The Glass Maiden - Chapter 19
Mereka beristirahat di penginapan selama semalam, kemudian bertolak ke Puncak Shaoyang pada keesokan harinya.
Butuh hampir setengah bulan untuk menangkap siluman kali ini, dan ini adalah kali pertama Xuanji berada jauh dari rumah dalam waktu yang sedemikian lamanya. Dia benar-benar merindukannya.
Aku ingin tahu bagaimana kabar Linglong. Apa dia masih marah karena dia tidak ikut?
Kukira Ibu takkan mencemaskan lagi tentang hal itu, mungkin Ibu bahkan membuatkan banyak makanan lezat untuknya!
Setelah pulang, aku tak perlu tinggal di Gua Mingxia yang menakutkan itu lagi, dan aku masih bisa menonton Turnamen Tusuk Rambut Bunga. Xuanji tiba-tiba merasa bahwa harinya cukup bagus.
Ketika Chu Yinghong melihat gadis itu diam-diam tertawa di depannya, dia pun bertanya, “Kau sudah ketawa-ketiwi dari kemarin hingga hari ini. Ayo katakan pada bibi Hong, apa yang membuatmu sesenang itu?”
Xuanji mendekatkan tubuhnya ke dada Chu Yinghong dan menatap awan-awan yang berarak di bawah kakinya lalu berbisik, “Semuanya menyenangkan. Aku tak pernah tahu kalau aku akan segembira ini saat aku keluar untuk bermain. Juga, aku akan lebih gembira lagi kalau berpikir aku bisa pulang setelah pergi keluar.”
Chu Yinghong tertawa, “Gadis kecil sedang kangen rumah! Kau hanya keluar selama setengah bulan. Saat kau berusia enam belas tahun, kau akan harus berlatih di gunung.”
Xuanji berkata cemas, “Lantas… apa aku tak bisa keluar? Atau, pergi selama beberapa bulan dan pulang untuk berkunjung?”
Chu Yinghong menggelengkan kepalanya, “Xuanji, kau harus menjadi dewasa dan meninggalkan perlindungan keluargamu. Meski kau adalah seorang anak perempuan, kau harus belajar untuk menjadi orang yang berguna dan tak boleh merepotkan semua orang lagi seperti kali ini. Ini bukan hanya untuk melatih dirimu sendiri, tetapi juga untuk melindungi orang-orang yang ingin kau lindungi. Apa kau ingin melihat orang-orang yang kau sayangi terluka atau bahkan mati demi melindungi dirimu sendiri?”
Bibir Xuanji bergerak, tak mampu berkata-kata.
Insiden ini benar-benar telah memukul dirinya dengan keras. Dia dulu biasa hidup dalam dunianya sendiri dan tak mau repot-repot melihat keluar, namun kemudian dia menyadari bahwa dunia luar sama sekali tidak seperti itu. Ternyata dirinya benar-benar tidak mampu melakukan apa-apa.
Ketika Chu Yinghong melihat kalau Xuanji tak mengatakan apa pun, dia juga tak mengucapkan apa-apa.
Tidaklah baik untuk bicara terlalu banyak tentang beberapa hal tertentu, khususnya untuk seorang anak seperti Xuanji.
Setelah lewat setengah hari, si gadis kecil tiba-tiba bergerak dalam pelukannya, seperti seekor hewan kecil yang lembut, perlahan meraih tangannya dan berbisik, “Bibi Hong, aku ingin jadi orang yang berguna. Aku tak mau menyusahkan semua orang lagi.”
Hati Chu Yinghong merasa luar biasa gembira. Dia balas menggenggam tangan Xuanji dan berkata lembut, “Bibi Hong akan mengajarimu banyak hal. Saat kau kembali ke Puncak Shaoyang, kau bisa belajar dari Bibi Hong.”
Xuanji mengangguk tanpa bicara untuk waktu yang lama, kemudian tiba-tiba mendongak dan berkata, “Bibi Hong, aku ingin belajar cara terbang di atas pedang terlebih dahulu. Tidak apa-apakah?”
Chu Yinghong tertawa, “Baiklah… aku akan lakukan apa pun yang kau inginkan. Tapi Xuanji, namanya bukan terbang di atas pedang, namanya terbang bersama pedang….”
Seraya berkata demikian, Chu Yinghong dengan sengaja memberikan tekanan pada kakinya yang ada di atas pedang, dan pedang di bawah kakinya pun meliuk dan berputar di udara seperti seekor ular, naik dan turun, ke kanan dan ke kiri. Awan-awan di bawah kaki mereka bagaikan kasa putih, dibelah oleh pedang, menerpa rambut mereka dan dengan usilnya menyelusup di antara jemari mereka.
Xuanji tertawa kegirangan.
Di tengah-tengah tawa itu, mereka pun kembali ke Sekte Shaoyang, yang mereka telah jauh darinya selama setengah bulan.
Ketika mereka tiba di Puncak Shaoyang, Chu Yinghong dan Dongfang Qingqi pun pergi ke puncak untuk menemui Kepala Sekte.
Menghitung hari, masih ada sisa dua hari sebelum Turnamen Tusuk Rambut Bunga dimulai secara resmi, dan orang-orang dari semua sekte seharusnya mulai berdatangan satu demi satu. Ada banyak hal yang harus dilakukan selama periode ini, seperti mengakomodasi semua orang, mengatur tempat turnamen, dan meletakkan siluman anjingnya.
Para orang dewasa sibuk dengan urusannya, sementara anak-anak bermain di antara mereka sendiri.
Xuanji gelisah ingin pulang untuk mencari ibunya dan Linglong. Zhong Minyan tentu saja juga pergi untuk menemui gurunya. Lalu untuk Yu Sifeng, dia ingin mencari gurunya, namun ditarik pergi oleh kedua anak lainnya, berkata bahwa mereka akan mengenalkan Linglong dengannya. Kelompok teman baik itu akan berubah dari segitiga besi menjadi segiempat.
Merasa enggan untuk menentang mereka, Yu Sifeng pun harus pergi bersama mereka. Sebenarnya, dia tak berani menemui gurunya dan yang lain secepat itu. Topengnya sudah rusak, dan banyak orang telah melihat wajahnya. Dia tak tahu bagaimana mereka akan memarahi dirinya. Hal itu bisa ditunda untuk sementara.
Begitu Xuanji kembali ke griya yang dikenalnya, dia pun mengedarkan pandangan dan memanggil, “Ibu, Linglong! Aku pulang!”
Begitu suara itu terdengar, pintu langsung ditendang hingga membuka dan sebuah sosok mungil memelesat keluar lalu menerjangnya, hampir membuat Xuanji terjengkang.
“Xuanji, Xuanji! Aku sangat merindukanmu! Kau akhirnya kembali!” Linglong memeluk lehernya erat-erat dan berteriak sekuat tenaga.
“Linglong… aku nggak bisa napas… telingaku akan jadi tuli…!”
Xuanji membisikkan protes yang tampaknya sia-sia belaka, dan Linglong berada di atas tubuhnya, merabainya dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Kau baik-baik saja? Aku sangat-sangat cemas. Aku tak bisa tidur dengan baik! Cepat! Biar kulihat apakah tangan dan kakimu berada dalam kondisi yang baik!”
“Aku baik-baik saja….” Xuanji merasa pusing dan kelimpungan. Linglong jauh lebih hebat daripada siluman mana pun.
Linglong memeluknya lagi dan berteriak-teriak dalam waktu lama sebelum dia menemukan dua orang anak laki-laki yang memasang tampang kebodoh-bodohan sedang berdiri di belakang Xuanji.
“Ah, Xiao Liuzi!” Linglong kembali mulai memukulinya dengan penuh semangat, lalu menghambur ke arahnya dan memeluknya, merabainya dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk memastikan bahwa tangan dan kaki pemuda itu masih ada di tempatnya.
Zhong Minyan yang sudah mengenal kebaikan Linglong sejak lama, hanya mengulas senyum kecut, menyentuh kepala kecil gadis itu, dan berkata lembut, “Kami semua baik-baik saja, jadi berhentilah berteriak. Seluruh Gunung Shaoyang bisa mendengarmu berteriak.”
Yu Sifeng terbatuk di bagian belakang. Memang ya! Dia mengesah lirih, “Ah, gadis-gadis Dataran Tengah!”
Para Shixiong itu yang mendambakan gadis-gadis lemah lembut dan pemalu dari Dataran Tengah, andai mereka tahu betapa malasnya Xuanji dan betapa hebohnya Linglong, mereka akan dibuat mati ketakutan.
Linglong sudah melihat pemuda tampan di samping Zhong Minyan ini. Dia pun tak bisa menahan diri untuk menjungkitkan alisnya ketika dia mendengar si pemuda menggumam, dan berseru, “Apa yang kau katakan! Ada apa dengan gadis-gadis Dataran Tengah?!”
Yu Sifeng menyentuh hidungnya, mengetahui dengan baik masalah saat ini, “Bu, bukan apa-apa….”
Linglong merengut, meniru aksennya yang aneh, “Bu, bukan apa-apa… kau bahkan tak bisa bicara dalam dialek Dataran Tengah, jadi apa yang bisa kau katakan soal gadis-gadis Dataran Tengah! Hei, memangnya kamu siapa?”
Yu Sifeng kena sakit kepala. Dia bahkan tak bisa bersembunyi dari gadis ini, dan dirinya juga enggan untuk menjawab. Zhong Minyan dengan baik hati membantunya.
“Ini adalah Yu Sifeng, seorang murid dari Istana Lize. Kami bertemu dengan Wakil Penguasa Istana di tengah jalan dan Beliau meminta dia ikut membantu kami menangkap siluman. Dia adalah teman baik kami dan telah banyak membantu kami di perjalanan.
Xuanji buru-buru mengangguk dan akhirnya dia punya kesempatan untuk menyela, “Ya, ya, Linglong! Sifeng adalah teman yang baik. Kau akan menyukai dia.”
Linglong mengentakkan kakinya dan berkata cepat, “Aku nggak suka dia! Aku nggak suka! Aku sudah muak. Kenapa dia bisa pergi mengikuti perburuan siluman? Kalian semua bisa pergi, tapi aku harus tinggal di rumah dan merasa bosan! Aku benci! Aku bosan sampai mati!”
Xuanji hanya bisa berusaha membujuknya.
Ceritanya masih akan berlanjut, tetapi sebuah suara tawa terdengar dari pintu griya, “Shimei, berhenti membuat masalah. Kalau Guru tahu Beliau akan menghukummu lagi.”
Kaki Linglong menjadi lemas saat dia mendengar tentang ayahnya, jadi dia pun mengucek matanya dengan enggan, dan berkata nelangsa, “Shixiong Pertama mau memakai Ayah untuk menakuti aku!”
Xuanji buru-buru berbalik, dan sudah barang tentu, yang telah datang ini adalah Du Minxing. Setelah setengah bulan tak melihatnya, Du Minxing jadi tampak jauh lebih baik daripada sebelumnya. Pemuda itu telah sepenuhnya membersihkan bau cendekianya yang masam dan memiliki pembawaan yang lembut dan tenang.
Saat dia melihat Xuanji, Du Minxing tersenyum dan berkata lembut, “Xuanji, kau akhirnya pulang. Ibu Guru dan Linglong Shimei sudah merindukanmu sepanjang hari.”
Di seluruh Sekte Shaoyang, selain ayah dan ibunya serta Linglong, orang yang paling dekat dengan Xuanji adalah Shixiong Pertama, Du Minxing.
Du Minxing membelai kepala Xuanji dengan penuh kasih dan tersenyum, “Masuk dan ceritakan pada kami pengalamanmu menangkap siluman. Ini… adik ini adalah…?”
Melihat Du Minxing menatap dirinya, dan kemudian menatap tangannya yang digelayuti oleh Xuanji, Yu Sifeng entah bagaimana merasa agak jijik, jadi dia pun menekuk tangannya dan berkata lirih, “Aku adalah – murid Istana Lize – Yu Sifeng.”
Du Minxing tersenyum kecil, tak peduli soal sikap acuh tak acuhnya, dan hanya mengajak anak itu masuk ke dalam.
Begitu Linglong mendengar soal menangkap siluman, dia pun menjadi orang pertama yang berlari ke dalam rumah dan melambai balik ke arah mereka, “Ayo masuk! Xuanji, Xiao Liuzi, Sifeng! Aku ingin dengar cerita kalian soal menangkap siluman!”
Linglong begitu gembira sehingga dia melupakan semua pertengkarannya yang sebelumnya dengan Yu Sifeng dan menerima teman baik yang baru ini dengan mudah.