The Glass Maiden - Chapter 43
Kemudian, Yu Sifeng pun menceritakan kisah bagaimana mereka turun gunung untuk berlatih, bagaimana mereka bertemu di Gunung Haiwan, bagaimana mereka menyingkirkan siluman, bagaimana mereka bertemu Zi Hu di Gunung Gao, dan akhirnya bagaimana mereka diserang… dia menceritakan semua hal ini secara mendetil.
Dongfang Qingqi mendengarkan hingga selesai, mengernyit dalam waktu lama, sebelum berkata, “Jadi, ada sejumlah besar siluman yang berkumpul untuk membuat masalah dan berusaha menyelamatkan siluman besar dari penjaranya?”
Yu Sifeng berkata dengan suara lirih, “Saya tak berani bicara lebih banyak lagi, dan saya ingin meminta Pemilik Pulau mengemukakan pendapatnya.”
Dongfang Qingqi berpikir sejenak, kemudian berkata, “Aku pernah dengar legenda tentang Rantai Besi Penenang Samudera saat aku masih muda, tetapi aku berpikir kalau ini hanyalah sebuah legenda kuno. Tak kusangka kalau ini ternyata benar… kau tahu, ukuran dari pola bagua berhubungan dengan kekuatan seorang siluman. Pola berukuran kecil untuk menekan siluman kecil. Bila kedelapan penjurunya adalah batas-batas dunia, aku tak bisa bayangkan siluman macam apa yang akan dikurung oleh bagua sebesar itu. Takutnya ini bukanlah sesuatu yang bisa dicampuri oleh manusia.”
Haruskah kita membiarkannya saja? Xuanji dan Yu Sifeng masih muda dan penuh dengan keberanian, dan karenanya mereka pun merasa tidak rela.
Saat Dongfang Qingqi melihat kalau mereka ragu-ragu, dia pun berkata, “Ini adalah sesosok siluman yang dikurung oleh para dewa di masa lalu, dan bahkan siluman biasa takkan bisa menyelamatkan dia. Untuk saat ini kalian tak perlu cemas, tetaplah tenang dan mengamati untuk membuat keputusan yang tepat.”
Itu adalah satu-satunya cara. Mereka berdua pun menganggukkan kepala.
Kemudian mereka bertiga pun saling beramah-tamah dan suasananya menjadi semakin dan semakin harmonis. Xuanji melihat bahwa meski Dongfang Qingqi masih tampak sama dengan empat tahun yang lalu, tersenyum dan tampak tak peduli, namun terdapat bayang-bayang gelap yang mendalam di bawah mata pria itu, dan kesunyian yang sesekali muncul akan menampakkan kesedihannya yang tak terkendali.
Xuanji yakin kalau Dongfang Qingqi telah sangat menderita gara-gara istrinya, sehingga pria itu bahkan tak memercayai murid-murid dekatnya lagi.
Xuanji tak bisa menahan diri untuk berkata lirih, “Paman Dongfang… Paman… tampaknya sangat kelelahan.”
Dia sudah hendak berkata bahwa Dongfang Qingqi tampak tidak gembira, namun kemudian dia merasa kalau pertanyaan itu tidak sesuai, jadi dia pun mengubah pertanyaannya.
Dongfang Qingqi tertegun. Dia menyeka wajahnya seraya tersenyum enggan, “Sekarang sudah hampir waktunya untuk Upacara Tusuk Rambut Bunga, dan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan di pulau. Tidaklah mudah menjadi kepala sekte.”
Dia bercanda, namun sama sekali tidak meyakinkan.
Xuanji ingin menanyakan apa yang akan terjadi pada murid-murid yang telah diusirnya dan apakah mereka benar-benar telah dikeluarkan, namun Yu Sifeng meremas tangannya dan memberinya isyarat agar jangan bertanya, jadi Xuanji pun harus menarik kembali kata-katanya.
Setelah berbasa-basi beberapa saat, Yu Sifeng berkata, “Pemilik Pulau sibuk dengan kegiatannya, kami tidak enak hati bila mengganggu, jadi kami akan pergi sekarang.”
Dongfang Qingqi tertawa dan berkata, “Sejak kau masih kecil, kau selalu bersikap sopan pada semua orang. Setelah lewat bertahun-tahun ini, sungguh langka bisa mengunjungi tempatku, jadi bagaimana aku bisa membiarkan kalian pergi? Tinggallah di sini! Beberapa hari lagi, keempat sekte lainnya akan datang untuk menetapkan jumlah peserta, apalagi Linglong dan yang lainnya juga akan datang. Jangan cemas, tinggallah di sini seperti di rumah sendiri. Tak usah terlalu bersopan santun.”
Xuanji dan Yu Sifeng saling melemparkan senyum dan mengangguk, berkata, “Bagus, aku tak pernah melihat pemandangan Pulau Fuyu sebelumnya, jadi kali ini aku akan melihat-lihat dengan sepuasnya. Omong-omong, Paman Dongfang, Paman masih berhutang kepadaku santapan acar kubis Pulau Fuyu, dan juga, bertemu dengan istri Paman yang merupakan wanita paling cantik di dunia.”
Xuanji sengaja menyebutkan tentang istri Dongfang Qingqi untuk melihat bagaimana pria itu akan bereaksi. Sejenak Dongfang Qingqi membeku. Dia lalu menyeringai seakan hendak mengeluarkan tawa pilu, namun dia berhasil mengubah senyum pahit itu menjadi senyum gembira, tampak begitu canggung sehingga bahkan Xuanji juga merasa tidak enak untuknya.
“Uh… bagus, bagus. Aku akan minta istriku mempersiapkan makanan dan makan malam bersama kita malam ini.”
Setelah dia pergi, Xuanji dan Yu Sifeng berjalan-jalan mengelilingi Pulau Fuyu dengan berpura-pura sedang bersantai, berusaha mencari si istri cantik yang misterius ini.
Akan tetapi, saat sebelumnya mereka terbang menuju ke pulau, mereka merasa kalau pulau itu hanyalah bentangan daratan seukuran telapak tangan, namun kini saat mereka berdiri di atasnya dan berkeliling, mereka pun menyadari betapa besar ukurannya. Ini adalah kali pertama bagi mereka berdua untuk datang kemari, dan segera mereka pun tersesat dan tak bisa menemukan jalan untuk kembali. Mereka merasa bahwa di mana pun mereka melihat, selalu terdapat bunga, pohon, dan tanaman menghijau; dan pemandangannya teramat menakjubkan sehingga nyaris terasa ajaib.
Pada akhirnya, mereka tak sanggup berjalan lebih jauh lagi, jadi mereka pun bersandar pada sebatang pohon aprikot dan menatap ke kejauhan. Hembusan angin laut yang mengandung garam, bercampur dengan keharuman berbagai bunga dan tanaman, mengelilingi mereka. Xuanji mendesah nyaman dan tertawa, “Aku selalu mengira kalau Tujuh Puncak di Gunung Shaoyang memiliki pemandangan terbaik, tetapi hari ini aku menyadari kalau ada langit di atas langit, dan Pulau Fuyu benar-benar seperti kahyangan.”
Yu Sifeng menggodanya lagi, “Kalau memang di sini sangat menyenangkan, maka tinggallah di sini dan jangan pergi.”
“Itu, itu tak mungkin.” Xuanji buru-buru menyatakan sikapnya, “Di rumah tetap yang terbaik. Dalam hati Sifeng, Istana juga adalah yang terbaik, kan?”
Namun Sifeng malah tampak terkejut, dan kemudian dia mengangkat sudut-sudut bibirnya dan mendesah, “Ya… tapi aku tak punya rumah.”
Memangnya Istana Lize bukan rumahmu? Xuanji menatap pria itu dengan membisu. Sifeng memang selalu seperti ini, biasanya acuh tak acuh serta tak peduli, tak pernah mengungkapkan apa pun dengan mudah. Namun terkadang, dia tampak sedih dan kesepian, bagai daun gugur yang kehilangan akarnya.
Seakan merasakan tatapan Xuanji, Yu Sifeng mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk bahu gadis itu, tersenyum, “Jangan pandangi aku seperti itu. Ditatap begitu rasanya menakutkan.”
Tampaknya sejak dulu Sifeng memang tak pernah suka dipandangi seperti itu, dan dia bahkan marah kepada Xuanji gara-gara hal itu. Xuanji pun menunduk dan bermain-main dengan kelopak aprikot yang telah gugur, seraya berbisik, “Aku tak tahu bagaimana kabar Linglong, tapi aku telah merasa gelisah selama beberapa hari terakhir ini. Takutnya Shixiong Keenam dan yang lainnya tak bisa menemukan dia. Dan Ting Nu… di mana dia?”
Yu Sifeng tersenyum lemah, ‘Mengapa kau masih memanggil dia Shixiong Keenam?”
Xuanji terkejut dan menatap kelopak-kelopak merah muda di tangannya untuk waktu yang lama sebelum dia berkata, “Kalau tidak… bagaimana lagi aku memanggil dia?”
Yu Sifeng terdiam.
“Minyan adalah orang yang sangat, sangat baik,” Sifeng berkata lembut, “Dia baik hati dan penuh perasaan.”
Xuanji perlahan menebarkan kelopak-kelopak bunga dari tangannya dan berbisik, “Ada orang yang lebih baik. Kau yang bilang begitu, Sifeng.”
Jantung Yu Sifeng bergetar, dan dirinya jadi tak bisa bicara. Tangan Xuanji mungil dan putih, halus dan lembut, serta perlahan terjulur, seakan gadis itu hendak menggenggam lengan bajunya seperti sebelumnya, bagai seekor anak kucing yang mencari orang untuk bermain bersamanya.
Sifeng tak bisa menahan diri untuk membuka telapak tangannya dan menggenggam tangan Xuanji, ada ribuan gelombang desahan di hatinya. Akalnya yang biasanya cepat pada saat ini lenyap tanpa jejak.
“Kita berempat akan selalu bersama-sama selamanya, takkan pernah terpisah sehari pun. Bukankah begitu?” Xuanji memohon, tampak agak memesona, berkata dengan begitu lembut dan manis.
Yu Sifeng tercengang dan menganggukkan kepalanya, merundukkan bulu matanya dan berkata lirih, “Baiklah.”
Angin menyapu bunga-bunga yang berguguran, berjatuhan satu demi satu. Xuanji menunjuk pada bunga-bunga merah muda dan merah yang berguguran lalu tertawa, “Lihatlah, tampak seperti hujan!”
Sebelum dia selesai bicara, Sifeng telah meremas tangannya, dan membuatnya terkejut. Pria itu lalu berkata dengan suara lirih, “Diamlah, ada orang di depan.”
Xuanji buru-buru memicingkan matanya, dan melihat sesosok berwarna lavender berdiri diam di tengah-tengah bunga yang berguguran, dengan rambut panjang yang melambai-lambai bagaikan awan serta mata berkilau bagai bintang. Ketika wanita itu menaikkan alisnya, bunga-bunga musim semi yang memenuhi kebun itu serta merta kehilangan warna mereka.
Pemandangan ini tampak familier. Empat tahun yang lalu Xuanji juga tanpa disengaja melihat ke belakang, memergoki sebuah rahasia. Siapa yang mengira kalau hari ini, mereka akan melihatnya lagi.
Meski ini adalah kali pertama mereka melihat wajah wanita itu, hampir pada saat itu juga mereka tahu siapa dirinya. Bila ada orang yang bisa disebut sebagai wanita tercantik di dunia, pastilah si wanita berbaju ungu ini.
Wanita ini pastilah istri dari Dongfang Qingqi, racun yang telah menghancurkan hatinya.