The Glass Maiden - Chapter 44
Mereka berdua bersembunyi di belakang pohon bunga, bahkan untuk bernapas pun tak berani.
Sebenarnya, tak ada alasan untuk bertingkah seperti pencuri, tetapi entah kenapa pemikiran bahwa mereka mengetahui rahasia dari wanita cantik ini membuat mereka takut untuk menghadapinya, karena takut wanita ini akan tahu.
Mungkin yang lebih mereka takutkan adalah bahwa mereka akan memergoki wanita itu bersama dengan pengurus pulau untuk yang kedua kalinya di sini. Namun saat mereka melihat, wanita itu tampaknya hanya seorang diri di sini, menatap sesuatu, tampak kaget dan kebingungan.
“Ayo kita pergi saja.” Xuanji melirihkan suaranya dan membuat isyarat untuk mundur, karena dirinya takut bertemu masalah.
Yu Sifeng menggelengkan kepalanya, “Tunggu… lihat apa yang akan dia lakukan.” Sifeng ingin mengumpulkan bukti kalau-kalau terjadi sesuatu dan mereka berdua dijebak oleh wanita itu, maka urusannya akan jadi terlalu buruk.
Si wanita cantik memandangi bunga-bunga yang berguguran dan mendesah, suaranya lebih lembut daripada getaran bunga kumala, yang mana tampaknya mengandung tak terhitung banyaknya kesedihan dan kepahitan, membuat yang mendengar merasa hatinya berdesir, ingin melakukan sesuatu untuknya, supaya wajah gembira si cantik itu akan muncul kembali.
“Dia sepertinya sedang bernyanyi….” Xuanji mendengarkan dengan penuh perhatian, dan diiringi hembusan angin laut, suara nyanyiannya yang indah bagaikan laut dalam, terkadang membubung hingga ke awan, terkadang turun dengan berat dan menyerakkan suara kumala dan mutiara.
“Lihatlah di seberang Sungai Qi, hutan bambu menghijau menari. Pria tampan bekerja sepenuh hati, bagai guru agung memahat kumala sekeping, bagai seniman besar memahat sepotong gading. Tenang, yakin, bermartabat dan murni. Pria yang begitu elegan, bagaimana aku bisa melupakan ini.*”
(T/N: Naskah aslinya berbunyi:
瞻彼淇奧,綠竹猗猗。(Zhān bǐ qí ào, lǜ zhú yī yī.)
有匪君子,如切如磋,(Yǒu fěi jūnzǐ, rú qiè rú cuō,)
如琢如磨 (rú zuó rú mó),
瑟兮僴兮,赫兮咺兮。(sè xī xiàn xī, hè xī xuǎn xī.))
Suaranya perlahan memudar, dan si wanita cantik bersandar di pohon, memetiki bunga, dan tak lagi bersuara.
Apa yang dia nyanyikan? Xuanji menatap Yu Sifeng dan secara instingtif mengetahui kalau pria itu pasti punya jawabannya.
Yu Sifeng berbisik, “Dia bernyanyi tentang seorang lelaki, yang begitu rupawan seakan diukir dari kumala, dan membanggakan betapa agung pria itu, sehingga dia tak bisa berhenti memikirkannya.”
Sebuah lagu cinta! Xuanji terkejut. Jadi inilah lagu cinta yang legendaris itu! Ini adalah kali pertama Xuanji mendengarnya.
“Indah sekali, kalau saja aku bisa mendengar beberapa baris lagi,” dia menyesalkan.
Yu Sifeng berkata, “Kedengarannya dia tulus pada si pengurus itu, tetapi malah salah menikahi Dongfang Qingqi dan tak bisa menahan diri untuk bermain api. Aku hanya tak tahu apakah si pengurus itu memperlakukannya dengan tulus….”
Xuanji berkata, “Apa? Apa kau ingin membantu mereka agar bisa bersatu?”
Sifeng menggelengkan kepalanya, “Mana mungkin? Pernikahan adalah urusan seumur hidup, bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Karena dia sudah menyembah langit dan bumi dengan Dongfang Qingqi, maka tak ada jalan untuk kembali.”
“Lantas apa yang kau maksudkan dengan yang baru saja kau katakan…?” Xuanji dibuat bingung olehnya.
“Maksudku….” Sifeng memicingkan matanya dan menampakkan rasa kasihan, “Kalau si pengurus itu tulus, setidaknya si wanita takkan menyia-nyiakan cintanya untuk orang itu. Bagaimanapun juga, selalu kasihan saat seseorang bermain-main dengan perasaanmu.”
Itu masuk akal. Xuanji menganggukkan kepalanya, dan keseimbangan dalam hatinya agak condong ke sisi Nyonya Dongfang.
Nyonya Dongfang terdiam selama sesaat dan menyanyikan beberapa baris lagi, hanya memuji pria ini dan menyebutkan betapa dia merindukannya. Xuanji hanya bisa merasakan nada melankolis dari lagunya, seakan dia luar biasa gembira, namun di bawah kegembiraan itu terdapat kesedihan mendalam. Mungkinkah mencintai seseorang akan menyebabkan rasa sakit sebesar itu?
Xuanji teringat pada percakapan antara ibunya dan Linglong yang tanpa sengaja dia dengar pada kali terakhir, di mana mereka membicarakan tentang Zhong Minyan. Sang ibu bertanya apakah Linglong benar-benar menyukai pria itu, dan Linglong merona serta menahan lidahnya dalam waktu lama sebelum berkata, “Saat dia melihat Minyan, dia begitu gembira sehingga tak mampu menahan diri. Akan tetapi, bila dia tak melihat Minyan, dia merasa luar biasa tidak nyaman. Ibu menganggukkan kepala dan berkata, “Jatuh cinta kepada seseorang adalah sebuah upaya keras, dan cinta adalah separuh penderitaan serta separuh kegembiraan.”
Xuanji tak pernah mengerti apa maksud dari separuh penderitaan dan separuh kegembiraan. Ingin bersama dengan seseorang, berbahagia dengannya, dan bagaimana bisa jadi menderita? Kalau kau merasa sakit, maka jangan temui orang itu lagi, mengapa kau gembira melihat dia?
Akan tetapi, pada saat ini, mendengarkan lagu duka Nyonya Dongfang, Xuanji jadi agak terobsesi. Dia teringat pada kejadian-kejadian di masa kecil, yang tampaknya telah menjadi sebuah ingatan yang amat jauh, bagaikan permadani dari sutra lembut, satu demi satu, tiada hentinya, dan membingungkan. Yang disebut sebagai ‘untung dan rugi’, rasa manis dan pahit bercampur, dan dia sepertinya mulai sedikit mengerti.
“Ayo pergi. Jangan lihat lagi.”
Yu Sifeng tiba-tiba menarik lengan bajunya. Kesadaran Xuanji mendadak kembali dan dia menganggukkan kepalanya, lalu keduanya pun berjingkat diam-diam memutari bagian belakang pohon bunga itu, pergi jauh-jauh dari tempat itu.
Xuanji berjalan di belakang Yu Sifeng dengan kepala menunduk rendah, tak tahu harus berpikir bagaimana. Sesaat kemudian, dia berbisik, “Sifeng, apa kau masih ingin bicara pada Paman Dongfang untuk menjernihkan masalahnya?”
Rencana semula mereka adalah untuk secara tidak langsung mengungkapkan kebenarannya kepada Dongfang Qingqi, sehingga para murid yang telah salah dituduh itu bisa kembali. Tetapi kini, siapa yang masih sampai hati untuk mengungkapkan kebenarannya?
Yu Sifeng menghembuskan desahan panjang dan berkata dengan suara lirih, “Mereka semua adalah orang-orang yang mengibakan, dan tak ada seorang pun yang tega membuat kerusakan. Mari kita lihat orang macam apa si pengurus itu saat makan malam hari ini, baru kemudian kita akan membuat rencana.”
Xuanji menganggukkan kepalanya, dan mereka pun memutari Pulau Fuyu, mencari jalan kembali ke kamar mereka dengan susah payah.
Pada saat makan malam, Dongfang Qingqi mengirim seseorang untuk mengundang mereka. Setelah berjalan melewati bunga-bunga dan pepohonan dedalu selama beberapa saat, mereka pun tiba di sebuah paviliun segi delapan yang elegan. Xuanji melihat paviliun itu digantungi tirai hijau dan cahaya rembulan terpantul di situ. Ada seorang wanita cantik di dalam paviliun, bagai bidadari yang keluar dari dalam lukisan, begitu jelita hingga Xuanji tak berani menatapnya.
Kedua orang itu melihat alis dan matanya, dan tahu kalau wanita itu adalah orang yang sama dengan yang bernyanyi di hutan bunga, namun dia telah berganti pakaian dengan gaun putih bulan dengan tusuk rambut kumala putih yang tersemat miring dalam sanggulan rambutnya. Tak memakai bedak maupun riasan, dalam cahaya rembulan yang jernih bagai air, dirinya tampak lebih bagaikan peoni, menarik dan elegan, di atas manusia biasa.
Ini bukan kali pertama Xuanji melihat wanita cantik ini, namun tetap saja hal ini mengejutkan hati Xuanji. Dan sepertinya Yu Sifeng juga sedikit kewalahan. Mereka berdua berjalan lewat dengan membisu, tak berani bicara.
Dongfang Qingqi tersenyum dan duduk di depan si wanita cantik, memberi isyarat kepada mereka berdua, “Cepat kemari. Orang-orang selalu bilang kalau Arak Buah Ambar sangat lezat, jadi hari ini aku akan membuat kalian mencicipi Arak Embun Seratus Bunga dari Pulau Fuyu.”
Mereka berdua menghampiri sang Pemilik Pulau dan istrinya dengan sikap takzim. Xuanji melirik Nyonya Dongfang berkali-kali dan akhirnya berkata, “Xuanji memberi salam kepada Nyonya.”
Si wanita cantik mengangkat sedikit alisnya, dan dengan seulas senyum di bibirnya, dia berkata lembut, “Dia adalah putri dari Ketua Sekte Chu, benar, kan? Bagaimana kalau kau tinggal di sini selama beberapa hari lagi dan bersenang-senang.”
Xuanji melihat bahwa meski wanita ini ramah, dia tak bisa menyembunyikan ketidakpeduliannya, seolah dia tak tertarik ada apa pun di sini. Mungkinkah ini karena pengurus yang dia sukai tak ada di sini?
Dongfang Qingqi yang malang harus berpura-pura seakan tak ada yang terjadi di hadapan para generasi muda, terkadang membujuk mereka agar minum, terkadang menyajikan makanan kepada mereka, dan hanya menceritakan beberapa anekdot lama kepada mereka. Sementara itu Nyonya Dongfang tak mengucapkan sepatah kata pun dari awal hingga akhir, menundukkan kepala dan hanya perlahan menyesap araknya. Xuanji dan Yu Sifeng tak tahan melihat Dongfang Qingqi bicara sendiri, jadi mereka pun tak punya pilihan selain bicara dan tertawa bersamanya. Acara bersantap itu rasanya sungguh tak tertahankan.
“Kali ini kalian pasti sudah banyak belajardari pengalaman kalian di gunung, benar kan?” Dongfang Qingqi entah disengaja atau tidak, meminum satu cangkir demi satu cangkir, dan baru saja acara bersantap berlangsung setengahnya, dua guci Arak Seratus Bunga sudah kosong.
Xuanji dan Yu Sifeng saling berpandangan, namun mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. Yu Sifeng hanya mampu tertawa dan berkata, “Saya sebelumnya berpikir kalau para siluman di dunia ini tak memiliki kecerdasan dan bodoh. Sekarang saya tahu kalau setelah berlatih selama ribuan tahun, siluman bisa menjadi seperti manusia, dengan perasaan, keinginan, cinta, dan kebencian mereka. Dunia sangat luas, ada begitu banyak hal yang tidak kita ketahui. Hal ini membuat orang bersedih.”
Dongfang Qingqi sudah minum dalam waktu lama, dan menganggukkan kepalanya dengan tawa samar.
Dongfang Qingqi tersenyum lalu berkata, “Kekuatan Xuanji Kecil sekarang begitu mendalam sehingga dia bisa merasakan qi siluman? Nona Chu, kau benar-benar tidak sederhana. Ayah harimau takkan menghasilkan anak anjing!”
Ini ada hubungannya dengan kekuatan? Xuanji terkejut dan tak berani menyombongkan tentang kehebatannya dalam hal ini. Dia masih sangat jelas tentang kemampuannya sendiri, dan masih ada jarak sejauh seratus mil antara dirinya dan Linglong, namun dia hanya cukup beruntung karena mampu menghindar dari bahaya setiap kalinya.
Pada saat ini, Nyonya Dongfang, yang sudah duduk di sampingnya dalam waktu lama, tiba-tiba berkata, “Jangan bicara terus tentang itu. Tidak semua siluman tercium qi silumannya oleh manusia. Mereka yang telah mencapai pencerahan tidak ada bedanya dengan manusia biasa.”
Orang-orang itu tercengang ketika mereka melihat Nyonya Dongfang tiba-tiba mengemukakan kalimat semacam itu. Sang nyonya lalu meneruskan, “Ada siluman yang bebas dan memimpikan untuk menjadi kaum abadi dengan tubuh manusia. Namun pada akhirnya menemukan, bahwa berkultivasi untuk menjadi manusia, yang disebut-sebut sebagai kaum abadi, hanyalah bunga dalam cermin dan rembulan di permukaan air.”
Bukankah menjadi manusia adalah hal yang baik? Xuanji ingin bertanya kepadanya mengapa wanita itu berkata demikian, namun dia tak menyangka kalau Dongfang Qingqi akan meletakkan cawan araknya dan berkata, “Qingrong, kau sudah minum terlalu banyak.”
Jadi nama Nyonya Dongfang adalah Qingrong. Seperti arti namanya, dirinya memang sungguh elegan.
Namun wanita itu mengernyit samar dan berkata dengan suara lirih, “Kaulah yang kebanyakan minum, Pak Tua.”
Kedua orang itu saling berpandangan tajam dari seberang sebuah meja batu dan tak mengucapkan sepatah kata pun, membuat kedua junior itu takut untuk bernapas dan merasa bahwa makanan ini merupakan santapan paling menyakitkan yang pernah mereka makan.
Lama kemudian, Dongfang Qingqi tertawa dan melambaikan tangannya, mungkin hendak mengatakan sesuatu untuk meringakan suasana. Akan tetapi, Qingrong bangkit dan berkata, “Aku lelah, mau pergi istirahat lebih dahulu. Kalian berdua tak perlu terlalu formal di pulau ini, anggap saja seperti di rumah sendiri, dan kalau kalian membutuhkan sesuatu, cari saja Pengurus Ouyang.”
Mereka tak tahu apakah Pengurus Ouyang ini adalah pria yang dibicarakan sang nyonya. Namun Nyonya Dongfang tiba-tiba teringat sesuatu dan berbalik lalu memerintahkan kepada murid yang ada di luar paviliun, “Panggil Pengurus Ouyang kemari untuk menjaga guru kalian, sehingga dia takkan berlebihan dengan minumnya.”
Murid itu pun mengiyakan untuk turun, dan kemudian datanglah seorang pria. Seorang pria yang tinggi dan ramping dengan rambut panjang dan baju putih, memiliki wajah tampan, namun sebuah bekas luka di wajahnya tampak semerah darah, menambahkan kesan garang.
Ketika Xuanji dan Sifeng melihat kalau memang dialah orangnya, mereka berdua jadi sangat cemas. Nyonya Dongfang memerintahkan, “Ouyang, kau temani Tuan minum. Kau harus berhati-hati agar jangan minum terlalu banyak, karena merupakan suatu kesempatan langka bagi kedua anak ini datang kemari hari ini.”
Ouyang mengiyakan, dan kemudian melangkah maju, menarik guci arak lalu dengan mahir menambahkan segelas arak lagi untuk semua orang.
Xuani melihat Nyonya Dongfang berdiri di belakang si pengurus. Wanita itu memandangi bekas luka di wajah Pengurus Ouyang dengan sekilas rasa cinta dan duka. Tak ada orang lain yang melihatnya selain Xuanji.