelidik. Sudut mulutnya terangkat, membuat senyumnya melebar. “Aku pernah melihatmu sebelumnya, di Jalan Chuan Shan.” Pada saat itu dia masih harus menangkap seorang pezinah dan membunuh seorang penjahat kejam, saat di mana hasrat membunuhnya memuncak.
Liu Feng tersenyum pada temannya dan berkata, “Sepertinya bukan hanya kau yang punya ingatan hebat. Ingatannya juga sangat kuat.”
“Aku hanya tak berpikir bahwa pada saat itu, orang yang telah beradu pandang denganku, ternyata adalah pria hidung belang yang terkenal di Dunia Persilatan, Ji Chuiyu.”
Liu Feng tertawa dan bertanya, “Dan andai kau sudah tahu?”
Qu Qingyin menatapnya, “Pada saat itu, apa hubungannya hal itu denganku?”
Liu Feng tertawa lantang. Dikatakan dengan bagus sekali. Saat suatu hal tak berhubungan dengan dirinya, dia takkan peduli sedikit pun.
Ji Chuiyu juga memelototi Liu Feng.
Liu Feng tersenyum dan mengenalkan pada Ji Chuiyu, “Nama keluarga Qu, Qu Qingyin.”
“Itu bukan nama yang buruk.”
“Nama Tuan Muda Ji juga tidak buruk.”
“Nona silakan masuk dan duduk.”
“Tak usah. Pertemuan kawan lama ini adalah antara kalian berdua, lebih baik aku tidak ikut campur. Sementara itu, aku akan bilang pada si utusan agar meninggalkan sarapan bagianku di kamarku.” Setengah kalimat bagian belakang diarahkannya pada Liu Feng.
Liu Feng mengangguk, “Kalau tak ada apa-apa, lebih baik tidak meninggalkan wisma.”
Gadis itu hanya menjawab dengan dua kata, “Bawel sekali.”
Melihat Qu Qingyin berbalik untuk pergi, wajah Ji Chuiyu menjadi cerah dengan seulas senyum menggoda, “Feng Kecil, kau benar-benar telah bertemu dengan monster betina yang akan menyiksamu. Kakak ini hanya ingin mengucapkan padamu ‘semoga beruntung’.”
Liu Feng dengan kesal mengibaskan tangannya, “Makasih.”
***
Kali kedua Liu Feng melompat masuk melalui jendela Qu Qingyin, gadis itu sedang membaca sebuah buku.
Sudah jelas bahwa dia baru saja mandi. Rambut panjangnya msih lembab. Tampaknya gadis itu sedang menunggu agar rambutnya kering dahulu sebelum tidur.
“Untuk apa kau datang kemari?” Qu Qingyin bertanya santai.
“Untuk tidur.” Liu Feng menjawab pendek.
“Kamarmu sepertinya bukan yang ini.”
Liu Feng langsung menuju ranjang gadis itu dan berbaring, kepala berbantalkan kedua tangan, dan berkata, “Bisakah aku bilang kalau ada merpati yang menempati sarang murai?”
“Ji Chuiyu?”
“En.”
“Dia sudah bekerja keras siang dan malam selama beberapa hari terakhir ini. Jadi malam ini dia datang kemari untuk mengejar kekaurangan waktu tidurnya?”
Nada mencemooh gadis itu membuat Liu Feng tertawa. Dia berpaling untuk menatapnya, “Haruskah kau bicara tanpa sedikit pun ditutupi?”
Qu Qingyin tak setuju, “Yang kukatakan itu benar, kan?”
“Bahkan meski itu benar, seorang wanita sepertimu mengucapkannya seperti itu jadi agak….”
“Bagaimana denganmu? Seorang pria dewasa sepertimu selalu datang untuk bermalam di kamar seorang wanita, apa artinya ini?”
“Bagaimana bisa kau mengatakan ‘selalu’, ini kan tak lebih dari kali ke dua.”
“Benarkah?”
“Kalau kau tak keberatan, maka kupikir membuatnya jadi ‘selalu’ juga tidak masalah.”
Qu Qingyin menatapnya dengan sorot dingin, lalu lanjut membaca bukunya.
Liu Feng terus bicara: “Pertemuan pendekar ini sudah hampir berakhir. Setelah ini kau berencana akan ke mana?”
“Apa maumu?”
“Aku sedang berpikir, agar ‘tidak lagi’ menjadi ‘selalu’, aku pasti akan harus mengikutimu untuk mendapatkan kesempatan itu.”
Qu Qingyin meletakkan buku di tangannya, berjalan ke arah jendela, mengulurkan tangan dan menutupnya, lalu melangkah menuju ranjang.
Liu Feng menunggu dalam diam untuk melihat apa yang direncanakan gadis itu.
Qu Qingyin meletakkan tangan pada kelepak bajunya, menatap Liu Feng, lalu bicara dengan sungguh-sungguh, “Kalau kuberikan diriku padamu, apakah kau takkan lagi mengikutiku?”
Liu Feng berbaring telentang di ranjang, menatap langit-langit tempat tidur, suaranya terdengar berat. “Aku benar-benar ingin mengiyakan, tapi, kalau itu masalahnya, kemungkinan besar aku malah jadi lebih tak bisa melepaskanmu.”
Mendengat hal ini, Qu Qingyin tertawa. Tangannya menarik bajunya hingga terbuka, menampakkan pakaian dalam berwarna peach di baliknya.
Kain seputih salju perlahan jatuh ke lantai, selangkah demi selangkah dia berjalan menuju tempat tidur.
Liu Feng sudah menutup matanya. “Qingyin, laki-laki tak bisa terus-terusan menahan diri bila berkali-kali dirangsang.”
Qu Qingyin melemparkan pakaian dalamnya ke sisi ranjang, tubuhnya dicondongkan ke arah pria itu. “Liu Feng, kau menginginkannya, aku juga bersedia, bukankah ini adalah kepuasan bagi kita berdua?”
Liu Feng bisa merasakan tekanan tubuh gemulai gadis itu di atas tubuhnya sendiri, tenggorokannya tak bisa untuk tidak mengencang, tangannya terus-menerus berkeringat. “Kau… yakin?”
“Tentu saja.”
Dalam sekejap, Liu Feng membalikkan Qu Qingyin, menekan gadis itu di bawahnya. Tangannya menggapai, menurunkan kelambu dalam satu gerakan. Lalu sejenak kemudian pakaiannya sendiri telah tersebar di atas lantai.
Mata Qu Qingyin tetap terpejam, seluruh dirinya masih berada dalam dunia penuh keajaiban yang memabukkan, masih belum kembali pada kenyataan.
“Qingyin-ku.” Liu Feng berbisik pelan di telinganya. Pria itu menciumnya dalam-dalam, terus mengisap bibirnya.
Qu QIngyin menghindar dari bibir dan lidah menuntut pria itu. Menempatkan tangannya ke dada Liu Feng, dia tak sanggup menahannya lagi dan perahan memohon, “Jangan.”
Liu Feng bersikeras menempelinya. Tangan pria itu masih berada di bagian tengah tubuhnya, merayap naik, “Aku baru saja mendapatkan keterampilan ini, menikmati yang terbaik, mana mungkin aku berhenti sekarang?”
Qu Qingyin memukulnya. “Sudah melakukannya beberapa kali, aku begitu lelah.”
“Tapi teriakanmu yang barusan tadi begitu – penuh perasaan.”
Selruh wajah Qu Qingyin memerah, tangannya memukuli pria itu sekuat tenaga, “Bajingan.”
Liu Feng tertawa pelan, “Tapi kau benar-benar menyukai bajingan ini?”
Qu Qingyin mengulurkan tangan dan menjepit bibir pria itu, “Sekarang ini aku membencimu setengah mati. Seandainya saja aku tahu lebih awal, aku takkan memberimu apa-apa.”
Liu Feng melebarkan kaki Qu Qingyin, sekali lagi memasukinya, mendesakkan diri sembari tertawa pelan dan berkata, “Obat untuk penyesalan tak bisa dibeli di dunia ini, kau hanya harus menerima nasibmu.”
Karena tenaga yang digunakan Liu Feng padanya, tangan Qu Qingyin terayun untuk mencengkeram bahu pria itu. Bagai ikan yang kehabisan oksigen, bibirnya terbuka, terengah menarik napas. Sorot menggoda di matanya tak bisa ditutupi, membuat orang yang berada di atasnya menjadi semakin tak terkendali.
Di tengah malam yang penuh hasrat, ritme kesenangan perlahan-lahan memudar. Ayam jantan berkokok, menandakan datangnya pagi hari.