The Glass Maiden - Chapter 15
Chu Lei mengikatkan tubuh siluman itu pada pedang pusaka dan mengirimnya kembali ke Sekte Shaoyang. Chu Yinghong dan Dongfang Qingqi sama-sama terluka dan tak boleh banyak bergerak, jadi mereka pun tetap tinggal di Kota Lutai dan akan kembali ke Sekte Shaoyang setengah bulan kemudian untuk menonton Turnamen Tusuk Rambut Bunga.
Begitu Chu Lei pergi, anak-anak pun merasa jauh lebih rileks. Kepala Sekte Shaoyang itu tak pernah menjadi sosok yang humoris, seperti batu yang menakutkan, dan dengan ada dirinya di situ, anak-anak pun jadi tak berani bercanda. Chu Yinghong dan Dongfang Qingqi, yang tertinggal di belakang, keduanya lucu dan humoris, sehingga anak-anak pun jadi jauh lebih berani.
Begitu urusan memburu siluman telah dibereskan, tibalah giliran anak-anak untuk menjalankan operasi rahasia – menyelamatkan manusia duyung yang telah difitnah.
Para pemburu yang telah mengikuti mereka naik gunung sebelumnya pun kembali dan menyebarkan kabar kalau silumannya sudah disingkirkan. Tentu saja, beberapa penduduk kota percaya dan ada beberapa yang tidak. Bagaimana bisa siluman yang tak bisa dimusnahkan dengan sedemikian banyaknya orang dan sumber daya bisa dengan mudah dibereskan oleh dua atau tiga orang? Terlebih lagi, tangki kaca dengan manusia duyung terkurung di dalamnya masih dipertontonkan di depan Yamen. Kabarnya salah satu siluman yang meneror tempat itu bersembunyi di dalam air, jadi pasti memang begitu.
Karena para pemburu tak punya bukti dan telah berdebat selama beberapa hari tanpa hasil, mereka pun tak mau repot-repot untuk membicarakannya.
Akan tetapi, Xuanji sudah tidur selama dua hari, dan saat dia tidur, Chu Yinghong begitu cemas sehingga dia berpikir kalau sesuatu telah terjadi lagi pada gadis itu. Namun, wajah Xuanji merona dan cerah, dan bahkan ketika dia meminta seseorang untuk memeriksa nadi Xuanji, mereka bilang kalau gadis itu tidak sakit. Jadi kenapa dia tak kunjung bangun?
Tepat pada saat semua orang telah kehabisan akal, Xuanji akhirnya terbangun pada siang hari ketiga. Chu Yinghong, yang selama ini telah merawatnya, kegirangan dan menanyakan bagaimana perasaannya.
Si gadis kecil mengerjapkan matanya dengan nanar, alisnya tiba-tiba mengernyit dan dia mendesah, “Bibi Hong, aku lapar sekali.”
Chu Yinghong tersenyum, “Tentu saja kamu lapar! Kau sudah tidur selama tiga hari!” Dia membantu Xuanji duduk dan berkata, “Kamu mau makan apa? Katakan pada Bibi Hong, aku akan minta seseorang untuk memasakkannya untukmu.”
“Apa saja boleh, selama mengisi perut.”
Xuanji turun dari ranjang dan mengenakan sepatunya. Tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu dan bertanya, “Di mana Sifeng dan Shixiong Keenam? Oh ya, apakah kalian sudah menangkap kedua siluman itu?”
Seraya Chu Yingyong merapikan rambutnya, wanita itu berkata, “Kami sudah menangkapnya! Mereka sedang makan di bawah, jadi bagus kalau kau sudah selesai membersihkan diri, turunlah dan makan sama-sama.”
Pada saat ini, Zhong Minyan dan Yu Sifeng memang ada di bawah, namun bukannya makan, mereka malah diam-diam mendiskusikan rencana untuk menyelamatkan si manusia duyung di siang hari. Mulanya, Zhong Minyan tak bersedia ikut campur dalam urusan ini, namun dirinya telah dibuat tergerak oleh pidato panjang dan bernada aneh dari Yu Sifeng.
Meski mereka telah menjadikan kultivasi sebagai tujuan seumur hidup mereka, mereka tak pernah lupa untuk melakukan jasa-jasa baik. Sekarang karena si manusia duyung itu lemah dan teraniaya serta hanya ada mereka yang jumlahnya sedikit ini yang mengetahui kebenaran tentang para siluman itu, maka bukankah ini adalah saat yang tepat untuk menjadi pahlawan?
Bagaimanapun juga, mereka hanya anak-anak, mereka tak bisa tinggal diam, dan mereka ingin melakukan sesuatu yang besar pada setiap kesempatan yang mereka miliki.
“Kalau begitu sepakat!” Yu Sifeng merendahkan suaranya, bahkan merundukkan kepalanya, dan memberi penampilan misterius dari gaya ‘kita sedang mendiskusikan urusan militer’, “Aku akan pergi – dan mengalihkan perhatian – mereka lebih dahulu. Kau lalu pergi – ke sana dan – hancurkan tangki itu!”
Zhong Minyan mengangguk berulang kali dan berkata, “Kalau seorang petugas datang untuk menghentikanmu, nyalakanlah bom asap. Aku akan pergi bersama dengan si manusia duyung. Jangan lupa untuk menutupi wajahmu. Akan jadi masalah kalau seseorang mengenalimu!”
“Kau benar! Kau tak boleh – dikenali!” Yu Sifeng merundukkan kepalanya dan menyentuh kantong kecil di pinggangnya dalam waktu lama, mengeluarkan dua helai kain hitam, dan menyerahkan satu pada Zhong Minyan, “Kamu satu, aku satu. Ayo kita lakukan ini – setelah makan!”
“Aksi apa?” Kedua pemuda itu membeku saat mendengar suara pertanyaan dari belakang tersebut.
Ketika Yu Sifeng menoleh, dia memaksakan senyum dan berkata, “Bukan, bukan apa-apa….” Tiba-tiba dia melihat bahwa orang yang ada di belakangnya bertubuh mungil dan cantik. Bukankah dia adalah Xuanji? Dia pun mau tak mau jadi terkejut, “Kau, kau sudah bangun!”
Xuanji mengangguk dan duduk di seberang mereka, “Aku bangun barusan tadi. Apa yang kalian bicarakan?”
Yu Sifeng tak mau membawa Xuanji serta sejak awal, dan kata-kata yang diucapkannya pada kali terakhir hanyalah untuk menyapa gadis itu. Lagipula, untuk menyelamatkan si manusia duyung, orang harus gesit, dan gadis ini tidak pandai dalam hal apa pun, dan hanya hebat dalam memperlambat.
Dia memikirkannya, dan kemudian dengan ragu berkata, “Ya… Eh…. Yah….”
Xuanji, meski demikian, menepukkan tangannya dan tertawa, “Kalian berniat menyelamatkan manusia duyung itu, kan? Kapan? Apa aku juga bisa ikut?”
Dia mendapati kalau hal itu sangatlah seru sehingga dia tak mau bermalas-malasan lagi.
Yu Sifeng menatap Zhong Minyan dengan raut getir, namun yang bersangkutan tampak pucat dan gugup. Ditatapnya Xuanji lurus-urus. Sifeng pun bertanya lantang, “Kau lihat apa?”
Zhong Minyan sedikit terperanjat, menghilangkan ekspresi di wajahnya, dan berkata pelan, “Bukan apa-apa…. Ini cuma tambahan satu orang lagi, tambahan satu tenaga lagi, bagus juga kalau membawanya serta.”
“Itu bukan gayamu – yang biasa, Zhong Xiong!” Yu Sifeng menatapnya dengan kaget, namun dia lalu menganggukkan kepala untuk menyetujui, “Bawa dia juga. Kalau tidak, kalau dia – ditinggal sendiri, akan jadi lebih – merepotkan kalau gurunya – tahu tentang ini.”
Yu Sifeng pun tak punya pilihan selain mengiyakan.
Xuanji dengan penuh senyum maju untuk menepuk bahu Zhong Minyan dan berkata, “Sungguh langka kau setuju secepat ini….”
Sebelum dia selesai bicara, dilihatnya Zhong Minyan mengkeret mundur dengan ketakutan, seolah tangan yang diulurkannya bukanlah tangan, melainkan cakar dari suatu monster.
Xuanji tertegun, dan demikian juga halnya dengan Yu Sifeng. Akan tetapi, orang yang bereaksi paling keras adalah Zhong Minyan, yang terbatuk sekali dan tampak gelisah, “Aku… uh, kurasa aku terlalu gugup pada saat sebelumnya saat aku pergi menangkap siluman dan aku masih belum pulih… ayo makan! Ayo kita beraksi setelah makan.”
Apakah ada sesuatu di tangannya? Xuanji tak bisa menahan diri untuk menunduk menatap tangannya. Tangan itu masih sama seperti sebelumnya, kecil dan empuk, tak ada bedanya. Ada apa dengan Zhong Minyan?
Pada saat itu, Chu Yinghong memesan makanan, duduk dan berkata seraya tersenyum, “Kalian anak-anak ini, berlagak seolah sedang mendiskusikan sesuatu yang penting dan rahasia. Ketua Sekte sudah pergi, dan semua orang jadi segembira monyet.”
“Ayah sudah pergi?” Tak heran aku tak melihat dia. Xuanji seketika merasakan rileksasi yang tak tergambarkan.
Chu Yinghong mengangguk, “Turnamen Tusuk Rambut Bunganya lebih penting. Oh ya, siang ini, aku harus pergi ke gua bersama dengan Pemilik Pulau. Elang Gu itu sudah menghilang secara misterius, jadi aku harus menemukan alasannya. Kalian semua tetap tinggallah di penginapan ini, jangan pergi ke mana-mana dan jangan membuat masalah, mengerti?”
Langit telah membantu kita! Ketiga anak itu, dengan rahasia dalam hati mereka, kesemuanya mengiyakan untuk melakukan seperti yang telah diperintahkan kepada mereka. Kini tak ada lagi orang dewasa di dalam rumah, dan kotanya masih berada dalam kendali mereka?
Seperti yang diharapkan, Chu Yinghong dan Dongfang Qingqi meninggalkan penginapan segera setelah makan.
Di dalam penginapan itu, ketiga anak tersebut kembali menyusun ulang rencana penyelamatan mereka dan memberinya nama: Insiden Mutiara. Mereka menamainya ‘Insiden Mutiara’, karena air mata yang dikeluarkan oleh manusia duyung akan berubah menjadi mutiara.
“Rencananya sedikit berubah. Xuanji dan aku akan bersembunyi di tempat tidak jauh dari tangki kaca, dan kau, Sifeng, akan menyamarkan dirimu sebagai orang lewat biasa dan memakai jurus menjentikkan jarimu untuk memecahkan tangkinya saat tak ada orang yang melihat. Pada saat itu, semua orang akan jadi panik, jadi kau harus memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan bom asap dan Xuanji serta aku akan keluar untuk menyelamatkan orang itu. Kita akan ketemuan di depan danau di kaki Gunung Lutai.”
Zhong Minyan merencanakannya secara serius, menggambar sketsa pada selembar kertas sembari dia bicara. Akhirnya, mereka bertiga pun telah menghapal semua yang harus mereka kerjakan, dan Yu Sifeng memberi Xuanji selembar kain hitam untuk menutupi wajahnya.
Sifeng mencobanya sendiri terlebih dahulu, menutupi wajah dengan kain hitam, dan tiba-tiba melihat Xuanji sedang memandangi dirinya saat dia menolehkan kepala. Wajahnya merona, dan dia pun tergagap, “Kau, lihat-lihat apa, kau lihat apa?”
Xuanji menatapnya dengan kepala dimiringkan, “Ah, kapan kau melepaskan topengmu? Bukankah kau bilang kau takkan melepaskannya?”
Wajah Yu Sifeng menggelap, “Topeng itu, rusak. Topengnya dirusakkan siluman.” Saat dia melihat mata besar berbinar Xuanji masih terpancang pada wajahnya, dia pun merasa malu dan tersipu, “Kau, bagaimana kau bisa – melihat orang – seperti itu! Gadis Dataran Tengah, yang benar saja!”
Dan dirinya tak lagi mengenakan topeng! Xuanji pasti telah melihatnya saat turun barusan tadi, namun gadis itu tak bereaksi sama sekali, membuatnya gugup selama sesaat, berpikir kalau dirinya buruk rupa. Hanya Langit yang tahu apa yang terus-terusan dilihat oleh mata gadis ini!
Xuanji menatapnya lagi dalam waktu lama, dan saat pemuda itu sudah hampir marah, gadis itu menghembuskan napas lega dan tersenyum, “Sifeng, kamu sangat enak untuk dilihat. Aku suka kamu seperti ini, jangan pakai topeng lagi sejak saat ini! Apa yang memalukan hingga perlu ditutupi?”
Begitu hal ini terucap, seluruh ruangan pun menjadi sunyi senyap.
Wajah Yu Sifeng berubah-ubah merah dan hijau selama sesaat, dan kini dia benar-benar tak mampu menahan sepatah kata pun lagi.
Di tengah hari, dia pun mengeluarkan serentetan kata-kata aneh dengan nada yang ganjil, yang mana pasti merupakan dialek dari kampung halamannya. Saat dia selesai bicara, dia pun bangkit dan meninggalkan meja, berjalan menuju pintu, dan melambaikan tangan dengan punggung menghadap ke arah mereka, berkata, “Ayo, kita pergi!”
Xuanji mengikutinya perlahan dan tiba-tiba mendengar Zhong Minyan memanggil dirinya dari arah belakang.
“Xuanji, kamu…,” bisiknya dengan suara lirih, dengan emosi yang tak tergambarkan, suram dan muram.
Ada apa? Xuanji menatapnya dengan penasaran.
“Nggak, bukan apa-apa.” Zhong Minyan menepuk bahunya, “Ayo pergi. Kali ini jangan hambat kami.”