The Glass Maiden - Chapter 23
Sebelum si pria berbaju biru bisa mengatakan apa-apa, seorang pria berbaju biru lain yang bertubuh lebih kecil di belakangnya tiba-tiba maju dua langkah, menunjuk pada ujung hidung Yu Sifeng dan berkata galak, “Di mana topengmu!”
Yu Sifeng jadi lebih terguncang lagi oleh amarah dalam kata-kata pria itu, dan tak mampu mengatakan apa-apa.
Si pria bertanya dingin, “Apa kau tahu kalau kau telah melanggar aturan Istana Lize? Kutanya padamu, apa kau tak peduli dengan Tiga Belas Perintah dari Istana Lize?”
Yu Sifeng jatuh berlutut di tanah dan gemetaran, “Murid ini – tahu salah! Saya bersedia dihukum!”
Si pria kemudian berkata, “Sudahlah. Saat kita kembali ke istana, penguasa istana akan membuat keputusan.”
Sebelum dia selesai bicara, si pria berbaju biru berkata, “Jangan cemas. SIfeng, kutanya padamu, bagaimana topengnya bisa lepas?”
Yu Sifeng ketakutan dan berbisik, “Saya diperintahkan oleh – Wakil Penguasa Istana – untuk membantu – Kepala Sekte Chu, mereka berlima, dalam menangkap siluman. Topengnya hancur saat – para siluman bertarung – dengan kami. Saya tak terlalu – hebat dalam melawannya – jadi memohon Guru – menghukum saya!”
Si pria berbaju biru berkata, “Oh,” dan mendongak. Semua orang merasa bahwa meski dia mengenakan topeng di wajahnya, matanya tampak bagai memancarkan listrik, menyapu wajah semua orang, sungguh tampak menakutkan.
“Setelah topengnya hancur, kau tak melakukan apa-apa untuk memperbaiki situasinya, tapi kau malah membiarkan lebih banyak orang melihat wajah aslimu, kan?” ujarnya perlahan.
Tubuh Yu Sifeng gemetaran dan dia terdiam dalam waktu lama sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.
Pria berbaju biru yang tadi memarahinya dengan begitu hebat tiba-tiba berbisik pada pria berbaju biru di depan, “Penguasa Istana, meski dia tak melanggar aturan atas kemauannya sendiri, dia masih saja mengabaikannya dan membiarkan dirinya sendiri bebas.”
Sang Penguasa Istana menganggukkan kepalanya. Selama sesaat, tak ada seorang pun yang bicara, dan tak ada seorang pun yang tahu hukuman macam apa yang akan diterima oleh Yu Sifeng.
Tiba-tiba, sebuah sosok kecil berdiri di belakang Yu Sifeng dan berkata dengan suara lantang, “Sifeng melanggar aturan demi menyelamatkan kami. Dia sedang dalam situasi kritis dan tak punya pilihan, jadi jangan hukum dia!”
Saat semua orang berbalik, mereka melihat Xuanji berdiri di belakang Yu Sifeng tanpa berekspresi, mata jernihnya menatap topeng yang dikenakan oleh Penguasa Istana, tidak takut maupun gugup.
Saat Linglong melihat Xuanji berlari keluar untuk membantu Yu Sifeng tanpa berkata apa pun, dan orang-orang dari Istana Lize ada di sisi yang lain, mau tak mau dia merasa takut, dan buru-buru menarik Xuanji mundur, mengisyaratkan kepadanya agar jangan bicara sembarangan.
Akan tetapi, Xuanji dengan acuh tak acuh meneruskan, “Sifeng telah menyelamatkan nyawaku dan nyawa Shixiong Keenam. Bagaimana bisa kami membiarkan penolong kami dihukum karena ini. Shixiong Keenam, kau setuju kan?”
Zhong Minyan mulanya ragu untuk maju dan membela Yu Sifeng. Lagipula, Chu Yinghong ada di sini, dan dia tak berani bersikap lancang. Namun ketika dia melihat Xuanji keluar dan menyebut-nyebut dirinya, dia pun tak bisa berbuat apa-apa, dan karenanya mengangguk lalu berkata lantang, “Ya! Sifeng adalah penolong kami dan sahabat terbaik kami! Dia bilang bahwa orang pertama yang melihat wajahnya adalah saudara seumur hidupnya. Karena dia adalah saudara kami yang baik, kami tak bisa melihat dia dihukum tanpa alasan! Kumohon Penguasa Istana memikirkannya lagi!”
Sang Penguasa Istana tersenyum dan berkata hangat, “Inikah yang kau katakan kepada mereka, Sifeng?”
Yu Sifeng terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya.
Sang Penguasa Istana kemudian berkata, “Lelucon dari muridku ini telah kalian berdua anggap serius. Ini adalah urusan keluarga bagi Istana, aku tak mau membicarakannya. Terima kasih atas kebaikan kalian kepadanya…. Sifeng, bangkit dan kembali ke Istana untuk membicarakannya.”
Yu Sifeng langsung bangkit dan berjalan dalam diam menuju iringan orang-orang berbaju biru dan bertopeng, tak pernah lagi mengangkat kepalanya.
Sang Penguasa Istana menangkupkan kedua tangannya kepada Chu Yinghong dan meminta maaf, “Saya telah membuat kalian semua tertawa. Masih belum terlambat, ayo pergi dan memberi salam kepada Ketua Chu.”
Chu Yinghong sedikit menyentuh bibirnya, menelan kembali kata-kata permohonannya, tersenyum dan berkata, “Murid-murid bicara tanpa pikir panjang, harap jangan tersinggung, Penguasa Istana.”
Kerumunan pun pergi menuju Puncak Shaoyang.
“Penguasa Istana!” Seseorang berteriak tajam dari belakang. “Saya tak tahu apakah nyawa manusia ataukah topeng yang penting, tapi benar atau salah, harus selalu jelas. Apakah tidak salah bila membuat nyawa orang lain berada dalam bahaya, bila dibandingkan dengan sebuah topeng?”
Ketika sang Penguasa Istana mendengar kata-kata ini, dia tiba-tiba berhenti lagi dan menatap ke belakang.
Pelakunya lagi-lagi Xuanji, yang berdiri tegak di tengah-tengah, menatap pria itu tanpa rasa takut.
Sang Penguasa Istana merenung dan menatap Xuanji selama sesaat, namun matanya tampak jernih.
“Sulit untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah,” dia berujar, “Nona Chu masih sangat muda, jadi takutnya dia tak mengerti alasannya. Kalau semua hal di dunia ini bisa dengan mudah dibedakan benar dan salahnya, maka perselisihan takkan perlu ada.”
Xuanji menggelengkan kepalanya, “Bagi Penguasa Istana, merupakan hal yang salah bagi Sifeng untuk membiarkan kita melihat wajah aslinya.akan tetapi, bagi kami, dia adalah seorang teman dan penolong. Bahkan bila sulit untuk membedakan yang benar dan yang salah, selalu ada sebuah perbedaan yang penting. Bisakah sebuah aturan bernilai lebih tinggi daripada dua nyawa?”
“Bagaimana kau bisa menilai aturan-aturan dari Istana Lize?” Si tamu berbaju biru dengan suara tajam di bagian belakang kembali meraung. Dia belum selesai bicara, namun langsung dipotong oleh sang Penguasa Istana dengan melambaikan tangannya.
“Nona Chu adalah putri dari kepala Keluarga Chu.” Sang Penguasa Istana berkata perlahan, “Tetapi ini adalah urusan keluarga bagi Istana Lize, tidaklah patut bagi orang luar untuk ikut campur.”
Chu Yinghong takut membuat keributan, jadi dia buru-buru berkata, “Xuanji, ini tak ada hubungannya denganmu, jangan bicara sembarangan!”
Xuanji berkata tenang, “Memang benar bahwa aturan dari Istana Lize tak ada hubungannya denganku. Tapi masalah dari teman-teman baikku adalah masalahku juga. Karena kalian ada sedemikian banyaknya, aku tentu saja tak bisa melakukan apa-apa tentang hal itu. Aku tahu apa yang benar dan apa yang salah, tapi apa kalian tahu?”
“Kau….” Si pria berbaju biru yang impulsif sudah akan berteriak lagi, namun akhirnya memaksa dirinya sendiri untuk menahannya dan memalingkan kepalanya agar tidak melihat Xuanji.
“Xuanji, hentikanlah!” Du Minxing menarik gadis itu ke belakangnya dengan wajah serius lalu menangkupkan kedua kepalan tangannya untuk memberi hormat kepada Penguasa Istana, “Xiao Shimei masih kecil dan sedang marah sehingga telah menyinggung Penguasa Istana, mohon Penguasa Istana tidak memasukkannya ke dalam hati.”
Sang Penguasa Istana malah tertawa dan menepukkan tangannya, “Bagus! Ya! Sudah jelas, ayah harimau memiliki putri harimau seperti dirinya! Kepala Aula Chu, Sekte Shaoyang sungguh menakutkan. Sungguh membuat iri.”
Kerumunan mendengar kata-katanya yang tanpa ada sarkasme dan juga kekesalan, serta akhirnya menghembuskan napas lega. Untung saja sang Penguasa Istana adalah orang yang murah hati, kalau tidak hal ini akan menimbulkan masalah dengan Istana Lize, dan akan mempermalukan kedua belah pihak.
“Sifeng.” Sang Penguasa Istana tiba-tiba memanggil namanya.
Yu Sifeng buru-buru maju, berlutut, dan berkata, “Murid di sini.”
“Apa kau memang telah menjadi sahabat baik dengan Nona Chu dan Tuan Muda Zhong?”
Pertanyaan aneh yang diajukannya memberi kekagetan dingin bagi Yu Sifeng. Setelah lama meragu, dia akhirnya berkata, “Ya! Dalam hidup saya, saya tak pernah tahu apa itu teman. Saat saya melihat mereka, saya jadi memahami apa artinya berada dalam keselarasan.”
Sang Penguasa Istana larut dalam pemikiran mendalam dalam waktu lama, dan kemudian dia berkata, “Kalau begitu, sejak saat ini aturan ketiga belas tak ada hubungannya lagi denganmu. Hari ini Istana akan memuaskan keinginan hatimu….”
Sang Penguasa Istana menatap Yu Sifeng, Xuanji, dan Zhong Minyan selama sesaat, pandangannya begitu intens sehingga menghantarkan gigilan yang merayap menuruni tulang belakang mereka.
“Takkan ada penyesalan di masa mendatang.”
Tubuh Yu Sifeng gemetar hebat, dan jemarinya menggaruk tanah dengan begitu kuat sehingga menghasilkan lima bekas yang dalam. Dahinya menitikkan keringat, dan dia bertanya-tanya apakah hal ini datang dari kekaguman atau sesuatu yang lain.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, tapi tiba-tiba Sifeng mengangkat kepalanya, menatap sang Penguasa Istana dalam-dalam, kemudian menundukkan kepalanya dan berbisik, “Saya mematuhi.”
Sang Penguasa Istana menganggukkan kepalanya dan melambaikan lengan bajunya perlahan, menegakkan tubuhnya dengan kokoh, seraya berbalik.
“Nona Chu, tak ada benar atau salah yang mutlak di dunia ini. Kau memiliki sifat terus terang dan tanpa bisa dipungkiri pasti akan mengalami rintangan di masa mendatang. Kelak, kuharap kau takkan mengejar yang benar atau salah dalam segala hal. Kau harus tahu bahwa ribuan orang memiliki ribuan benar dan salah mereka sendiri…. Itu saja yang perlu kukatakan, jadi berhati-hatilah.”
Setelah semua orang akhirnya berjalan pergi, dan tinggallah beberapa anak yang berdiri melongo di sana, bertanya-tanya apa yang dimaksudkannya.
“Xuanji….” Linglong meraih tangan Xuanji dengan rasa takut yang masih tersisa dan mengeluh, “Kau berani sekali! Bagaimana bisa kau berdebat sedemikian hebatnya dengan orang bertopeng itu! Dia tetaplah Penguasa Istana dari Istana Lize! Habislah kalau sampai ayah tahu!”
Xuanji merundukkan bulu matanya dan bertanya dengan suara lirih, “Apa aku… mengatakan sesuatu yang salah barusan tadi? Tapi jelas-jelas mereka tak peduli.”
Du Minxing menatap dirinya dan menggelengkan kepala: “Bukankah sang Penguasa Istana pada akhirnya berkata bahwa tak ada benar dan salah yang mutlak? Kenapa kau masih mendebat?”
“Hitam dan putih tidak bisa bersatu, jadi bagaimana bisa tak ada benar dan salah yang mutlak? Benar adalah benar, salah adalah salah.”
Du Minxing begitu tercengang hingga mau tak mau dia menatap dalam-dalam ke bagian hitam dan putih di mata Xuanji yang besar.
Xuanji adalah seorang gadis yang berbakat dan cerdas, namun dia memiliki sifat aneh yang memercayai kebenarannya sendiri; jadi pada akhirnya dirinyalah yang benar, dan yang orang lain ucapkan tidaklah berguna.
Du Minxing tahu kalau temperamen semacam ini sangatlah berbahaya. Hanya saja Xuanji masih muda dan pemalas, dan orang-orang telah dibuat begitu jengkel oleh ketidakpeduliannya sehingga mudah untuk melewatkan pemikiran-pemikirannya yang nyaris bisa dibilang paranoid.
Xuanji masih begitu muda, dan ketika dia berdebat dengan orang lain, dirinya sudah sangat metodis, tidak merendah ataupun berlebihan, dan memiliki hawa arogan di antara alisnya.
Du Minxing meragu sejenak sebelum berkata, “Benar atau salah selalu ada di dalam hati manusia. Xuanji, kau bukanlah orang lain. Bagaimana kau bisa tahu apa yang benar atau salah di dalam hati orang lain? Bagaimana bisa kau memaksakan pemikiranmu sendiri pada orang lain?”
Xuanji tertegun selama sesaat dan kemudian tertawa sambil lalu, “Kalau begitu orang lain juga jangan memaksa untuk menentukan benar dan salah padaku.”
Untuk sesaat, Du Minxing tak mampu berkata-kata.
Xuanji sangat berbahaya. Kalau dia terus seperti ini, bila dia bertemu dengan rintangan yang tak bisa diatasi, dirinya akan menjadi iblis.
Du Mingxing mengesah dan sudah akan memberi Xuanji ceramah sebaik mungkin ketika Linglong tertawa di depannya, “Sudahlah, sudahlah! Lagipula, Sifeng tidak perlu dihukum, dan Penguasa Istana tidak menyalahkan Xuanji, Upacara Tusuk Rambut masih akan dimulai, jadi apa masalahnya? Ayolah, habiskan ikannya dan kembali ke kamar untuk ganti dengan baju baru. Ibu sudah membuatkan untuk kita beberapa set baju!”
Setelah berkata demikian, Linglong menarik Xuanji dan Zhong Minyan, seraya memanggil ke arah belakang pada Du Minxing, “Shixiong, kalau kau tak kembali, kami akan makan semua ikannya! Aku takkan meninggalkanmu sepotong ikan pun!”
Saat Du Minxing menatap ke belakang, Xuanji sedang tersenyum polos diiringi oleh kicauan Linglng, dan seluruh wajah gadis itu tampak seakan terukir dari kumala, dirinya jelas hanya seorang anak yang sederhana.
Du Minxing mengesah dalam hati, berharap dirinya hanya berpikir terlalu banyak.
Dia lalu berkata, “Kau punya nyali untuk bilang begitu saat Minyan dan akulah yang menangkap ikannya.”
Dia pun tertawa dan berjalan pergi.