The Glass Maiden - Chapter 24
Pada hari kedua, Turnamen Tusuk Rambut Bunga, yang telah menarik begitu banyak perhatian, akhirnya berlangsung.
Menurut legenda, Turnamen Tusuk Rambut Bunga mulanya adalah sebuah kompetisi di antara tujuh puncak Sekte Shaoyang. Ribuan tahun yang lalu, Sekte Shaoyang tidak seperti Tujuh Puncak yang sekarang, melainkan terbagi-bagi menjadi teritori-teritori yang berbeda, seperti pasir yang bertebaran.
Sekte Shaoyang diturunkan sejak lima ratus tahun yang lalu, ketika Ketua dari generasi Ben Yang akhirnya menyatukan Tujuh Puncak untuk menahan musuh asing mereka, Sekte Xuanyuan dari Nanshan. Pada saat itu, Sekte Xuanyuan begitu kuat sehingga telah menelan belasan sekte-sekte xian di seluruh penjuru.
Dan momentum tak terhentikan mereka akhirnya mengalami kekalahan besar di depan Sekte Shaoyang.
Mungkin tak terbayangkan bahwa Shaoyang, yang masih berada dalam kondisi perselisihan internal, jadi bersatu pada saat kritis ini.
Sekte Xuanyuan, tentu saja, tak mampu mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan Shaoyang juga mengalami kerugian berat. Kedua belah pihak sama-sama terluka parah. Mulai saat itulah kedua belah pihak berselisih dan tetap bermusuhan.
Kedua belah pihak pun masuk ke dalam perang dingin.
Demi memulihkan prestise Shaoyang, Ketua Ben Yang mengumumkan bahwa Tujuh Puncak Shaoyang takkan lagi tertutup pada dunia, dan mengundang semua kaum abadi untuk menantang Tujuh Puncak, dengan pemenangnya mampu membuat permintaan kepada Shaoyang.
Dia juga mengundang beberapa tetua yang sangat dihormati dari Lembah Dianjing untuk menentukan hasil dari kontesnya.
Perlahan-lahan, ketenaran dari Turnamen Tujuh Puncak menyebar, dan semua orang yang mendengar tentang turnamen itu pun datang untuk menantangnya dengan antusiasme tinggi. Turnamen Tujuh Puncak telah menjadi kesempatan bagi semua perguruan besar untuk saling bertanding satu sama lain.
Sejak saat itu, Shaoyang telah mendapatkan prestise serta kesatuannya, dan tujuh puncak telah menjadi satu, tanpa ada perselisihan lagi. Kontesnya pun diubah nama menjadi Turnamen Tusuk Rambut Bunga, dan berubah menjadi kompetisi seperti sekarang di mana sang pemenang bisa menyematkan bunga peoni di dada mereka.
Sekte Xuanyuan telah dibuat habis-habisan akibat serangan pada Shaoyang dan tak pernah meluaskan pengaruhnya.
Turnamen Tusuk Rambut Bunga telah digelar ratusan kali, dan pemenangnya datang dari semua sekte, khususnya Pulau Fuyu dan Istana Lize yang telah tumbuh dengan cepat pada dua dekade terakhir ini.
Pemenang dari turnamen terakhir adalah dari Pulau Fuyu, jadi kali ini para murid Pulau Fuyu tidak diikutkan pada ronde pertama kompetisi dan bisa langsung memasuki ronde kedua.
Pada saat ini, arena pelatihan bela diri di Puncak Shaoyang sudah dibersihkan, dan tujuh arena raksasa dihias dengan sutra dan satin aneka warna. Saat dihembus angin, tampak sangat spektakuler.
Kepala dari kelima sekte duduk pada kursi-kursi di luar arena, saling mengobrol satu sama lain dengan suara rendah. Yang lainnya tidak masalah, namun hanya kepala dari Sekte Xuanyuan yang tak mengucapkan sepatah kata pun,cuping hidungnya mengarah ke langit dan dia tak memandang siapa pun. Chu Lei, mengenal gaya mereka yang biasanya, tidak memerhatikan mereka da hanya mengobrol dengan para kepala dari ketiga sekte lainnya seraya tersenyum.
Ruang terbuka di lingkar dalam dipenuhi oleh para murid muda yang ikut serta dalam turnamen. Faksi-faksi lainnya cukup normal, kecuali untuk Istana Lize, yang mengenakan baju biru dan topeng, menarik perhatian banyak murid muda yang tak pernah melihat dunia sebelumnya.
Ruang terbuka di lingkar luar adalah tempat di mana para murid dan orang luar menonton. Para murid muda dari Generasi Min Sekte Shaoyang masih belum cukup dewasa untuk bertanding dalam turnamen, jadi mereka hanya bisa menjadi penonton, bersama dengan para penonton lain dari sekte-sekte lain, berusaha menjulurkan leher mereka untuk melihat ke dalam. Dari waktu ke waktu, suara tawa bisa terdengar.
“Hei, lihatlah gadis bergaun merah muda itu! Dia dari lembah Dianjing, kan? Bahkan Lembah Dianjing juga bisa menghasilkan seorang wanita cantik!”
“Ih, kau takkan bisa mengeluarkan gading dari mulut anjing! Kau cuma tahu yang mana yang paling cantik!”
“Apa kau tak melihat? Oh… kau tak melihat wanita cantik, kau melihat laki-laki cantik….”
“Mati saja sana! Kalau Guru mendengarmu, Beliau akan memotong lidahmu!”
….
Ketika Xuanji mendengar bahwa orang-orang mendiskusikan wanita mana yang lebih cantik dan pria mana yang lebih tampan, dia pun mendongak dan bertanya pada Du Minxing, “Shixiong, menurutmu siapa yang lebih cantik?”
Du Minxing tersenyum lemah, “Kau jangan sampai belajar dari orang-orang bodoh itu. Kita para kultivator adalah yang kedua paling cantik daripada semuanya. Kenapa kau tak bertanya padaku siapa menurutku yang paling kuat?”
“Siapa yang terbaik menurutmu?” Telinga Zhong Minyan ditegakkan, dan ketika dia mendengar mereka bicara, dia pun langsung bergabung dalam kesenangan.
“Um….” Setelah beberapa saat, Du Minxing mau tak mau menatap pada dua sosok di dalam lingkar dalam, satu merah dan satu putih, lalu berkata, “Pada kali terakhir, Pianpian dan Yu Ning dari Pulau Fuyu, mereka menggabungkan ilmu pedang mereka untuk membentuk sebuah kombinasi yang menakjubkan. Akan tetapi, mereka masih muda dan kekurangan tenaga, jadi mereka kalah melawan saudara-saudara seperguruan mereka. Menurutku kesempatan mereka untuk menang kali ini sangat tinggi.”
“Di mana? Yang mana Pianpian dan Yu Ning? Aku ingin lihat juga!” Linglong memegangi setumpuk cemilan di tangannya dan mendesakkan diri ke dalam.
Zhong Minyan mengambil sebungkus daging berbumbu dari tangannya, tersenyum saat dia mengelak dari tinjuan dan tendangan Linglong. “Hei, mereka adalah dua murid paling menonjol dari Pulau Fuyu, yang satu merah dan yang satu putih. Yang gadis cantik. Kombinasi dari kedua pedang mereka benar-benar menakjubkan dan indah. Satu-satunya masalah adalah bahwa tak ada seorang pun dari Pulau Fuyu yang mengikuti ujian pertama hari ini, jadi kita akan harus menunggu hingga besok untuk melihat mereka!”
Linglong memicingkan mata di depan pagar pembatas dalam waktu lama dan akhirnya merengut, “Tak ada yang bisa dilihat. Tak ada yang serupawan Nyonya dari Pulau Fuyu.”
Xuanji bertanya, “Nyonya apa?”
Zhong Minyan menyerahkan sekantong kacang panggang, dan berkata, “Aku sudah memintamu untuk pergi ke Pulau Fuyu bersama-sama kami pada waktu itu. Kau malas dan menolak pergi. Tentu saja kau tak tahu. Nyonya adalah Nyonya Pemilik Pulau, istri dari Tuan Pemilik Pulau. Tapi siapa namanya? Tak ada seorang pun yang tahu dari mana dia berasal. Tapi dia begitu cantik sehingga saat aku pulang bersama Linglong, kami tak bisa berhenti memikirkan tentang dia. Pemilik Pulau sungguh beruntung bisa mendapatkan wanita secantik itu sebagai istrinya.”
Xuanji mau tak mau jadi ingin melihatnya juga setelah mendengar apa yang Minyan katakan, dan dia pun mengikuti contoh Linglong dan menjulurkan lehernya dari atas pagar pembatas untuk mencarinya. “Kalau begitu istri dari Pemilik Pulau ada di turnamen ini? Di mana dia?”
Zhong Minyan menunjuk ke tempat di mana Ketua Sekte sedang duduk, “Dia tepat berada di sebelah Pemilik Pulau Fuyu. Ah, kali ini dia memakai cadar di wajahnya…. Benar juga, kalau dia tak menutupi wajahnya, dia akan menyebabkan kekacauan.”
Xuanji menatap ke arah itu dan melihat seorang wanita ramping yang mengenakan cadar putih duduk di samping Dongfang Qingqi.
Wanita itu mengenakan tunik ungu muda, rok panjang, dan rambut panjang yang bagaikan sutra hitam menjuntai ke bawah bahunya. Dia tak terlihat menunjukkan wajahnya atau melakukan apa pun, namun hanya menatapnya seperti itu saja telah membuat orang merasa tak bisa melepaskan pandangan darinya, dan hati terasa gatal menginginkan lebih.
Linglong berbisik di telinga Xuanji, “Kau bengong ya? Bukan apa-apa kalau kali terakhir Xiao Liuzi dan aku dibuat begitu terbengong-bengong sehingga kami hampir memecahkan piring orang lain saat kami sedang makan.”
Xuanji hanya bisa berharap sehembus angin meniup cadar wanita itu agar dia bisa melihat seperti apa wajahnya.
Xuanji menatap wanita itu dengan terbengong-bengong, namun tiba-tiba dia melihat seorang pria muda dengan jubah putih dan bot tinggi, bahu bidang dan pinggang ramping. Pria itu berjalan menuju tempat di mana Ketua Sekte berada, dan mengatakan sesuatu, lalu berbalik untuk pergi, namun sang Nyonya Pulau tiba-tiba memanggilnya, seakan memintanya untuk mendekat.
Si pria tampak meragu selama sesaat, namun dia tak bisa menolak panggilan sang nyonya, dan akhirnya dia mendekat dan berdiri di sisi sang nyonya, tak bergerak sama sekali.
“Siapa orang itu?” Xuanji sudah lelah memandangi, jadi dia pun menolehkan kepalanya dan menjejalkan segenggam kacang bumbu ke dalam mulutnya untuk dikunyah, seraya bicara pada Linglong.
“Dia adalah pengurus utama Pulau Fuyu. Aku melihat dia pada kali terakhir kami berada di pulau. Dia tampak cukup lumayan. Ada bekas luka di wajahnya, yang agak menakutkan. Dia bukan murid dari Pulau Fuyu, dia tak tahu beladiri, tapi dia mengurus kebutuhan sehari-hari Pulau Fuyu, kudengar dia sangat mampu!”
Linglong begitu bersemangat sehingga di mencurahkan semua gosip yang dia dengar tentang para ‘selebritis’.
“Kau lihat itu? Yang berbaju hitam dengan pinggiran putih itu adalah murid dari Lembah Dianjing. Dia menangis di tempat saat dia dikalahkan oleh Pianpian dan Yu Ning pada Turnamen Tusuk Rambut Bunga.”
“Ah, dan yang itu! Dia adalah berandal dari Xuanyuan. Dia tak mampu mengalahkan kita di tunamen terakhir, jadi dia memakai senjata rahasia. Tapi ayah menangkap basah dia dan dia masih berani bicara! Aku tak menyangka dia bisa bertanding lagi tahun ini. Sekte Xuanyuan benar-benar tak ada bagus-bagusnya!” Linglong berkata galak, menggertakkan giginya.
Begitu kata-kata tersebut terucap, suara genderang membahana di seluruh arena, seolah ribuan gelombang menghantam masuk, satu demi satu, hampir mengguncangkan jantung hingga melompat keluar dari dada.
Semua orang pun tahu bahwa Turnamen Tusuk Rambut Bunga telah secara resmi dimulai.