The Glass Maiden - Chapter 17
Mereka berdua duduk bersandar pada batang pohon selama sesaat dan perlahan memperoleh kembali tenaga mereka.
Yu Sifeng berusaha menggerakkan tangannya untuk mengenakan mantelnya, berkata, “Kau kelihatannya sudah belajar banyak dalam empat tahun ini. Teknik sihir api barusan tadi itu sangat indah.”
Xuanji tiba-tiba dipuji, dan dia pun tak bisa untuk tidak merasa bangga dan tersenyum, “Itu… begitulah!”
Dia tak punya nyali untuk bertanya apa ‘sihir api’ itu, apalagi memberitahu Sifeng kalau dirinya hanya bisa memanggil paling banyak tiga atau empat naga api. Sifeng jarang memuji orang, dan dia tak mau lagi ditertawai pria itu.
Sifeng tersenyum kembali dan mendadak mengangkat tangannya lalu mengusap hidung Xuanji, “Lihatlah dirimu.”
Xuanji membantu Sifeng mengikatkan bajunya dan memerban lukanya dengan obat. Begitu semua sudah selesai, malam telah semakin gelap dan rembulan keperakan besar sudah mencapai pusat langit, bagaikan piring kumala yang tergantung di atas kepala.
Yu Sifeng tiba-tiba berkata, “Jam berapa sekarang?”
“Yah, mungkin… hampir lewat tengah malam.”
“Kenapa Minyan dan yang lainnya belum juga kembali?”
Barulah setelah Sifeng berkata demikian, Xuanji tiba-tiba teringat apa yang telah Zhong Minyan katakan sebelum mereka pergi, dan melompat berdiri lalu berkata, “Astaga! Tidak! Mereka bilang kalau mereka tak kembali setelah lewat tengah malam, berarti mereka berada dalam bahaya! Bagaimana… kita harus bagaimana….”
“Jangan tergesa-gesa.” Yu Sifeng berusaha berdiri, hanya untuk merasakan bahwa tangan dan kakinya terasa lemas dan lemah, jadi dia hanya bisa berdiri tegak, namun tak mampu menggunakan pedangnya. “Apa dia menginstruksikan sesuatu?”
“Yah… sepertinya dia bilang kalau sampai ada bahaya, sebuah sinyal akan dinyalakan, menyuruh kita untuk segera kembali ke kediaman Zhao begitu kita melihat sinyalnya…,” Xuanji berkata ragu.
Yu Sifeng merenung, “Belum ada sinyal, jadi kurasa….”
Di tengah-tengah percakapan, sebuah kembang api merah terang meledak di angkasa dengan suara dentuman kencang, lalu berjatuhan seperti darah. Mereka mengenali kembang api sinyal macam ini sebagai peringatan dalam kondisi darurat.
Linglong dan yang lainnya berada dalam bahaya di bukit depan!
Mereka berdua saling berpandangan dengan syok. Mereka tak bisa lagi memedulikan soal rasa sakit di lengan serta kaki mereka, dan bergegas terbang ke arah gunung di depan mereka dengan menggunakan pedang.
****
Gunung di bagian depan Haiwan tidak setenang dan selebat gunung di belakangnya, melainkan penuh dengan bebatuan serta gua yang aneh. Mereka berempat telah menghabiskan waktu setengah harian untuk memutari bagian depan gunung, namun mereka tak bisa menemukan di mana yang mereka cari karena tarian aneh yang baru saja dilakukan oleh Yu Sifeng. Pada akhirnya, mereka semua terbang berputar-putar hingga agak lelah, maka mereka pun harus berhenti di atas sebongkah batu besar untuk beristirahat.
“Ada lebih banyak gua di sini daripada di Puncak Xiaoyang, dan bila kita terus mencari seperti ini, kita takkan bisa menemukan mereka bahkan dalam waktu setahun.” Linglong memukul-mukul betisnya yang bengkak, melepaskan kantong air dari pinggangnya dan meneguk isinya.
Setelah melihat sekeliling, Zhong Minyan berkata, “Ada sesuatu yang tidak biasa di sini. Bagian belakang gunung begitu ramai, tapi tak ada suara dari sini sama sekali, begitu sunyi dengan anehnya. Tampaknya dalang di balik layar ada di dekat sini, jadi kita harus terus mencari.”
Linglong melompat pada kata-katanya, meneguk air lagi, menepuk-nepuk debu dari bajunya, dan berkata, “Ayo pergi! Ayo kita lanjutkan! Aku akan menemukan dia malam ini juga!”
Lu Yanran bersandar pada batu dan mendesah pelan, “Ada begitu banyak gua di sini, bagaimana bisa kita menemukan mereka? … Lebih baik pulang dan kembali kemari besok sore.”
Sebelum Zhong Minyan sempat bicara, dia mendengar Linglong mencibir dan berkata, “Tubuhmu lemah sekali, tapi masih ingin berlatih untuk menjadi kaum abadi.”
Lu Yanran mendengus, dan berkata santai, “Ya, aku ini cuma seorang gadis kecil, aku bukan tandingan dari tenaga dan semangat seorang wanita liar.”
“Siapa yang kau sebut wanita liar?” Linglong menuding hidung Yanran dan mengangkat alisnya.
Lu Yanran kembali tersenyum manis, “Memangnya aku menyebutmu? Kenapa kau begitu sensitif?”
Linglong melonjak lagi.
Kedua gadis itu saling mengakali satu sama lain, namun Zhong Minyan merasa tidak sabar dan bertanya pada Ruoyu, “Bagaimana Sifeng bisa menemukan siapa yang ada di belakang semua ini?”
Ruoyu tersenyum dan berkata, “Itu adalah suatu jenis Teknik Sihir*. Sifeng mengikuti Penguasa Istana untuk mempelajarinya selama beberapa hari, tapi dia belum mempelajarinya dengan cukup baik, dan tenaganya jadi terkuras.”
(T/N: istilah mandarinnya adalah 巫術 / Wūshù, bisa diterjemahkan sebagai ‘巫 / Wū’ = Sihir atau Shaman , ‘術 / Shù’ = Teknik atau Seni. Karena dirasa kurang cocok, maka dari penerjemah Inggris diterjemahkan sebagai Teknik Sihir)
“Dia tahu cara melakukan Sihir?” Zhong Minyan terkejut dan merasa kagum. Meski saudara ini setahun lebih muda daripada dirinya, Sifeng masih tahu banyak hal. Dia berpikir dirinya akhirnya akan bisa melampaui Sifeng setelah berlatih tekun selama empat tahun, tapi ternyata tetap dikalahkan oleh pria itu.
“Apa Ruoyu bisa melakukannya juga? Kenapa kita tak coba mencari di mana guanya?”
Ruoyu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Sungguh malu… aku takkan mampu melakukan ini. Sifeng itu berbakat juga cerdas, dan aku hanya mampu menjadi murid biasa dari Istana Lize.”
Linglong lelah bertengkar dengan Lu Yanran. Dia tersenyum pada sikap merendah Ruoyu dan berkata, “Ruoyu terlalu merendah. Ketapel besimu sangat kuat. Omong-omong, Sifeng dulunya pernah memakai ketapel, dia mempelajarinya darimu, kan?”
Dia teringat pada hal-hal konyol dari masa kanak-kanaknya, yaitu karena Sifeng memberinya ketapel, dia pun jadi sangat tersentuh. Namun Sifeng sebenarnya memiliki temperamen yang buruk, dan telah membuatnya marah setengah mati, hingga kesan baik yang tiba-tiba muncul juga menghilang tanpa jejak. Saat dirinya masih kecil, semuanya benar-benar kacau.
Ruoyu mengangguk dan berkata, “Ya, Sifeng selalu pandai dalam belajar. Dia melihat kalau aku membuat ketapel yang cantik dan dia pun mengajakku bermain dengan itu. Tapi setelah beberapa hari memainkannya, dia sudah tahu cara membuatnya sendiri. Bukan tanpa alasan Penguasa Istana dan Wakil Penguasa Istana begitu menyukai Sifeng.”
Mereka pun mau tak mau mendesah penuh emosi pada kata-katanya. Lu Yanran bahkan lebih gembira lagi. Dia sudah menyukai Yu Sifeng yang misterius dan eksentrik ini, namun kini saat dia mendengar tentang kelebihannya yang luar biasa, dirinya jadi begitu gembira sehingga dia tak sabar ingin bertemu Sifeng dan bicara kepadanya.
Linglong tak tahan melihat Lu Yanran dengan penampilan yang begitu mabuk kepayang, dan langsung mencibir, “Entah apa yang Sifeng dan meimei lakukan saat ini… Oh, mereka sudah tidak saling bertemu selama empat tahun. Pasti ada banyak hal yang dibicarakan. Beberapa orang tak usah memikirkannya lagi.”
“Itu bukan urusanmu!” Lu Yanran mengamuk.
“Kenapa kau seheboh itu, itu kan bukan tentang dirimu?”
“Kau….”
Zhong Minyan sudah akan menyuruh mereka agar berhenti, saat dia mendengar suara kepakan sayap dari arah tenggara, seakan sekawanan burung sedang beterbangan. Mereka semua bersembunyi di belakang batu besar dan menatap sekeliling. Mereka pun melihat belasan burung Qu Ru yang telah terbang ke sana dan kini berkerumun di bawah sebongkah batu aneh. Tampaknya mereka ingin masuk, tapi tak berani. Mereka pun hanya berkerumun, beterbangan di sekelilingnya.
“Aku ingat kalau ada gua di sebelah sana!” Linglong tiba-tiba teringat kalau ada sebuah gua kecil yang tersembunyi di bawah bebatuan tajam, namun tempat itu begitu sempit sehingga orang biasa harus membungkuk dan mengempiskan perut mereka agar bisa masuk, jadi mereka pun menyerah. “Orang jahat itu pasti bersembunyi di dalam lubang itu!”
Zhong Minyan mengamati dari atas ke bawah dan berkata dengan suara yang dalam, “Linglong, kau dan aku akan pergi ke bagian depan gua untuk memancing dia. Ruoyu, bawa Nona Lu berjalan memutar ke belakang untuk melihat apakah ada gua lain yang tersambung, jangan biarkan dia lolos!”
Mereka semua pun setuju untuk berpencar dan bertindak.
Linglong, tak sanggup menahan diri lebih lama lagi, berlari mendahului Zhong Minyan dan memelesat pergi secepat kilat. Tanpa disangka, burung-burung Qu Ru yang bercokol di mulut gua itu dibuat kebingungan oleh kemunculan mendadak orang-orang, dan diserang tiga-tiga dan dua-dua oleh pedang emas, menyebabkan banyak korban jiwa di antara mereka.
Zhong Minyan mengikuti Linglong dalam jarak dekat, membabat belasan Qu Ru yang tersisa yang sudah akan kabur ke dalam gua dengan pedangnya. Mereka berdua berbelok arah pada saat bersamaan, berhenti di mulut gua. Zhong Minyan berhenti di mulut gua, mengeluarkan seuntai petasan dari dalam lengan bajunya, menyalakannya, lalu melemparkannya ke dalam lubang.
Hanya mendengar suara ledakan yang mengguncang bumi, asap biru pun memenuhi gua. Tiba-tiba sebuah bayangan hitam menghambur keluar dari mulut gua dengan gerakan secepat kilat, dan dalam sekejap mata, dia sudah akan masuk kembali ke dalam gua terdekat.