The Glass Maiden - Chapter 4
Zhong Minyan adalah murid laki-laki termuda di Sekte Shaoyang, dan dirinya juga adalah yang termuda di seluruh sekte. Saat banyak dari antara shixiong-nya yang merasa terlalu malas untuk mengurus sesuatu, mereka akan mengoperkan urusan itu pada dirinya. Dia jauh lebih sibuk dari pada murid-murid lainnya.
Karenanya, penyakit mudah lupa juga merupakan keterjadian umum padanya.
Setelah makan siang hari itu, dia tiba di lapangan pelatihan bela diri pagi-pagi sekali, dan sebelum dia bahkan punya kesempatan untuk mengayunkan pedangnya beberapa kali, beberapa orang kakak seperguruan telah datang untuk bertanding dengannya. Shixiong Kedua, Chen Minjue adalah yang paling licik, dan tepat saat dia sudah akan kalah dari Minyan, tiba-tiba dia berkata, “Minyan, bukankah kau segera harus mengantarkan makanan untuk Xiao Shimei?”
Zhong Minyan terpana, dan langsung menampakkan celah dalam jurus pedangnya. Chen Minjue dengan cepat memanfaatkan bukaan itu, memutar pergelangan tangannya, menangkis pedang, dan tersenyum, “Kau kalah. Sekarang, kenapa kau tak pergi mengantarkan makanan? Kalau tidak, Ibu Guru akan merasa kesal bila Beliau tahu kau terlambat.”
Zhong Minyan benar-benar lupa! Dia pun berlari keluar dari arena bela diri dan pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Karena Xuanji jarang muncul di lapangan pelatihan, dia jadi tak repot-repot memerhatikan urusan-urusan Xiao Shimei ini. Teori kultivasi yang telah dia pelajari di pagi hari sungguh rumit. Dia hanya ingat untuk pergi berlatih pedang, dan lupa tentang pengurungan gadis itu.
Sungguh menyebalkan. Xuanji pasti punya dendam dengannya. Gadis itulah yang dikurung, tapi dirinya juga jadi ikut kena sial. Dia harus melakukan perjalanan ke Gua Mingxia yang menakutkan tiga kali sehari, dan waktu latihan siangnya juga jadi lebih pendek.
Meski dia biasanya suka bercanda dan tersenyum seakan tak ada apa pun yang membuat dirinya cemas, dia sebenarnya adalah orang yang sangat tinggi hati. Dirinya berada di posisi terendah dalam senioritas dan biasanya tidak terlalu dihargai. Dia selalu diminta untuk melakukan ini dan itu. Karenanya, dia luar biasa ketat dalam pelatihannya, sampai-sampai cenderung keras. Dia telah bersumpah untuk melampaui para shixiong-nya dan tak membiarkan siapa pun memandang rendah dirinya lagi. Sekarang, gara-gara dia harus membawakan makanan untuk Xuanji, waktu latihan siangnya telah berkurang hingga tinggal separuh.
Ibu pengurus dapur sudah mempersiapkan makanan Xuanji dan meletakkannya di dalam keranjang. Saat melihatnya datang, wanita itu tersenyum dan menyerahkan keranjang tersebut kepadanya, berkata, “Cepat, pergilah sekarang. Jangan biarkan Xuanji kelaparan. Sungguh kasihan.”
Kasihan! Aku benci dia! Dia dihukum karena kemalasannya dan dia membuat orang lain juga terlibat!
Saat Zhong Minyan berada setengah jalan menuju ke tempat itu, diam-diam dia melepaskan tutupnya dan melihat dua piring sayuran, semangkuk nasi, dan secangkir sup di dalamnya. Diambilnya potongan iga daging babi asam manis terbesar dan menjejalkannya ke dalam mulut, memakannya dengan nikmat.
‘Hmph! Jangan biarkan gadis itu makan ini!’
Tak ada cahaya di Gua Mingxia, jadi Zhong Minyan harus mempersiapkan obor. Setelah mendayung hingga akhirnya tiba di rumah bati, tempat itu gelap dan sunyi. Dia berkata dingin, “Chu Xuanji, makan makananmu!”
Tak ada seorang pun yang memerhatikan dirinya.
“Zhong Minyan merasa kesal, “Xuanji, makan!” dia menaikkan suaranya.
Masih tak ada seorang pun yang memerhatikan dirinya.
Pada akhirnya, Zhong Minyan merasa kalau ada sesuatu yang salah, dan melompat ke tepian lalu berlari ke rumah batu itu, di mana dengan satu lambaian dari obornya, dia melihat si gadis kecil meringkuk membentuk bola di atas ranjang batu, tampak tertidur, menggenggam genderang kecil di tangannya. Di atas bangku batu di sampingnya, terdapat sebatang lilin yang sudah terbakar, tiga lilin yang belum dinyalakan, dan segenggam pemantik.
Zhong Minyan menghela napas, mengulurkan tangan untuk mendorong gadis itu dan berkata, “Chu Xuanji, bangun, sudah waktunya untuk makan.”
Xuanji membuka matanya dengan linglung, namun dia melihat api yang benderang di depannya dan Zhong Minyan menatap dirinya dengan tidak sabar, membawa sebuah keranjang hitam besar di tangannya.
“Makan makananmu.” Zhong Minyan meletakkan makanan itu di atas meja batu, namun saat dia melihat ke belakang, gadis itu masih berada di sana, tak bergerak. Dia pun tak bisa menahan amarahnya, “Kalau kau tidak makan, bilang saja. Aku jadi tak perlu terbang bolak-balik kemari setiap hari, membuang waktu….”
Xuanji hanya merasa sekujur tubuhnya dingin dan tak mau bergerak. Orang ini selalu galak kepadanya, seakan dirinya punya hutang. Bahkan bila dia ingin berdebat dengan orang itu, dia sekarang tak punya energi untuk melakukannya. Kalau dia tidak makan, dia takut kalau ibunya akan patah kati. Setelah meragu dalam waktu lama, dia akhirnya merangkak turun dari ranjang, membungkuskan tumpukan pakaian lebih erat ke seluruh tubuhnya, dan mengambil mangkuk nasi itu.
Untung saja, makanannya masih hangat dan sangat lezat. Dia memakan sebagian besarnya dan kemudian mendongak lalu melihat Zhong Minyan menatap dirinya, kemudian bertanya pada pemuda itu, “Apa kau mau makan juga?”
Wajah Zhong Minyan jadi sedikit memerah saat Xuanji berkata demikian, dan dia pun menggerutu, “Kau harus makan dengan cepat sehingga aku bisa kembali untuk latihan.”
Xuanji meneguk supnya dan berkata, “Kau bisa pergi sekarang. Datang dan ambil piring-piring yang lama saat waktu makan malam, jadi kau takkan perlu membuang banyak waktu.”
Zhong Minyan tak menyangka kalau Xuanji akan mengatakan hal semacam itu. Sesaat kemudian, dia berkata, “Kau ada di sini sendirian, apa kau tak mau seseorang bicara padamu?”
Xuanji tak menjawab, namun buru-buru menghabiskan makanannya, meletakkan piring-piring ke dalam keranjang dan menyerahkannya pada pemuda itu, “Aku sudah selesai, kau bisa membawanya pergi.”
Zhong Minyan merasa malu. Dia mengambil keranjang itu dengan ragu. Dia ingin mengucapkan sesuatu. Saat dia melihat wajah Xuanji membiru karena hawa dingin, mau tak mau hatinya melunak, dan berkata lembut, “Aku akan membawakanmu selimut dan baju tebal malam ini, bagaimana?”
Xuanji tak berniat meminta semua itu, namun karena Zhong Minyan sendiri yang menyebutkannya, dia pun mengangguk dengan patuh.
Zhong Minyan jarang melihat si setan kecil ini dengan penampilan yang begitu lembut dan penurut seperti ini, yang mana sangat berbeda dengan sosok keras kepala dan bermuka dua yang dikenalnya, jadi dia merasa agak enggan untuk pergi. Menatap sekeliling, dia berkata, “Kalau begitu… apa lagi yang kau inginkan? Buku? Atau mainan? Sungguh berat harus tinggal sendirian seperti ini.”
“Aku tak mau merepotkanmu,” Xuanji berkata, menggelengkan kepalanya.
Zhong Minyan melepaskan mantelnya dan menyampirkannya pada tubuh Xuanji, berkata, “Aku akan meminjamkanmu bajuku, jangan sampai kotor. Nanti sore, aku akan membawa beberapa buku dan lilin. Kau ini sungguh seorang gadis kecil yang keras kepala.”
Xuanji menundukkan kepalanya dan tak bicara. Zhong Minyan benar-benar tidak pandai dalam berhubungan dengan orang seeksentrik ini, jadi dia pun mengumpulkan barang-barangnya dan bergegas pergi.
Malam itu Zhong Minyan menepati janjinya. Bukan hanya dia membawakan dua helai selimut dan beberapa baju tebal, namun juga setumpuk buku, segulung kertas nasi, batu tinta dan kuas, serta bahkan sebuah gantungan kuas kecil. Setelah meletakkan barang-barang ini ke sekeliling, rumah batu yang dingin itu pun akhirnya tampak sedikit hangat.
“Pakai lilin-lilin ini lebih dulu, dan aku akan membawakan lebih banyak untukmu saat kau sudah habis memakainya. Guru menyuruhku memberitahumu kalau di dalam gua ini dingin dan lembab, jadi kau harus berlatih setiap hari, atau kau akan jatuh sakit. Ini adalah kitab Tinju Xuanming. Ingatlah untuk melatihnya,” Zhong Minyan berkata.
Saat Xuanji mengangguk kuat-kuat, Zhong Minyan tertawa sarkastis dan berkata, “Setelah menjanjikan hal ini, kau hanya akan mengabaikannya lagi, kan?”
Xuanji tak menyembunyikannya, dan berkata, “Ya, aku tak mau berlatih. Tapi aku juga tak mau orang-orang marah padaku karena malas. Apakah salah kalau menganggukkan kepala?”
Zhong Minyan tertawa kering dan berkata, “Itu adalah kemunafikan. Kalau orang-orang berpikir bahwa kau bermuka dua, mengatakan satu hal dan melakukan hal lainnya, mereka hanya akan marah padamu.”
“Bukan begitu. Aku tak suka orang-orang meneriakiku, dan aku tak mau berlatih.”
“Kenapa tak mau berlatih? Apa kau tak mau menjadi kaum abadi?”
“Aku mau, tapi aku malas.”
Zhong Minyan berpikir bahwa bila dia terus bicara dengan Xuanji, dia mungkin akan mendapatkan dorongan untuk mencekik gadis itu lagi. Ini adalah kali pertama dia melihat orang semacam itu, yang begitu malas dengan tidak tahu malunya, dan masih ingin menjadi kaum abadi.
“Yah, kalau begitu kau hanya bisa menjadi satu jenis kaum abadi,” ujar Zhong Minyan saat dia meletakkan lilin di atas ranjang Xuanji.
“Kaum abadi macam apa?” Xuanji masih kanak-kanak, dan dia bertanya dengan antusias tanpa menyadari bahwa hal itu adalah kebohongan.
Zhong Minyan menaikkan sudut-sudut bibirnya, “Kaum Abadi Malas. Kau bisa terus tak melakukan apa-apa, dan mungkin Mahkamah Langit akan mengirimkan seseorang untuk menjemputmu naik pada suatu hari, dan kau akan menjadi Kaum Abadi Malas.”
Ternyata Zhong Minyan hanya sedang mengolok dirinya. Xuanji merasa agak kecewa, namun setelah terdiam lama, dia berkata, “Aku tak mau berlatih, tapi aku pasti akan menjadi kaum abadi.”
“Ya ya, tunggu saja dan jadilah Kaum Abadi Malas!” Zhong Minyan berbalik ke arah perahu, tak mau repot-repot bicara pada Xuanji lagi.
Rumah batu itu kembali pada kesunyiannya. Xuanji menatap cahaya lilin di atas peti dan melanjutkan rutinitas hariannya: terbengong-bengong.
Aku pasti akan menjadi kaum abadi. Sepertinya itulah yang telah dikatakannya barusan tadi.
Sebenarnya, bahkan dia sendiri juga bertanya-tanya dari mana kepercayaan diri arogan ini berasal sehingga membuat dirinya mengucapkan omong kosong semacam itu. Dia tak tahu bagaimana cara bertarung, dia bahkan tak tahu bagaimana cara memegang pedang, akan tetapi dia berpikir kalau dirinya seharusnya bisa menjadi kaum abadi.
Mungkin Zhong Minyan benar. Dia hanya bisa menjadi seorang Kaum Abadi Malas.
Dia adalah Kaum Abadi Malas, yang tak bisa menjadi kaum abadi lainnya.
Namun sementara Xuanji sedang memikirkan tentang dirinya sendiri, semua orang di Sekte Shaoyang sibuk mempersiapkan Turnamen Tusuk Rambut Bunga dan telah melupakan dirinya.
Pada tanggal empat belas bulan delapan, sehari sebelum Festival Pertengahan Musim Gugur, para pemimpin dari Lima Sekte Besar serta tokoh-tokoh kunci dari masing-masing cabang berkumpul di atas Puncak Shaoyang untuk melakukan pemilihan akhir atas Turnamen Tusuk Rambut Bunga. Seperti yang dilakukan para tahun-tahun sebelumnya, undian akan ditarik untuk menentukan lima orang mana saja yang akan pergi ke Alam Liar untuk menangkap siluman, sebagai acara utama turnamen tersebut.
Linglong adalah orang yang paling bersemangat tentang Turnamen Tusuk Rambut Bunga. Sepanjang hari, dia berlarian keluar masuk rumah, mencari orangtuanya. Turnamen Tusuk Rambut Bunga hanya digelar sekali setiap lima tahun dan seluruh Sekte Shaoyang, termasuk murid termuda, Zhong Minyan, sudah pernah melihatnya sebelumnya. Linglong, di sisi lain, tak pernah berpartisipasi dalam turnamen semacam itu dalam hidupnya, karena dirinya baru berusia enam tahun lima tahun yang lalu, jadi dia tak bisa mengendalikan kegembiraannya. Dia begitu bersemangat namun pada saat bersamaan dia merasa tidak enak untuk Xuanji, yang terkunci sendirian di dalam kegelapan Gua Mingxia, dan tak bisa melihat pemandangan meriah ini.
Pada hari ini, dia telah merecoki ibunya sepagian, berusaha untuk pergi ke puncak demi menonton penarikan undian bersama-sama. He Danping akhirnya membujuk dirinya untuk tetap tinggal dengan seiris kue osmanthus beraroma manis. Akan tetapi, tak lama setelah He Danping pergi, Linglong mulai merecoki Zhong Minyan untuk menemani dirinya ke puncak.
“Nggak mungkin, aku harus segera mengantarkan makanan untuk Xuanji. Di samping itu, guru bilang kalau anak-anak tak boleh pergi untuk ikut serta dalam keseruan. Hanya para tetua dan yang ahli, dan takkan bagus bila kau tanpa disengaja berpapasan dengan seseorang.”
Zhong Minyan menolak permintaannya dalam sekali gebrak.
“Kalau begitu, kau bawa aku setelah mengantarkan makanan!” Linglong berkata gelisah, “Ayo kita naik dan lihat saja sepintas, kemudian pulang, ya? Aku janji akan bersikap baik dan aku takkan membuat masalah.”
Seraya mengisi keranjang dengan makanan, Zhong Minyan menjawab, “Aku harus pergi berlatih setelah mengantarkan makanan. Jangan cemas, kau akan bisa melihat semua keseruannya setengah bulan lagi, dan kemudian tak ada seorang pun yang akan menghentikanmu.”
Linglong sudah tak tahan lagi. Dia meremas lengan baju Zhong Minyan dan meneriaki shixiong-nya itu keras-keras, hingga hampir memelintir lengan baju tersebut sampai lepas.
“Bawa aku ke sana sebentar saja! Kita hanya akan melihat pengambilan undiannya! Minyan Shixiong! Kau adalah shixiong yang begitu baik! Kumohon bawa aku ke sana!”
Zhong Minyan tak pernah memiliki pertahanan apa pun terhadap serangan semacam ini, dan harus mengesah, “Dasar kau berandal cilik, baiklah, lepaskan aku lebih dulu. Kalau sampai ada shixiong atau shijie kita yang memergoki, Guru akan mengulitiku hidup-hidup. Pertama, aku akan harus mengantarkan makanan untuk Xuanji, dan kemudian kita bisa pergi saat aku kembali, oke?”
Melihat bahwa Zhong Minyan setuju, Linglong pun mendesakkan kelebihannya, dan berkata, “Pertama, ayo kita naik dan lihat, kita akan cepat-cepat pulang, dan kemudian kau bisa pergi mengantarkan makanan Xuanji! Cuma mengintip sepintas, dengan begitu kau juga takkan ketahuan.”
Zhong Minyan tak punya pilihan selain menurunkan keranjangnya, dan membiarkan Linglong menariknya ke puncak gunung.
Di puncak Gunung Shaoyang terdapat Aula Shaoyang, yang dikepalai oleh Guru Chu Lei, dan juga merupakan aula utama untuk menyambut para tamu. Hanya ada dua jalan untuk pergi ke puncak: entah memakai plakat kumala putih yang diletakkan di ujung tebing untuk terbang ke atas, atau memanjat tangga yang mengelilingi gunung, berputar dan berputar melingkar-lingkar, yang mana setidaknya membutuhkan waktu setengah jam.
Ini adalah tanda kebanggaan dari Sekte Shaoyang, yang mana tidak mudah menerima mereka yang tidak kompeten, dan orang bisa langsung kembali atau memanjat saja. Puncaknya begitu tinggi di atas awan dan bebatuannya begitu aneh terjal, sehingga orang biasa akan terintimidasi dan bahkan takkan berupaya untuk memanjat.
“Memanjat?” Wajah Zhong Minyan tampak pahit, kakinya gemetar, saat dia mendongak pada undakan-undakan batu yang tersembunyi, yang separuhnya terselubung di antara awan dan kabut.
“Tentu saja tidak! Kita akan terbang!” Linglong merengut, “Aku tak mau memanjat tangga! Akan butuh waktu sangat lama sekali!”
“Siapa yang akan terbang? Memangnya kau bahkan sudah tahu cara untuk terbang?”
Linglong tertawa, menunjuk ujung hidung Zhong Minyan, dan berkata, “Jangan pura-pura! Tentu saja yang akan terbang adalah kamu! Kau pikir aku belum pernah melihatmu? Siapa yang terbang diam-diam di belakang gunung sebelumnya? Aku belum pernah mengatakannya pada siapa pun! Kalau kau terus pura-pura, aku akan bilang pada ayah!”
Zhong Minyan merona, “Aku ternyata terlihat olehmu… jangan bilang pada guru! Jangan bilang pada siapa-siapa, mengerti?”
“Kenapa kau tak mau membiarkan ayah tahu?” Linglong bertanya-tanya, “Kau sudah belajar cara untuk terbang, yang berarti kau sudah lebih baik daripada Shixiong Keempat dan yang lainnya dalam hal menerbangkan senjata pusaka. Ayah akan senang saat mendengarnya!”
“Tak ada banyak keuntungan bila menjadi pusat perhatian seperti ini, tapi justru ada banyak kerugian. Bahkan bila Guru gembira, bagaimana dengan para Shixiong lainnya yang belum belajar cara untuk terbang? Ketika mereka dimarahi tentang hal ini, siapa yang akan mereka salahkan? Siapa yang akan menjadi orang yang menjadi sasaran amarah mereka?” Zhong Minyan berkata tegas.
Linglong mengangguk seakan dia mengerti, kemudian berkata, “Kau benar…. Tapi urusan ini sangat rumit…. Apa para orang dewasa selalu berpikir sebanyak ini?”
Zhong Minyan tertawa, “Aku sudah memikirkan jauh lebih banyak daripada itu! Ayolah, jangan buang-buang waktu lagi. Kita akan melihat keseruan, kan? Kalau kita tak pergi sekarang juga, kita takkan bisa mengantarkan makanan untuk Xuanji.”
Zhong Minyan berjalan ke tepi tebing, di mana, seperti yang telah diperkirakan, ada sebarisan plakat kumala putih panjang. Dia memilih satu yang sudah setengah terpakai, memberi sedikit tekanan pada plakat itu dengan kakinya, dan benda itu pun melayang perlahan bersamanya, seperti kalau dia belum sepenuhnya menguasai gerakan itu. Dia terbang berputar dua kali sebelum kembali pada Linglong yang berteriak-teriak dan tersenyum, “Ayo naik, leluhur kecil! Ingat, saat kita berada di atas sana, kau tak boleh berisik seperti itu.”
Linglong sarat dengan kesukacitaan. Inilah alasan dia suka bermain dengan Zhong Minyan, Xiao Liuzi memang adalah yang terbaik, pemuda itu selalu menurutinya dan bicara padanya.
Saat mereka terbang naik ke puncak gunung, Linglong tiba-tiba terpikirkan sesuatu dan meremas lengan baju Zhong Minyan, berkata kekanakan, “Xiao Liuzi, kau tak boleh seperti Shixiong Ketiga dan Shixiong Kelima, yang tak tahan dengan kehidupan di dalam sekte dan kabur pulang ke rumah diam-diam.”
Zhong Minyan begitu terkejut sehingga dia nyaris terjatuh, dan dengan susah payah baru berhasil menstabilkan dirinya sendiri. Dia tersenyum pahit, “Kapan kau pernah melihatku menangis karena kesulitan dan ingin pulang ke rumah? Di samping itu, keluargaku… aku tak punya rumah untukku pulang. Orangtuaku sudah tiada karena wabah. Sekte Shaoyang adalah rumahku.”
“Kalau begitu ayo janji.” Linglong mengulurkan jari kelingkingnya, mengerjapkan mata hitam besarnya, dan berkata, “Xiao Liuzi akan bersama dengan kami selamanya, dan kita takkan pernah terpisahkan.”
Zhong Minyan tertawa, dan berkata lembut, “Kalian gadis-gadis kecil suka melakukan hal semacam itu. Kami para pria menepati kata-kata kami, bahkan bila kami tak berjanji, kami tetap akan melakukannya.”
Linglong tak tahan bila dirinya dipertanyakan atau ditentang, jadi dia pun mengernyit, “Terserah! Berjanji saja!”
Zhong Minyan mengulurkan lengannya dan berkata, “Ini, kaitkan lenganmu. Janji kelingking itu adalah punya gadis kecil, jadi aku tak mau melakukannya.”
Linglong tersenyum dan mengaitkan lengannya dengan Zhong Minyan. Mereka berdua sama-sama merasa agak kekanakan, dan berkata, “Kalau kau tak menepati janji ini di masa depan, dan menyelinap turun gunung, biarlah Xiao Liuzi kehilangan semua giginya dan menjadi orang tanpa gigi!”
Mereka sama-sama tertawa keras pada sumpah itu dan berpikir kalau hal itu sangat lucu. Mereka berdua, yang satu berumur empat belas dan yang lain sebelas tahun. Keduanya sama-sama polos dan belum sepenuhnya menyadari tentang dunia, dan yang disebut-sebut sebagai ‘selamanya’ hanyalah sebuah ilusi di mata mereka. Dalam benak mereka, selamanya itu sama seperti Turnamen Tusuk Rambut Bunga yang akan segera digelar, dan kemudian akan berakhir dalam sekejap mata.
Tak ada frustrasi dan kedukaan di dalamnya.
Mereka memanjat ke puncak yang diselubungi oleh awan, yang di ujungnya sebuah bangunan raksasa dengan atap berlapis batu-batu hijau sejernih kristal yang indah. Mereka berdua merayap di antara pepohonan dan melihat selingkaran murid-murid Sekte Shaoyang berdiri mengelilingi atap, jelas-jelas sedang berjaga. Linglong tak menyangka kalau penarikan undian itu ternyata begitu formal, dia terperanjat dan berbisik, “Habislah sudah. Melihat bagaimana semuanya berlangsung, bagaimana kau bisa mengintip?”
Zhong Minyan menatap para penjaga, menyadari bahwa mustahil bagi mereka untuk mengintip. Dia menundukkan kepala dan mengerang pelan, kemudian meremas tangan Linglong, berdiri dari semak-semak, menepuk-nepuk debu pada pakaiannya dan berjalan ke arah bangunan tersebut. Linglong merasa seakan ada seekor kelinci kecil di dalam dadanya yang melompat-lompat dengan liar. Dia tak tahu apa yang dilakukan oleh Zhong Minyan, tapi hal itu terasa menarik dan seru, jadi dia pun dengan patuh mengikuti pemuda itu dan berjalan maju.
Secara tak mengejutkan, saat Zhong Minyan sudah akan melangkah naik tangga, dua orang murid yang tampak menjulang menghadang mereka dan berkata, “Guru bilang kalau kita sedang melakukan penarikan undian dengan para kepala sekte lainnya, jadi tak ada seorang pun yang boleh mengganggu.”
Zhong Minyan bersikap tenang dan santai, tersenyum dan berkata, “Apa kalian adalah dua senior dari Klan Zhen? Kami telah diperintahkan oleh Guru Yinghong dari Aula Yuyang untuk memberi pesan kepada Ibu Guru.”
Saat mereka mendengar bahwa urusannya adalah tentang Guru Yinghong, ekspresi mereka pun menjadi pahit.
Ada tujuh cabang di Sekte Shaoyang, dengan berbagai fungsi yang berbeda, dan Chu Yinghong bertugas di Aula Yuyang, yang mana adalah aula yang membuat dan menjalankan aturan. Orang-orang yang mengenakan pakaian putih dan sabuk hijau, berpatroli di bukit-bukit sisi dalam Shaoyang sepanjang hari untuk melihat apakah murid-murid lain melanggar aturan, adalah para murid dari Aula Yuyang. Chu Yinghong adalah harimau yang tersenyum. Dirinya paling muda di antara generasinya, tahun ini baru tiga puluh tujuh tahun, namun bahkan Kepala Sekte juga mendengarkan kata-katanya.
(T/N: Harimau yang tersenyum – idiom untuk orang yang di permukaan tampak ramah dan baik hati, namun sebenarnya berbahaya dan tak boleh dianggap enteng)
Pertama-tama, suaminya adalah Guru Yang dari Aula Zhenxia, yang bertugas dalam menjalankan hukuman; kedua, meski wanita itu tampak lemah lembut dan baik hati, dia sebenarnya sulit untuk dihadapi. Siapa pun yang melanggar aturan akan langsung dihukum dengan wajah besi*. Kalau kau menatap dirinya dan memohon belas kasihan kepadanya lalu dia tersenyum kepadamu serta menyetujui, kau akan dihukum sepuluh kali lipat lebih berat.
(T/N: berwajah besi – keras, tidak pandang bulu, tidak memihak)
Saat Sekte Shaoyang dan Sekte Xuanyuan dari Nanshan ada masalah, mereka semua mengandalkan dirinya untuk membalikkan keadaan. Wanita ini telah membuat banyak Tetua dari Sekte Xuanyuan dari Nanshan tak mampu berkata-kata. Pada akhirnya, Zhu Shi, kepala dari Sekte Xuanyuan, datang ke Puncak Shaoyang untuk meminta maaf kepada ketua terdahulu. Sejak saat itu, kedua faksi itu pun berjanji untuk menjalin hubungan baik antara satu sama lain.
Wanita itu telah meraih banyak pujian dari para Kepala Sekte pada waktu itu, dan jumlah orang yang merekomendasikan dirinya sebagai Kepala Sekte berikutnya juga sangat tinggi. Setelah banyak melakukan pertimbangan, kepala sekte terdahulu pun memutuskan untuk memberikan posisi tersebut kepada Chu Lei yang stabil dan terkendali, alih-alih kepada Yinghong yang berbakat. Untung saja, wanita ini tak punya ambisi apa pun, dan sudah puas dengan kehidupan santainya, lalu kemudian menjadi Guru dari Aula Yuyang. Hingga saat ini, para murid lama akan berkata bahwa bila Chu Yinghong pergi, setidaknya sepertiga dari orang-orang Puncak Shaoyang akan mengikuti dirinya. Harus diakui bahwa pengaruhnya tidaklah sepele.
Karena yang mengirimkan pesan adalah Guru Yinghong yang sedemikian kuatnya, dan istri dari Kepala Sekte juga memiliki hubungan baik dengannya, kedua murid yang berjaga itu pun tak berani menghentikan mereka, dan dengan patuh membiarkan mereka pergi.
Linglong tak menyangka kalau dirinya bisa masuk dengan begitu mudahnya dan jadi lebih terkesan lagi pada Zhong Minyan. Saat orang ini mengucapkan kebohongan, dia melakukannya tanpa merona, dan jantungnya juga tidak berdebar kencang. Zhong Minyan masih berpura-pura serius, namun sorot matanya sarat dengan kenakalan.
Linglong meremas lengan pemuda itu dan sudah akan memujinya atas hasil kerjanya saat dia mendengar kedua murid itu menyusul mereka dan berseru, “Tunggu sebentar!”
Mereka berdua jadi begitu syok sehingga mereka hanya berpikir kalau kebohongannya sudah terbongkar dan mau tak mau memalingkan wajah mereka.