The Glass Maiden - Chapter 22
Setelah menemani Linglong dan Yu Sifeng menangkap kelinci selama sesaat, Xuanji berbalik dan melihat kalau Zhong Minyan telah menghilang, dan dia pun tak bisa untuk tidak bertanya, “Uh, di mana Shixiong Keenam?”
Linglong adalah seorang gadis kecil yang suka dengan hati yang baik. Dia tiba-tiba menaikkan rasa sukanya pada Yu Sifeng. Tak peduli Zhong Minyan ada di mana, dia hanya mengejar Yu Sifeng dan menonton pemuda itu menarik ketapel dan menembak kelinci. Pemuda itu tampak sangat keren.
Xuanji bertanya dua kali, namun tak seorang pun yang menjawabnya, dan Linglong serta Yu Sifeng bahkan mendiskusikan bagaimana cara memakai ketapel untuk menembak dengan akurat. Dia pun jadi tak punya pilihan selain mencari di sekeliling, tapi dari kejauhan, dia lalu melihat Zhong Minyan sedang duduk bersama Shixiong Pertamanya di depan mata air spiritual, entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Xuanji terlalu malas untuk menembak kelinci, jadi dia pun menyerahkan ketapelnya pada Linglong dan berlari ke sana untuk bergabung dalam kesenangan mereka.
“Hei, kenapa Xuanji keluar? Apa kau tak berburu lagi?” Saat Du Minxing melihat Xuanji keluar dari hutan, rasanya jadi lebih aneh lagi. Bukankah keempat anak ini baik-baik saja tadi?
Xuanji duduk di sampingnya, mengambil ikan panggang yang terakhir, menggigitnya, dan mendesis kepanasan, “Aku… nggak bisa bertarung dan itu nggak seru.”
Mengetahui kebajikan konsisten gadis itu, Du Minxing tersenyum dan berkata, “Makan pelan-pelan. Kalau tidak cukup, aku akan tangkap dua ikan lagi.”
Zhong Minyan sudah selesai memakan seekor ikan, dan sedang bersungut-sungut. Begitu dia mendengar soal ikan, dia pun menggosokkan lengan bajunya dan menawarkan diri, “Aku akan menangkapnya!” Dia melakukannya karena dia tak punya hal yang bisa mengalihkan pikirannya.
Seraya berkata demikian, dia pun melompat ke dalam kolam, dan serentetan gelembung besar pun naik ke permukaan air, namun tak ada yang terjadi dalam waktu lama.
Xuanji telah menunggu cukup lama, namun masih tak ada yang terjadi. Karenanya dia pun segera berkata, “Shixiong Keenam? Shixiong Keenam!” Dia memanggil beberapa kali, tapi tak ada seorang pun yang memerhatikan dirinya, jadi dia pun memucat dan mencengkeram pakaian Du Minxing, “Kenapa dia tak keluar juga?”
Du Minxing menyentuh kepalanya dan berkata, “Jangan cemas, Minyan adalah perenang yang baik, jangan khawatir.”
Xuanji menatap ke tengah danau. Dia tak tahu sudah berapa lama dirinya menunggu, tapi Minyan masih belum keluar juga. Sekarang bahkan Du Minxing juga jadi agak cemas. Du Minxing sudah akan melepaskan pakaian luarnya dan melompat ke dalam air untuk mencari Minyan. Tiba-tiba, Du Minxing mendengar suara ceburan air dan melihat wajah basah kuyup Zhong Minyan menyeringai pada mereka.
“Aku menangkap seekor ikan yang gemuk!” dia mengangkat lengannya tinggi-tinggi, dan di tangannya itu dia sedang menggenggam seekor ikan yang panjangnya sekitar dua kaki dan cukup gemuk.
Xuanji mencondongkan tubuh ke arahnya dan berkata, “Shixiong Keenam, naik ke sini, aku akan menarikmu.”
Rambut dan baju Zhong Minyan semuanya basah, dan titik-titik besar air bercucuran dari wajah tampannya. Cahaya mentari tampak begitu menyilaukan sehingga Xuanji mau tak mau jadi sedikit memicingkan matanya. Minyan menyeka wajahnya, tersenyum pada gadis itu, dan mengangkat tangannya untuk melemparkan ikan tersebut ke kaki Xuanji.
“Tangkap ini, gadis kecil. Ikan yang shixiong tangkap untukmu.” Dia lalu kembali melompat ke dalam danau.
Dia kembali melompat ke dalam danau dengan satu gerakan cepat dan lanjut menangkap ikan.
Xuanji tercengang dan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun saat dia menatap ikan gendut yang menggelepar di kakinya.
Wajahnya terasa panas menyengat, terbakar oleh cahaya mentari. Dengan lembut dan perlahan Xuanji menyentuh wajahnya, dan seakan telah menyentuh sesuatu yang tajam, mendadak menariknya kembali. Akhirnya, dia mengerutkan bibirnya dan memasukkan kembali tangannya ke dalam lengan baju.
Du Minxing sedang memanggang ikan, sudah membuang sisik dan isi perut ikan itu, saat dia mendengar suara-suara perkelahian di hutan.
Ternyata itu adalah Linglong dan Yu Sifeng yang kembali dengan tangan kosong.
“Kau bahkan tak mau membiarkanku melakukannya! Biar aku yang melakukannya!” Linglong memprotes dan berjalan menghampiri Xuanji lalu duduk di sampingnya.
Yu Sifeng mengernyit dan berkata, “Kau tak tahu – apa-apa. Kenapa biarkan – kamu melakukannya?”
“Kalau begitu kau bisa ajari aku! Kau begitu galak sejak awal sampai akhir, kukira kau orang yang baik!” Linglong menatap Sifeng dengan sorot penuh mimpi dan angan di wajahnya.
Yu Sifeng pun hanya berhenti bicara. Dia benar-benar tak tahu bagaimana cara menangani nona kecil ini dan dia kena sakit kepala saat bersama dengan gadis itu. Barusan tadi, baik Xuanji dan Zhong Minyan telah menghilang dalam sekejap, meninggalkan dia sendirian bersama dengan si iblis wanita, dan dia jadi begitu depresi.
Saat dia berputar dan melihat Xuanji sedang duduk sendirian di sana, terbengong-bengong menghadapi seekor ikan gemuk yang sedang dipanggang di atas api, dia pun mendekat dan bertanya kepadanya, “Kenapa kau kembali sendirian?”
Xuanji kemudian mendapatkan kembali kesadarannya dan tersenyum, “Aku tak tahu cara berburu dan terlalu malas untuk bergerak. Bukankah kau bersenang-senang dengan Linglong?”
Sifeng memaki, “Sama senangnya dengan hantu….”
“Aku tak menangkapnya – ayam hutan maupun – kelinci, sayang sekali. Apa kalian yang – menangkap ikan ini?” Yu Sifeng dengan cepat menyentuh ikan itu dengan jarinya, dengan mahir membalikkan dan lanjut memanggangnya.
Xuanji mengangguk, “Shixiong Keenam yang menangkapnya. Dia bilang….”
Shixiong Keenam bilang ikan itu ditangkap untuknya.
Xuanji tiba-tiba merasa cukup gembira dan ingin tertawa, namun lagi-lagi dia merasa konyol.
“Kenapa kau selalu memanggil dia ‘shixiong’?” Yu Sifeng mengeluarkan garam, meremasnya, lalu menaburkannya di atas ikan.
Xuanji terdiam. Tentu saja, dia ingin memanggil Minyan dengan nama kecilnya seperti halnya Linglong, dan bahkan memanggilnya Xiao Liuzi sebagai candaan. Tapi kalau dia mengucapkannya keras-keras, Zhong Minyan akan marah dan mengabaikan dirinya.
Xuanji tahu kalau Linglong berbeda, semua orang menyukainya. Sementara dia berbeda.
“Di mana Xiao Liuzi?” Linglong begitu marah sehingga baru sekarang dia teringat pada Zhong Minyan dan mengedarkan pandangan selama sesaat.
“Dia sedang menangkap ikan di kolam. Dia begitu marah sampai-sampai kembali kemari.”
Barulah pada saat itu Du Minxing selesai memakan ikan yang disantapnya pelan-pelan.
“Apa yang membuatnya marah begitu? Aku yang seharusnya marah.” Linglong melirik pada Yu Sifeng, bangkit, dan berlari ke tepi danau, lalu berteriak. “Liu! Xiao Liuzi! Naiklah!”
Begitu suara itu terdengar, Zhong Minyan keluar dengan dua ekor ikan. Dia menatap pada Linglong seraya tersenyum, dan kemudian berkata perlahan, “Kau akhirnya ingat padaku. Ada apa?”
Linglong mengentakkan kakinya, “Omong kosong apa yang kau bicarakan itu? Naiklah! Ikannya hampir gosong!”
Zhong Minyan melemparkan ikan itu pada Du Minxing, dan dengan satu tarikan napas, dia pun mendarat di tepian, sekujur tubuhnya basah kuyup. Dia menyeka wajahnya dan memeras bajunya sebelum duduk untuk berbagi ikan yang besar dengan Yu Sifeng.
“Kenapa kau lari begitu saja tadi tanpa bilang apa-apa?” Linglong mengurai rambut Minyan dan merapikannya dengan tangan.
Saat Zhong Minyan tak mengatakan apa-apa, Linglong pun menepukkan tangannya dan tertawa, “Kau pasti mengira kalau kita takkan bisa mengenai kelinci dan ayam hutan, jadi kau kembali untuk menangkap ikan, kan? Xiao Liuzi memang sangat pintar!”
Zhong Minyan tertawa, “Ya, ikannya tertangkap karena mereka ingin disajikan kepadamu, nona.”
Dia lalu memotong sebongkah daging dari bagian perut ikan dan memasukkannya ke dalam mangkuk Linglong, berkata, “Aku akan membantumu, ini. Makanlah selagi masih panas.”
Linglong dengan penuh senyum meraih lengan baju Minyan yang basah dan menggoyang-goyangkannya, “Aku tahu kalau Xiao Liuzi adalah yang paling baik! Paling pintar dan paling penuh perhatian!”
Begitu Linglong tertawa padanya, Zhong Minyan jadi tidak marah sama sekali.
Tiba-tiba dia melihat Xuanji duduk terbengong-bengong di sana tanpa bergerak, jadi dia pun memotong perut ikan sisi yang lainnya lalu memberikannya pada Xuanji, “Cepatlah, bodoh. Ikannya sudah dingin, tapi aromanya lezat.”
Xuanji berhasil tersenyum dan berbisik, “Terima kasih, Shixiong Keenam.”
Meski tak ada ayam hutan ataupun kelinci, ikan yang ditangkap oleh Zhong Minyan sudah cukup untuk mereka makan.
Saat mereka makan dan tertawa, mereka tiba-tiba mendengar suara dari belakang mereka, seolah ada orang yang datang kemari.
Mereka semua berbalik dan melihat Chu Yinghong memimpin beberapa orang murid dari Aula Yuyang, diikuti oleh lima atau enam pria berbaju biru dan bertopeng, tertawa dan bercanda pada saat bersamaan.
“Orang-orang bilang kalau tempat paling indah di Gunung Shaoyang adalah Puncak Xiaoyang. Sungguh beruntung bisa melihatnya sekarang. Tempat ini benar-benar patut mendapatkan reputasinya. Di sini sungguh adalah tempat yang indah di dunia.”
Pria di bagian depan berkata seraya tersenyum. Meski kecepatan bicaranya tak berbeda dengan orang biasa, aksennya sangat aneh, agak mirip dengan Yu Sifeng.
Chu Yinghong tersenyum dan berkata, “Anda terlalu baik, Penguasa Istana. Istana Lize menjangkau hingga beberapa li dan begitu megah serta menakjubkan sehingga membuat semua orang terpukau.”
Begitu dia selesai bicara, Chu Yinghong mendongak dan melihat beberapa orang anak berada di depannya, semua terkekeh dan menatapnya dengan mata berbinar, wajah mereka semua berminyak.
Dia tertegun dan bertanya, “Xuanji, Linglong, Minyan… kenapa kalian semua ada di sini?”
Linglong adalah yang paling cerdas dari semuanya dan berkata, “Kami ingin menunjukkan pada Sifeng pemandangan Puncak Xiaoyang. Ini adalah kali pertama dia di Sekte Shaoyang, jadi tentu saja kami melakukan yang terbaik untuk membantu dia.”
Begitu dia selesai bicara, si pria bertopeng tersenyum dan berkata, “Terima kasih kepada kalian semua atas keramahan kalian kepada si kecil itu. Dia tidak berpengalaman dan tak bisa bicara dengan baik. Harap jangan salahkan dia bila telah menyinggung.”
Mata kerumunan pun menyapu ke arah Yu Sifeng.
Dengan wajah pucat, perlahan Sifeng bangkit, berjalan mendekat, menekuk lututnya, dan berkata dengan suara yang dalam, “Murid, Yu Sifeng, menghadap Guru.”