The Glass Maiden - Chapter 21
Keesokan paginya, He Danping pergi ke Puncak untuk mengatur Upacara Tusuk Rambut Bunga bersama dengan suaminya.
Anak-anak tidur hingga pukul tiga siang, dan setelah sarapan, mereka mengajak Yu Sifeng keluar untuk menikmati pemandangan di Gunung Shaoyang.
Gunung Shaoyang memiliki tujuh puncak, yang terbesar di antaranya adalah Puncak Shaoyang. Gua Mingxia, di mana Xuanji pernah dikurung, terletak di Puncak Beishanyang di utara. Di sana terdapat bebatuan terjal dan permukaan tanah yang curam, menyulitkan orang biasa untuk memanjatnya. Aula Zhenxia, yang bertugas dalam hal hukuman, juga terletak di Puncak Beishanyang dan dikepalai oleh Tetua He Yang.
Di antara tujuh puncak, Puncak Xiaoyang adalah yang paling indah. Meski tak setinggi dan semenjulang keenam puncak lainnya, tempat itu sarat dengan tumbuhan hijau, dan pemandangannya luar biasa indah. Seringkali terdapat hewan-hewan langka dan eksotis di sana. Ada banyak sumber mata air spiritual di belakang gunung. Ranting dan Buah Yu Zhi Kunlun tumbuh di sekitar mata air itu, menguarkan keharuman mereka.
Aula Yuyang, yang berada di bawah Chu Yinghong, terletak pada Puncak Xiaoyang.
Lima puncak lainnya adalah Qingyang, Bingyang, Jiyang, Yueyang, dan Zhongyang, dengan lima orang tetua lain bertugas pada aula-aula yang berbeda.
Enam puncak dan enam cabang berkumpul rapat di sekitar puncak tertinggi, Puncak Shaoyang, dan sekte itu kokoh serta metodis. Yu Sifeng berjalan-jalan mengelilinginya, dan tak bisa untuk tidak merasa kagum dari dasar hatinya. Dia pun jadi mengerti kenapa Sekte Shaoyang menjadi yang paling penting di antara kelima sekte.
“Dahulu, Guru selalu berkata – bahwa waktu, lokasi, dan keselarasan – di antara manusia – itu penting. Sekte Shaoyang memiliki ketiganya,- tak heran menjadi terkenal – di seluruh dunia,” ujarnya, tergagap di antara kata-katanya.
Linglong, yang berada di sisinya, tersenyum kepadanya, menertawai aksennya yang aneh.
Xuanji menarik Linglong ke belakang sehingga gadis itu takkan membuat Yu Sifeng marah.
“Linglong, jangan tertawa. Sifeng bukan berasal dari Dataran Tengah. Sudah bagus kalau dia bisa bicara seperti ini. Kita bahkan tak mengerti separuh pun dialek barat.”
Xuanji menatap Yu Sifeng dan bertanya seraya tersenyum, “Sifeng, Istana Lize itu seperti apa? Apakah menyenangkan?”
Saat mereka menyebutkan soal sektenya sendiri, Yu Sifeng tak bisa untuk tidak membusungkan dadanya.
“Istana Lize dibangun – di atas laut,” dia berkata, “meski di sana – tak punya cabang – sebanyak Shaoyang, tapi di Istana,- semua orang bersatu – seperti keluarga. Di depan istana – menghadap laut – paviliun putih besar – dibangun. Saudara-saudaraku – dan aku sering – memanjat ke sana – untuk melihat laut. Terkadang, kami akan – turun ke laut – untuk menangkap beberapa – ikan dan udang – yang aneh.”
Wajahnya penuh dengan kerinduan, seolah mengenang sebuah ingatan yang indah, dan sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat.
Linglong menepukkan tangannya dan tertawa, “Kedengarannya itu menyenangkan! Sifeng, bagaimana kalau lain kali Xuanji dan aku pergi ke istanamu? Kau tangkap ikan dan udang segar lalu kita akan berpesta! Oh dan ajak Xiao Liuzi juga!”
Rona wajah Yu Sifeng sedikit berubah dan dia menggelengkan kepalanya, “Tidak, tak bisa. Terlarang bagi wanita – untuk memasuki – Istana Lize.”
Linglong merengut tidak senang, “Aturan yang aneh! Aku tak percaya kalau tak ada murid wanita di Istana.”
Du Minxing menyela dari belakang, “Istana Lize tak menerima murid wanita, dan kudengar aturannya begitu ketat sehingga murid biasa tak diizinkan berhubungan sedikit pun dengan wanita di luar istana. Tampaknya Penguasa Istana adalah seorang pria sejati yang tegas dan sopan, dan aku benar-benar mengagumi dia.”
“Apa?” Linglong tak percaya, “Pria sejati macam apa yang memandang rendah wanita? Aku tak percaya kalau mereka tak menikah dan tak punya anak!”
“Memang. Bila masuk ke istana, terlarang untuk menikah seumur hidup.”
Kata-kata terus-terang Yu Sifeng mencengangkan orang-orang.
Zhong Minyan tak bisa menahan diri untuk buru-buru berkata, “Hei, Sifeng! Apa kau juga…?”
Yu Sifeng mengangguk tanpa bersuara dan tanpa sadar melirik ke arah Xuanji, namun gadis itu sedang berkonsentrasi pada Buah Yu Zhi Kunlun yang sedang dimain-mainkannya, seakan dia bahkan tak mendengarkan. Hati Yu Sifeng pun menggelap dan dia merasa sedih.
Zhong Minyan berseru melebih-lebihkan, “Tak heran kalian semua harus mengenakan topeng! Apakah itu alasannya? Kalau orang-orang melihat wajah asli kalian, apa mereka akan dihukum? Nggak mungkin! Kau akan menikahi orang pertama yang kau lihat? Astaga, aku… bagaimana dengan aku….”
Dia begitu ketakutan sehingga wajahnya menguning. Dia adalah orang pertama yang melihat wajah Sifeng! Bagaimana bisa dua orang pria menikah?
Yu Sifeng memelototinya dengan galak, “Bukan, aturan ini! Cuma….”
Aturannya hanya bahwa dia tak lagi berkualifikasi untuk mengenakan topeng. Tapi dia tak mau mereka tahu, dia tak mau mereka mencemaskan dirinya.
Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum, “Orang pertama yang – melihat wajahku, akan menjadi – saudara seumur hidup. Akan menjadi – saudara seumur hidupku.”
Zhong Minyan merasa tergerak dan menggenggam tangannya erat-erat, “Baiklah! Sifeng, kita adalah sahabat baik dan saudara seumur hidup!”
Xuanji menarik-narik lemah lengan baju Yu Sifeng, menunjuk pada wajahnya dan bertanya dengan suara rendah, “Bagaimana denganku? Bagaimana denganku?”
Linglong ikut-ikutan seraya tersenyum, “Ya! Dan aku! Kami semua melihatnya!”
Zhong Minyang tertawa, “Itu mudah! Kita berempat adalah sahabat seumur hidup, saudara… dan saudari yang baik!”
Kerumunan pun tertawa selama beberapa saat, namun Du Minxing sudah memasang api unggun di dekat Mata Air Spiritual dan memanggang ikan di atasnya. Dia berbalik lalu memanggil mereka, “Kalau kalian sudah cukup tertawanya, ayo makan sini!”
Saat mereka berlari ke arah meja, mereka melihat tiga ikan kecil dipanggang di atas api, dan Zhong Minyan berkata, “Mana ini cukup? Shixiong Pertama, setidaknya kau bisa menangkap dua lagi!”
Du Minxing tersenyum dan berkata, “Aku sudah menyuruh kalian menangkap ikan barusan tadi, tapi kalian semua terlalu pemalas. Sekarang aku juga tak makan banyak. Kalian bisa pergi untuk menangkap lebih banyak ikan sendiri!”
Linglong menepuk-nepuk Pedang Emas yang tergantung di pinggangnya da mengerutkan hidungnya, “Ayo tangkap beberapa ekor ayam hutan dan kelinci untuk dipamerkan padamu. Xiao Liuzi, ayo pergi!”
Memburu kelinci dan ayam hutan dengan Pedang Emas? Yu Sifeng menggelengkan kepalanya tanpa berkata-kata dan menepuk bahu Linglong, “Tunggu, biar aku – buatkan sesuatu.”
Di depan pandangan semua orang, pertama-tama Yu Sifeng mematahkan sebatang ranting dari pohon, menguji kekuatannya dengan tangan, dan kemudian mengeluarkan beberapa tali busur lembu* tebal dari dalam kantongan kulit kecil lalu mengikatkannya dengan kencang. Kemudian dia mengambil segenggam batu-batu kecil, memasangnya pada tali, menariknya, mengarahkan pada sebatang pohon, lalu melepaskan pegangannya.
(T/N: tali busur yang terbuat dari urat lembu)
Dengan suara bersiul, sebuah lubang pun muncul pada pohon di seberang mereka. Kulit kayunya bertebaran, menampakkan batang pohon seputih salju di dalamnya.
Mulut Linglong terbuka lebar dan selama sesaat dia tak bisa menutupnya.
Yu Sifeng menyerahkan ketapel yang telah dibuatnya dan tersenyum, “Pakai ini, lebih mudah.”
Linglong mengambilnya, membalikkannya, dan memandanginya selama sesaat sebelum mendongak lalu tersenyum manis pada Sifeng, berkata lembut, “Sifeng, kau benar-benar tahu banyak hal. Terima kasih.”
Sifeng hanya tersenyum dan tak peduli. Dia mematahkan beberapa ranting lagi, menajamkannya dengan belati, lalu membaginya dengan yang lain, kemudian pergi ke hutan untuk berburu ayam hutan dan kelinci.
“Mataku rasanya mau copot!” Saat Zhong Minyan melihat Linglong mengekori di belakang Yu Sifeng seperti ulat, dia jadi tak bisa melepaskan pandangannya dari wajah gadis itu, dan hatinya serasa terbakar, “Dia itu hanya membuat ketapel! Aku bisa buat juga!”
Linglong memberinya pandangan kosong, “Sana buru kelinci! Kebanyakan omong kosong!”
Setelahnya, Linglong berlari ke sisi Xuanji dengan sikap penuh rahasia dan menarik adik kembarnya itu mendekat untuk berbisik kepadanya.
“Hei, si Yu Sifeng itu… adalah orang yang cukup baik.”
Xuanji sedang berusaha memasangkan batu pada busur tali lembu dan menjawab, “Ya, Sifeng adalah orang yang sangat baik.”
“Kau juga suka dia?” Linglong menaikkan alisnya.
“Aku suka,” Xuanji berkata, namun setelah menunggu lama, Linglong masih diam saja. Ketika dia mendongak, dilihatnya bahu Linglong terkulai dan gadis itu tampak depresi.
“Ada apa denganmu?” Xuanji keheranan.
Linglong mengentakkan kakinya dan mencebik, “Lupakan saja, aku takkan mencuri darimu, yatou! Buatmu saja!”
Xuanji buru-buru meraih tangannya dan berkata, “Apa yang kamu bicarakan? Aku tak mengerti. Apa maksudmu?”
Linglong merona, merasa malu dalam waktu lama, “Cuma… bukankah kamu suka dia… aku akan membiarkanmu memiliki dia….”
Xuanji menatap nanar, “Aku suka dia, kenapa kau membiarkan aku memiliki dia? Aku menyukaimu dan Shixiong Keenam juga! Apa kau mau memberikan dirimu sendiri padaku? Aneh sekali….”
Wajah Linglong langsung mendapatkan kembali kecerahannya. Dia terkikik dan mengusap kepala Xuanji, “Dasar kau gadis kecil! Ibu memang benar. Kau itu anak-anak yang takkan pernah tumbuh dewasa! Baiklah, lebih baik jangan bicarakan soal itu. Ayo kita buru kelinci!”
Dia menarik Xuanji ke arah Yu Sifeng, terang-terangan mengabaikan Zhong Minyan yang ada di belakangnya, yang jadi begitu marah sampai-sampai melemparkan ketapelnya dan berbalik untuk duduk bersama dengan Shixiong-nya alih-alih bermain seperti orang bodoh dengan mereka.
“Ada apa?” Saat Du Minxing melihat raut muram Minyan, dia mengira kalau perburuan kelincinya tidak berlangsung dengan baik.
“Nggak ada apa-apa! Aku toh tidak diajak!” ujarnya dingin, seraya menambahkan kayu bakar ke dalam api.
Du Minxing hanya menganggapnya sebagai pertengkaran di antara beberapa anak dan tak menganggapnya serius, jadi dia pun memberi ikan pada Minyan dan mereka memakannya bersama-sama.