The Glass Maiden - Chapter 32
Ada delapan rantai besi, ditempatkan di delapan penjuru. Kedelapan rantai ini digunakan untuk mengurung sesosok siluman.
Inikah yang Ting Nu maksudkan? Xuanji masih kebingungan, “Lantas… seberapa panjang rantainya? Dan di mana silumannya?”
Ting Nu tersenyum lagi, dengan secercah raut mengolok, “Demi menciptakan rantai-rantai besi ini, dahulu hampir seluruh kekayaan yang ada di dunia dipergunakan… tetapi hal yang aneh adalah, tak ada seorang pun yang tahu di mana siluman itu dikurung. Kedelapan rantai besi menggunakan Bagua Langit untuk menekannya, dan kudengar mereka menusuk tulang-tulang selangkanya dengan gembok-gembok emas. Bahkan bila dia memiliki kemampuan untuk membalikkan gunung dan laut, dia tetap tak bisa kabur….”
Xuanji mengangguk perlahan dan berkata, “Hebat sekali! Dia pasti telah melakukan banyak perbuatan buruk di masa lalu.”
Untuk sesaat pandangan Ting Nu beralih, dan kemudian dia menggumam, “Apa itu baik dan apa itu buruk? Orang-orang itu, aku tak yakin apakah mereka sendiri mengetahuinya…?”
Xuanji menatap rantai itu selama sesaat namun dengan cepat kehilangan minat dan kembali ke kabinet kumala dengan membawa pedang, berkata, “Mencelakai orang dan melakukan hal buruk berarti jahat. Ini adalah kebenaran sederhana. Aku lebih baik membunuh tubuh sejati Zi Hu terlebih dahulu.”
Ketika Ting Nu melihat kalau Xuanji hendak menusuk rubah itu dengan pedangnya, dia langsung gentar dan berkata, “Apa kau benar-benar ingin membunuh dia?”
Namun Xuanji tak mengucapkan sepatah kata pun. Dengan putaran dari pergelangan tangannya, ujung pedang itu menusuk tanpa ampun ke arah jantung si rubah ungu. Namun terdengar suara ‘klang‘. Tubuh sejati Zi Hu ternyata lebih keras bahkan daripada besi biasa, pedang tak mampu menusuknya, melainkan tergelincir dan mengenai kabinet. Kabinet kumala itu tak mampu menahan serangan tersebut, dan pecah berkeping-keping ke lantai.
Xuanji menggunakan seluruh kekuatannya, namun getarannya terlalu kuat sehingga tangannya jadi kebas. Dia menatap pada rubah ungu yang terbaring di antara pecahan kumala dengan susah payah, namun tubuh rubah itu begitu ketas sehingga tak ada cara untuk melukainya.
Wajah Ting Nu memucat. Dia berkata lembut, “Dengan kekuatan qi-mu yang sekarang… kau tak mampu melukai sehelai bulu pun pada tubuhnya. Pergi dan carilah saudara-saudaramu lalu kaburlah.”
“Tidak.” Xuanji tiba-tiba menatap balik ke arah Ting Nu, penuh pemikiran, “Bukan itu yang kau katakan di dalam gua. Kau bilang, dengan kemampuanku, bagaimana bisa aku kalah kepadanya. Mengapa sekarang kau ingin mengubah kata-katamu? Kau sepertinya… mengetahui banyak hal.”
Ting Nu juga adalah seorang teman yang memiliki hubungan sangat baik dengannya, dan dia juga adalah teman yang sangat baik dengan Ting Nu.
Sebelumnya, Ting Nu berpikir kalau Xuanji berpikiran sederhana dan telah kehilangan kekuatan spiritualnya dalam kehidupan ini. Dia tak menyadari kalau Xuanji ternyata begitu tajam, hatinya adalah cermin. Dia mengira Xuanji tak mendengarkan, namun ternyata gadis itu mengingatnya dengan sangat jelas.
Untuk waktu yang lama, Ting Nu tak mampu menemukan alasan apa pun, “Ini… berbeda. Kau tak punya… belum.”
“Belum, apa?”
Ting Nu dibuat tak mampu berkata-kata dan memutuskan untuk pura-pura tuli.
“Ting Nu?” Xuanji melangkah maju dan ingin mengajukan lebih banyak pertanyaan, namun kemudian tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu dan menjadi kegirangan, menepukkan tangannya dan tersenyum, “Benar, tak terpikirkan olehku. Karena aku tak bisa melukainya dengan pedang, aku bisa memakai api untuk membakarnya! Maksudmu adalah aku bisa memakai teknik-teknik kultivasi, kan, Ting Nu?”
Ting Nu dibuat begitu kebingungan olehnya sehingga dia tak tahu apakah harus menganggukkan atau menggelengkan kepala, dan hanya mampu memberikan seulas senyum kecut.
Xuanji membuat segel dan menciptakan dua naga api, keduanya seukuran mangkuk besar, melayang berputar-putar di udara, percikan-percikan api berjatuhan ke mana-mana. Begitu Xuanji menggerakkan jarinya, kedua naga api itu pun melihat rubah ungu yang terbaring di lantai dan terbang naik dengan sentakan ekor mereka, memutarinya dan menghasilkan semburan api yang mengerikan.
“Dalam kondisi yang baik.” Xuanji mengira dirinya terluka dan tak bisa memanggil naga api, namun ternyata dia tetap berhasil. Dia menatap ke belakang pada Ting Nu dan ingin manusia duyung itu memuji dirinya.
Namun alis Ting Nu malah bertaut dan bibirnya tertekuk, seakan merasa cemas. Sesaat kemudian, manusia duyung itu tiba-tiba berkata, “Tak ada gunanya… siluman rubah itu sudah berumur seribu tahun. Sekarang kau tak berada pada tingkatan yang sama dengannya. Api tak bisa membakarnya sampai mati, air tak mampu menenggelamkannya…. Dia sudah melewati tiga puluh enam ujian karma, api fana baginya hanyalah mainan.”
Xuanji tak percaya, namun saat dia menatap kembali pada si rubah ungu, dia mendapati bahwa bahkan kumis rubah itu saja tidak terbakar. Dia begitu frustrasi dan memanggil kembali naga-naga api itu untuk disimpan.
“Kalau begitu apa yang harus kita lakukan. Entah dia yang mati atau kita yang mati,” Xuanji mendesah.
“Mengapa kau ingin membunuh dia? Dia adalah siluman rubah yang sudah dewasa sepenuhnya dan tak pernah membunuh siapa pun, jadi mengapa kau ingin membunuh dia?” Ting Nu bertanya dengan hati-hati.
Xuanji mengernyit, “Siapa bilang dia tak membunuh orang? Bukankah penduduk Kota Zhongli telah mengirimkan empat orang laki-laki kepadanya setiap tahun? Bukankah dia adalah siluman yang mengumpulkan yang untuk mengisi yin? Kalau dia tak membunuh orang, ke mana perginya orang-orang itu?”
“Orang-orang itu….”
Begitu Ting Nu mulai bicara, dirinya disela oleh suara merdu dari arah pintu, berkata, “Aku telah membunuh orang-orang itu. Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membalaskan dendam mereka?”
Begitu perkataan tersebut terucap, suatu bayangan ungu melayang masuk, tampak sama tak berbobotnya dengan kepulan asap, dan membungkus di sekeliling rubah di lantai. Ketika mereka melihat, wanita cantik berbaju ungu telah berdiri di seberang ruangan dengan wajah penuh senyum, memeluk rubah yang tertidur dalam dekapannya.
“Ah! Kau….” Ketika Xuanji melihat kalau wanita itu tak terluka, berarti pastilah Sifeng dan yang lainnya yang terluka, dan dia pun buru-buru bertanya, “Apa yang telah kau lakukan pada mereka?”
Zi Hu membelai rubah di dadanya dan tertawa, “Bukan apa-apa, mereka hanya dilemparkan ke dari tebing setelah aku mengumpulkan energi yang mereka. Entah mereka mati atau tidak, itu tergantung pada nasib mereka.”
Ketika Xuanji melihat wajah tersenyumnya, dia menganggap hal itu sebagai kelakar, namun hatinya begitu cemas sehingga dia gemetaran dan berkata, “Ting Nu bilang kau tak melukai siapa pun…. Kau benar-benar telah membunuh mereka?”
Zi Hu tampak tegas dan berkata dingin, “Dengan mempertimbangkan siapa diriku, lantas kenapa kalau aku membunuh beberapa orang manusia? Tak bisakah aku sekedar membunuh mereka? Pria yang mengenakan topeng itu namanya Sifeng, kan? Sebelum dia mati, dia terus memanggil-manggil namamu. Sungguh pemuda yang manis….”
Hati Xuanji dipenuhi oleh rasa sakit, seakan sebuah tangan raksasa tengah meremas organ-organ dalamnya, dan kemudian meletakkan dirinya dalam kuali penggorengan. Rasa sakit itu begitu hebat sehingga dia tak sanggup berdiri tegak.
Apa dia sudah mati? Apa dia benar-benar sudah mati? Xuanji masih tak mampu menyelamatkan orang-orang yang telah berusaha dia lindungi.
Mata Xuanji memburam, seakan dirinya kembali ke sebuah malam terang bulan ketika seorang remaja bertemperamen panas berteriak kepadanya, “Apa kau bahkan mendengarkan?”
Kemudian tiba-tiba dirinya berada di tengah-tengah langit biru, tersenyum kepada remaja berwajah dingin, berkata, “Mari kita jangan berpisah selama empat hari berikutnya.”
Namun orang-orang ini sudah mati dan takkan pernah terlihat kembali. Hal terakhir yang Sifeng katakan kepadanya adalah agar dia melarikan diri.
Ting Nu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Zi Hu, jangan ucapkan kata-kata ini dalam kemarahan! Kau tak tahu, dia itu….”
Zi Hu tampak pucat dan berkata tajam, “Kata-kata marah apa? Memang benar, kok! Apa yang kau bicarakan? Ya, aku sudah membunuh mereka semua! Aku juga ingin menghancurkan Kota Zhongli… tidak, seluruh dunia, lantas apa yang akan kau lakukan? Oh, aku lupa. Kau hanya manusia. Kalau kau tak mau mati, keluar! Kembalilah ke guamu! Atau aku takkan berbelas kasihan!”
“Zi Hu!” Ting Nu meninggikan suaranya dan menggelengkan kepala, “Kau yang lebih baik kembali. Kau tak boleh menyentuh para kultivator itu. Biarkan mereka pergi dan lakukan seperti yang dinasihatkan kepadamu!”
Zi Hu tertawa dan menaruh rubah itu ke dalam lengan bajunya, berkata dengan suara memikat, “Apa yang bisa kau lakukan? Kau itu hanya kaum abadi buangan, dan dia hanya seekor gadis kecil yang bahkan tak mampu mengikat seekor ayam*…. Apa yang bisa kalian lakukan?”
(T/N: 手无缚鸡之力 (shǒu wú fù jīzhī lì) – tak punya tenaga bahkan untuk mengikat ayam. Yang berarti sangat lemah atau tak terbiasa dengan kerja fisik)
“Tidak.” Suara Xuanji terucap dingin, dan dia menatap Zi Hu dengan sorot nanar, wajahnya penuh dengan air mata, namun tak ada ekspresi di wajah tersebut. “Kau juga harus mencoba untuk mati sekali.”
Pedang di tangannya bergerak pelan. Dia sedang menggunakan teknik pedang paling umum dari Perguruan Shaoyang, Pedang Yaohua.
Ketika Ting Nu melihat kilatan perak yang menakutkan di mata Xuanji, dia tahu kalau kondisinya buruk dan berkata, “Zi Hu! Jangan keras kepala! Lepaskan para kultivator itu!”
Bibir Zi Hu membuka, dan dia sudah akan mengatakan sesuatu ketika dia tiba-tiba melihat cahaya perak tepat di depan matanya, dan ujung pedang tersebut sama cepatnya dengan petir. Dia terperanjat, wajah yang seakan diukir dari es, semakin mendekat. Sorot matanya begitu dalam dengan cahaya keperakan berdenyut seperti lidah api, namun luar biasa dingin, dengan aura membunuh yang begitu kuat sehingga Zi Hu tak mampu bergerak.
Kau harus mencoba untuk mati sekali.
Barulah setelah cahaya pedang itu meraung lewat seperti seekor naga, bayang-bayang ungu dari Zi Hu berubah menjadi asap dan terbang ke sudut dengan panik, di mana bayang-bayang itu kemudian berkumpul, dan menatap Xuanji dengan ngeri, seakan gadis itu adalah hantu jahat dari neraka.