The Glass Maiden - Chapter 20
Ketika mereka mengejarnya ke bawah, mereka mendapati siluman itu terbaring telentang di atas bebatuan. Mereka tak tahu ada berapa banyak darah yang telah tertumpah kali ini, namun bisa terlihat kalau dia benar-benar tak mungkin bisa selamat.
“Masih ingin kabur!” Meski Linglong memakinya dengan galak, tetap saja ini adalah kali pertama dia melihat situasi setragis itu. Dia tak tahan melihatnya, berbalik, dan berkata, “Xiao Liuzi… kau… jangan buat dia menderita!”
Orang itu menatap tajam dengan matanya yang seukuran lonceng perunggu, pupil matanya penuh dengan rona hijau tua, dan dia tersenyum pilu, “Kalian… kalian… tak perlu memberi… belas kasihan palsu. Sampai di sini… aku… masih punya hati nurani. Kalian… telah melakukan… apa yang… telah… kalian….”
Sebelum dia selesai bicara, Zhong Minyan sudah memotong kepalanya dengan satu tebasan pedang, mengernyit dan berkata, “Kau akan mati tapi masih saja mendebat! Kau telah membuat penduduk Wangxian sangat menderita, dan kau bilang masih punya hati nurani!”
Ketika Lu Yanran melihat kepala siluman itu bergulingan ke tanah dan mendarat di kakinya, dia nyaris terlompat kaget dan memekik, “Astaga! Kenapa kau… memenggal kepalanya!”
Ruo Yu melangkah maju dan mengangkat kepala itu, menarik sehelai kain persegi untuk membungkusnya, dan mendesah, “Aku tak yakin kenapa dia jadi seperti ini, tapi mungkin ada sesuatu di baliknya yang tidak kita ketahui.”
Ketika mereka melihat hal semacam itu, mereka tak bisa mengatakan apa-apa. Perasaan menyenangkan karena memenangkan pertempuran, yang mana merupakan kemenangan yang indah, menjadi suram, seakan mereka telah melakukan hal yang salah.
Mereka berenam terbang kembali ke kediaman Zhao dengan pedang mereka. Sebelum mereka pergi, mereka memberitahu Paman Zhao agar jangan khawatir dan tidur saja, tetapi siapa yang bisa tidur? Semua lampu menyala terang, menunggu mereka kembali.
Begitu Zhong Minyan mendarat di tanah, dia meletakkan kepala itu ke tanah dan berkata, “Paman Zhao, untung saja kami tidak mempermalukan diri kami sendiri, dan telah menangkap siluman yang menyebabkan masalah di Gunung Haiwan.”
Yang tua dan yang muda di kediaman Zhao telah mendengar bahwa mereka sudah menangkap silumannya, dan mereka semua pun bersorak serta keluar untuk melihatnya. Mendapati kepala yang berlumuran darah serta mengerikan itu, mereka semua dibuat ketakutan.
Zhong Minyan menceritakan ulang pengalaman mereka secara singkat, dan pada akhirnya tersenyum. “Akhirnya, monster ini telah terbunuh. Kelak, para orang tua dan wanita bisa merasa tenang. Kami akan kembali dan memeriksa saat kami ada waktu.”
Semua orang mendesah lagi, dan akhirnya, mereka menguburkan kepala itu di dalam tanah, berkata bahwa akan menjadi perbuatan baik bila mereka bisa menemukan pendeta Tao untuk memasang jimat demi mengurung roh jahat. Setelah tiga bulan mengalami gangguan tak tertahankan dari Qu Ru, semua orang di desa pun merasa lega saat masalahnya akhirnya terselesaikan. Orang-orang desa juga mendengar Zhong Minyan berkata bahwa mereka akan pergi keesokan harinya, jadi mereka tak peduli tentang malam yang gelap. Seluruh desa pun mulai mempersiapkan perjamuan, memberi penghargaan kepada para murid muda itu, hingga tengah hari esoknya, dan kemudian bubar satu demi satu.
Zhong Minyan berkata kalau mereka sedang penuh semangat. Ketiga pria sibuk minum-minum dan mengobrol tentang masa lalu, sementara Linglong dan Lu Yanran sibuk mendengarkan dan kadang-kadang menyela. Xuanji sibuk tidur bersandar pada Linglong sambil sedikit mendengkur.
“Nona Lu bilang, kemarin ada siluman yang berkumpul, apakah itu benar?”
Saat Ruo Yu teringat apa yang Lu Yanran katakan, dia tak bisa menahan diri untuk bertanya.
Lu Yanran menenggak secawan araknya. Dia sudah minum banyak malam ini dan wajahnya merona. Wajahnya jadi serupa kembang sepatu dengan alis dua daun dedalu yang melengkung, yang tampak luar biasa memesona. Dia tersenyum ketika Ruo Yu bertanya kepadanya, “Sebenarnya, aku tak tahu harus bilang apa, tapi aku pernah sekali mendengar Pemilik Pulau bilang kalau ada siluman di Gurun, dan mereka semua datang berkelompok. Jadi aku berusaha membuatnya mengatakan sesuatu. Tak disangka-sangka, dugaanku benar.”
Yu Sifeng menimbang sejenak, lalu berkata lirih, “Ada banyak orang yang berbeda di Gurun, dan masing-masing daerah memiliki kebiasaannya sendiri-sendiri. Dia mungkin saja bukan siluman, tapi hanya memiliki penampilan yang aneh dan tak seperti orang biasa.”
Linglong bertanya-tanya, “Kalau kau tak tampak seperti manusia, bagaimana kau bisa menjadi manusia?”
Yu Sifeng tertawa, “Ada banyak hal aneh di dunia ini, dan meski orang-orang di banyak tempat tak terlihat seperti manusia, mereka bukan siluman. Mereka memiliki tradisi dan kebiasaan mereka sendiri, dan mereka serupa dengan kita.”
Wajah Linglong berubah rona dan berkata, “Kalau begitu… yang kita bunuh kali ini….”
Kerumunan pun terdiam. Kalau si pelaku adalah siluman, mereka masih akan bisa membenarkan diri mereka sendiri dengan berkata bahwa mereka melakukannya demi umat manusia, namun bila ternyata adalah orang, maka ini akan menjadi pengalaman yang tak mengenakkan. Terutama Zhong Minyan. Kepala orang itu dipenggal oleh tangannya sendiri, dan pemikiran bahwa dirinya telah memenggal kepala seorang manusia membuatnya ingin melemparkan pedangnya jauh-jauh.
“Dia melakukan apa yang harus dilakukannya. Bahkan bila orang itu adalah manusia, dia tetap harus dibunuh.” Sebuah suara terdengar di sampingnya, dan semua orang pun menolehkan kepala mereka untuk melihat Xuanji sudah terbangun beberapa saat yang lalu, dengan raut bingung di wajahnya.
Zhong Minyan mengernyit dan berkata, “Kau tak boleh bilang begitu. Siluman itu berbeda dengan manusia…. Bagaimana kau bisa membunuh manusia hanya karena dia telah melakukan suatu hal buruk….”
“Kalau siluman yang melakukan hal buruk maka dia boleh dibunuh?” Xuanji mengajukan pertanyaan itu dengan santai, tak memberikan perhatian atasnya.
“Itu… berbeda….” Zhong Minyan yang tadinya begitu bangga atas kepandaian bicaranya kini tak tahu ke mana perginya semua itu. Dalam hati dia tahu kalau hal tersebut berbeda, namun dia tak bisa menyebutkan apa bedannya.
Linglong berkata, “Kalau kau bukan dari rasku, kau pasti memiliki hati yang berbeda! Bila bukan manusia, pasti tidak baik!”
Xuanji berkata acuh tak acuh, “Tak ada bedanya. Bila bukan hal yang baik, maka bukan manusia. Ada terlalu banyak hal di dunia ini yang tidak seperti manusia. Tidak masalah apakah itu manusia, siluman, atau yang lainnya, selama mereka melakukan sesuatu yang patut untuk dibunuh, kau harus membunuhnya. Selama mereka melakukan hal yang benar, kau tak boleh membunuhnya.”
“Uh, kau….” Zhong Minyan tertegun, dan butuh waktu beberapa saat baginya untuk menahan lidahnya, “Kau… dan bagaimana kau tahu apakah mereka patut dibunuh atau tidak?”
Xuanji menggosok matanya dan berkata lembut, “Tentu saja aku tahu. Aku mengetahuinya dalam hati.”
Zhong Minyan tak bisa berkata-kata dan akhirnya melambaikan tangannya, “Itu konyol! Kau tak masuk diakal! Sudahlah, aku mengantuk. Aku mau tidur. Kita masih punya perjalanan panjang yang harus ditempuh besok.”
Saat Linglong melihat kalau pertengkaran sudah hampir pecah, dia pun buru-buru menarik lengan baju Xuanji dan berbisik, “Meimei, apa kau sengaja bicara karena marah?”
Xuanji menggelengkan kepalanya dengan sorot nanar, “Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya.”
Bahkan Linglong juga tak mampu berkata-kata.
Ruo Yu sibuk meredakan situasi dan tersenyum, “Kenapa kalian harus mengucapkan kata-kata yang begitu tak enak didengar? Ayolah, mari kita minum lagi! Ayo minumlah bersama kami, lalu istirahat dan kembali tidur. Sungguh langka ketika semua orang begitu gembira.”
Zhong Minyan terlalu malu untuk bersikap tidak sopan, karenanya dia pun bersulang seraya tersenyum dan perlahan mulai minum.
Setelah minum tiga putaran lagi, badai kecil yang tadi merebak di antara mereka pun menghilang. Yu Sifeng agak mabuk dan tersenyum seraya memegangi cawannya, “Minyan, selanjutnya kalian mau ke mana?”
Zhong Minyan berkata, “Kami berencana untuk pergi ke arah timur, melihat-lihat kebiasaan dan orang-orang di sepanjang perjalanan, juga membereskan beberapa siluman yang mengganggu kami. Terakhir, kami akan pergi ke Pulau Fuyu untuk mengunjungi Pemilik Pulau.”
Yu Sifeng terdiam setelah mendengar hal itu. Linglong menepukkan tangannya dan berkata, “Sifeng, Ruo Yu, Nona Lu, kalian semua toh datang kemari untuk berlatih, jadi kenapa kita tidak pergi bersama-sama? Jangan berpisah jalan, atau rasanya akan membosankan!”
Ruo Yu hanya tertawa namun tak mengatakan apa-apa, menolehkan kepalanya untuk menatap Yu Sifeng, jelas-jelas hanya mendengarkan pendapat pria itu. Setelah berpikir sejenak, Yu Sifeng akhirnya mengangguk, “Baik, ayo kita pergi bersama. Merupakan hal yang baik karena aku dan Ruo Yu tak punya tujuan, jadi akan menyenangkan untuk melakukan perjalanan bersama kalian.”
Melihat kalau Sifeng sudah setuju, Linglong pun merasa kegirangan, dan maju untuk menarik Lu Yanran. Kedua gadis itu tak lagi bertengkar, namun malah merasa kalau selera mereka serupa dan tak bisa dipisahkan.
“Yanran akan ikut dengan kita. Semakin banyak semakin ramai!” Linglong tampak sangat tulus ketika dia menggenggam tangan Lu Yanran.
Lu Yanran merasa terharu dan berkata lembut, “Terima kasih, Linglong. Sebelumnya aku telah mengatakan banyak hal yang tak menyenangkan kepadamu, jadi harap jangan diambil hati. Dan Xuanji… aku minta maaf juga.”
Linglong melambaikan tangannya dengan gaya santai, “Mengapa kau terus bicara tentang urusan lama itu? Aku sudah lupa!”
Lu Yanran tersenyum tipis, “Tapi aku sudah menyadari satu hal. Aku telah memutuskan untuk pergi mencari teman-teman seperjalananku, minta maaf kepada mereka, dan kemudian kembali bersama-sama ke Pulau Fuyu. Jadi… aku tak bisa pergi bersama kalian.”
Semua orang tertegun, dan Linglong buru-buru berkata, “Bagaimana.. bagaimana kau bisa bilang kalau kau akan pergi?!”
Lu Yanran berkata dengan raut serius, “Aku dulu berpikir kalau orang lain pasti bisa menggantikan tempatku, bahwa tak menjadi masalah bila aku tak bisa melakukan suatu hal dengan benar, tapi sekarang aku menyadari kalau aku salah. Aku tak mau menjadi beban lagi bagi orang lain, aku ingin menjadi seperti Linglong dan Xuanji, seorang pendekar wanita yang tak kalah dengan laki-laki. Jadi aku harus kembali dan meminta maaf kepada teman-temanku lalu memulai kembali semuanya dari awal. Sudah hampir tiba waktunya bagiku agar turun gunung dan berlatih, dan saat aku menemukan mereka, aku harus kembali ke Pulau Fuyu. Linglong, bukankah kalian akan pergi ke Pulau Fuyu juga? Kalau begitu kita akan bertemu lagi. Nanti aku akan mentraktir kalian makanan terbaik di pulau.”
Linglong tahu kalau keputusannya telah dibuat, jadi dia tak memaksakannya dan bertanya, “Baiklah, aku akan menemuimu di Pulau Fuyu. Kapan Yanran berencana untuk pergi? Kapan kau akan pergi mencari teman-teman seperguruanmu?”
“Aku akan pergi ke barat terlebih dahulu. Mereka semestinya berada di sekitar Gunung Taihua, yang kebetulan berada di arah yang berlawanan dengan arah yang kalian tuju. Masalah di sini sudah terpecahkan, aku akan pergi besok pagi-pagi sekali.”
Tak ada seorang pun yang mengatakan hal lainnya, mereka minum arak sebagai sulangan perpisahan kepadanya.
Mereka minum hingga siang, dan kemudian pergi beristirahat.