The Glass Maiden - Chapter 46
Ketika mereka tiba di kota, mereka melihat para murid muda yang telah diusir, dan tentu saja kemudian memberi para murid itu banyak kata-kata menyemangati. Untung saja, meski para murid muda ini sedih, mereka semua setia dan berkata bahwa mereka akan tinggal di Kota Fuyu seumur hidup mereka. Bahkan bila mareka sampai mati karena usia tua, bila Guru tak memanggil mereka kembali/
Yu Sifeng mengajukan lebih banyak pertanyaan tentang situasi yang mengelilingi pengusiran itu, dan setelah menghibur beberapa patah kata lagi, dia pergi bersama Xuanji untuk memakan daging panggang yang telah diangankan gadis itu.
“Beberapa murid yang diusir adalah murid-murid kesayangan Nyonya Dongfang.” Saat mereka makan, Yu Sifeng berkata, “Istri Pemilik Pulau ini tak memiliki kemampuan bela diri sama sekali, tetapi dia suka menjadi seorang ibu guru dan selalu bersikap baik dan perhatian kepada murid-murid kesayangannya. Hal pertama yang Pemilik Pulau curigai ketika dia mendapati istrinya berselingkuh adalah para murid laki-lakinya.”
“Bagaimana mungkin bisa sampai terjadi apa-apa antara istri dan muridnya. Paman Dongfang itu terlalu pencuriga.” Dalam benak Xuanji, seorang guru dan istri guru seperti ayah dan ibu, dan mereka sama sekali berbeda dari kekasih.
Yu Sifeng menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kau tak bisa bilang begitu. Tuan Dongfang tahun ini sudah berumur lebih dari empat puluh tahun, dan istrinya mungkin bahkan belum tiga puluh. Dengan perbedaan usia sebesar itu serta kecantikan istrinya, sudah barang tentu seorang pria jadi merasa tidak nyaman.”
Jadi normal bagi seorang pria merasa tidak nyaman? Xuanji pun bertanya sambil lalu, “Apakah Sifeng juga akan memiliki mentalitas seperti ini?”
Sifeng terperanjat dan terbatuk dua kali, berkata, “Kita sedang bicara soal Pemilik Pulau, jangan dicampur-adukkan.”
Sifeng menatap ragu pada Xuanji. Kalau ini adalah Linglong dan Zhong Minyan, mereka pasti akan sudah mulai berdebat sejak lama. Untung saja Xuanji adalah orang yang bebas, dan hanya bertanya sambil lalu.
“Aku penasaran bagaimana Paman Dongfang bertemu dengan istrinya. Dia pasti sangat gembira bisa memiliki wanita paling cantik di dunia sebagai istrinya.”
Yu Sifeng sudah kenyang makan, jadi dia menundukkan kepalanya dan minum teh, berkata, “Saat aku masih kecil, aku pernah mendengar guruku dan orang-orangnya mengobrolkan tentang pernikahan Pemilik Pulau. Istrinya mulanya berasal dari Gunung Zitong. Pada saat itu, di Gunung Zitong ada sekte iblis yang hendak membunuh dirinya. Para wanita muda memang sering ditangkap untuk membuat ramuan, menyebabkan kepanikan di antara keluarga-keluarga yang memiliki anak perempuan di wilayah itu. Dongfang Qingqi pergi ke Gunung Zitong untuk meredakan kekacauan dan menyelamatkan seorang wanita yang telah ditangkap tetapi belum dibunuh, yang mana adalah Nyonya Dongfang. Ketika dia mendengar bahwa wanita itu adalah seorang yatim piatu dan tak punya orangtua, dia pun mengasihaninya dan membawanya pulang ke Pulau Fuyu, di mana dia kemudian menikahinya setengah tahun kemudian.”
Kisah tentang pahlawan menyelamatkan wanita cantik adalah subyek yang sudah usang, tetapi ketika kisah ini menyangkut tentang seseorang yang kau kenal, maka akan menjadi kisah yang sangat romantis. Mata Xuanji berbinar cerah dan dia terus berkata, “Jadi ada kisah seperti itu! Mengapa Paman Dongfang tak pernah mengatakan apa-apa?”
Yu Sifeng berkata lagi, “Ini adalah urusan pribadi orang lain, jadi kenapa harus mengumbarnya? Dan, waktu itu guruku bilang, dia takut kalau Dongfang Qingqi akan terpikat oleh wanita cantik, dan bahwa wanita itu bukan orang biasa…. Saat dipikir-pikir, semua gadis yang diculik telah mati, mengapa hanya dia sendiri yang hidup? Penduduk lokal di Gunung Zitong berkata bahwa mereka tak pernah tahu kalau ada orang seperti itu di sekitar mereka, sehingga bahkan seorang yatim piatu juga akan kesulitan untuk membenarkan dirinya sendiri.”
“Ah, maksudmu… Nyonya Dongfang sebenarnya bekerjasama dengan sekte-sekte itu?” Xuanji tak bisa memercayainya.
“Aku tak bisa menarik kesimpulan saat ini.” Yu Sifeng menuang secangkir teh lagi dan berkata, “Tetapi saat seorang wanita yang dalam kesulitan menikahi pahlawan yang menyelamatkan dirinya, wanita itu selalu berterima kasih dan mengagumi sang pahlawan. Lihatlah Nyonya Dongfang, apa dia adalah orang seperti itu?”
Tampaknya… memang seperti yang Sifeng katakan. Wanita itu memang bukan orang semacam itu, dan bukannya dengan Paman Dongfang, tetapi malah dengan Pengurus Ouyang-lah dia… bermesraan.
“Jadi kupikir, kalau kita bisa menemukan sejarah dari Nyonya Dongfang ini dan mengumpulkan bukti, kita selalu bisa membersihkan ketidakadilan untuk para murid ini.”
Xuanji bertepuk tangan dan tertawa, “Sudah jelas, Sifeng masih begitu pintar! Sudah kubilang untuk mendengarkan Sifeng dalam segala hal!”
Yu Sifeng surah akan memotong perkataan itu ketika dia mendengar seseorang tertawa di belakangnya dan berkata, “Lihat, siapa yang kulihat ini? Apa yang kalian anak-anak berdua ini lakukan di sini?”
Mereka berdua merasa kalau suara itu familier dan mereka pun menoleh ke belakang berbarengan dan melihat beberapa orang pria sedang berdiri di pintu masuk restoran, mengenakan topi di kepala dan menyandang pedang panjang di pinggang mereka, kesemuanya menatap mereka dengan senyum di wajah.
“Ayah! Shixiong!” Xuanji berseru dan menghambur keluar dengan kegirangan, menoleh ke sini dan ke sana, sampai tak sanggup berkata-kata.
Yu Sifeng bergegas mengikuti dan membungkuk, “Saya memberi salam kepada Ketua Sekte Chu, para shixiong dan shijie.”
Chen Minjue, yang ada di sampingnya, tertawa dan berkata, “Ternyata memang benar kalian! Apa yang membawa kalian ke Pulau Fuyu? Aku tidak yakin kalau itu adalah kalian sebelum guru memastikannya.”
Dialah orang yang beberapa saat tadi bicara. Xuanji sudah tak bertemu dengannya selama beberapa bulan, tetapi dia masih mempertahankan kumis di wajahnya, sehingga dirinya tampak lebih tenang.
Chu Lei juga bersukacita bisa bertemu dengan putrinya, tetapi dia adalah seorang pria yang kaku, jadi dia hanya tersenyum dan berkata, “Jangan berteriak-teriak di pintu. Masuk ke dalam baru bicara.”
Kerumunan pun masuk dan mengumpulkan beberapa meja dan kursi, duduk memutar, dan saling bertemu kembali. Meski Xuanji selalu agak takut pada ayahnya, namun sudah lama waktu berlalu sejak mereka bertemu kembali, dan Chu Lei tampak begitu gembira hari ini, jadi dia tak merasa takut sama sekali dan menceritakan semua yang terjadi pada dirinya saat ada di luar. Sayangnya, Xuanji tidak terlalu pandai bicara, dan pada akhirnya, Sifeng-lah yang menceritakan semuanya.
Ketika Chu Lei mendengar bahwa Linglong dan Minyan hilang, dia berkata, “Apa kalian sudah mencari di sekitar Gunung Gao? Bagaimana kalian bisa tiba di Pulau Fuyu?”
Yu Sifeng berkata, “Kami telah mencari di mana-mana, tetapi tak bisa menemukan mereka. Kami memang sudah bilang akan pergi ke Pulau Fuyu, jadi karena kami tak bisa menemukan mereka, kami pun memutuskan pergi ke Pulau Fuyu untuk menunggu mereka, berharap mereka akan selamat dan tiba sesegera mungkin.”
Chu Lei mendengarkan penjelasan ini dan harus mengangguk, ini memang adalah cara terbaik. Metode ini jelas adalah pendekatan yang terbaik. Kalau mereka terus mencari dan bertemu dengan marabahaya, maka mereka semua akan tersapu bersih, yang mana berarti lebih buruk lagi. Saat ini, mereka hanya bisa berharap kalau Zhong Minyan dan yang lainnya tidak dalam masalah dan sedang dalam perjalanan kemari.
Chu Lei menatap Xuanji dan mendapati bahwa gadis itu sudah tumbuh sedikit lebih tinggi dan lebih kurus dalam beberapa bulan terakhir ini, tidak senaif dan setidak tahu apa-apa seperti ketika dirinya masih berada di Sekte Shaoyang. “Xuanji, kali ini kau turun gunung, baru menyadari kalau dunia adalah tempat yang keras, kan?”
Xuanji menganggukkan kepalanya, namun kemudian dia merasa kalau seseorang tengah menatap dirinya, jadi dia pun berbalik dan melihat Du Minxing Shixiong-nya sedang tersenyum kepadanya. Ketika Du Minxing melihat Xuanji menatap dirinya dia pun berkata, “Bagaimana dengan luka Shimei? Kalau kau tak merawat tulangmu dengan baik, kau akan menderita pada cuaca hujan dan berawan.”
Xuanji menganggukkan kepalanya, “Sudah jauh lebih baik! Tidak sakit sama sekali, dan bahkan lebih baik daripada sebelumnya.”
Xuanji menggoyangkan tangannya untuk menunjukkan bahwa tangannya itu bisa bekerja dengan benar-benar baik, yang mana membuat yang lainnya tertawa. Du Minxing lalu mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dari tasnya dan menyerahkannya pada Xuanji, “Kalau kau merasa kurang nyaman, oleskan obat ini ke lukanya tiga kali sehari. Obat ini akan menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan peredaran darah.”
Setelah berkata demikian, dia lalu menatap Yu Sifeng. Selama sesaat raut wajahnya tampak rumit, namun akhirnya dia tersenyum dan berkata, “Sifeng, ingatlah untuk memakai ini juga.”
Yu Sifeng berterima kasih kepadanya dan memasukkan obat itu ke dalam kantong di lengan bajunya.
Chu Lei melihat bahwa pedang di pinggang Xuanji bukanlah pedang yang biasa dia pergunakan, dan kemudian menatap pada Yu Sifeng, yang tak menyandang senjata sama sekali, lalu mendesah, “Kalian berdua terlalu gegabah. Kalau bukan berkat keberuntungan, takutnya….”
Xuanji berbisik, “Zi Hu telah mengambil pedangku dan aku tak bisa menemukannya. Itulah sebabnya Sifeng meminjamkan pedangnya kepadaku. Dia juga punya pedang pendek dan senjata lainnya.”
Chu Lei sudah melihat hubungan yang tak biasa di antara kedua anak muda ini. Yu Sifeng berasal dari sekte yang terkenal, dan pada waktu itu, ketika dia bersama dengan mereka untuk menangkap siluman, performanya luar biasa dan penampilannya elegan. Chu Lei sangat menyukainya, dan ketika melihat bahwa pemuda itu menjaga gadis kecilnya, yang merupakan sakit kepala terbesarnya, dia pun memiliki niat baik untuk membuatnya terkabul.
Para kultivator keabadian tak punya banyak aturan dan tata tertib, Chu Lei sendiri dulu juga saling mencintai secara mendalam dengan He Danping, jadi dia tak mau ikut campur dengan urusan anak-anaknya dalam hal ini.
Chu Lei mengeluarkan sebilah pedang biru es dari tasnya dan menyerahkannya kepada Xuanji: “Kau akan memakai pedang ini di masa mendatang, pedang Sifeng akan dikembalikan kepadanya. Pedang yang sudah biasa dipakai oleh orang lain, bagaimana bisa kau menggunakannya. Kau telah menempatkan dirinya dalam bahaya.”
Xuanji menerima pedang itu dan mencabutnya perlahan. Bilah pedangnya sama cantiknya dengan air musim gugur, dengan pola seperti gelombang air terukir di atasnya. Xuanji tak pernah melihat pedang seperti ini sebelumnya, tetapi shixiongnya dan yang lain-lain sudah tahu. Persis seperti ‘Duan Jin*’ milik Nona Chu Linglong, keduanya adalah hasil kerajinan dari Panggung Penempaan Pedang Langit dari Lembah Dianjing. Membutuhkan sumber daya dan tenaga kerja dalam jumlah amat besar untuk membuat keduanya, yang satu adalah Duan Jin, dan yang lainnya adalah pedang yang Xuanji pegang ini.
(T/N: 断 / duàn (mematahkan / memotong) 金/Jīn (emas))
“Namanya Beng Yu*.” Chu Lei berkata acuh tak acuh.
(T/N: 崩 / bēng (meruntuhkan / menghancurkan) 玉 / yù (kumala))
Setelah Chu Lei mendapatkan kedua putrinya itu, hadiah ini diberikan kepadanya oleh Ketua Rong Gu. Saat Linglong berusia sebelas tahun, He Danping memberikan Duan Jin kepada gadis itu. Dan kini, Beng Yu diberikan kepada Xuanji.
“Ibumu selalu memikirkan kalian dalam waktu yang lama, takut kalau kau akan berada dalam bahaya di luaran sana. Kali ini saat kami pergi ke Pulau Fuyu untuk mengikuti Turnamen Tusuk Rambut Bunga, dia memintaku membawa pedang ini bersamaku dan memberikannya kepadamu kalau aku bertemu denganmu.”
Xuanji melihat bentuk cantik dari pedang ini, tak seperti pedang lain yang pernah dilihatnya. Bilahnya agak menyempit, namun aura dingin yang melingkupinya sungguh mengintimidasi. Dia begitu gembira hingga bergumam, “Terima kasih, Ayah.”
Chen Minjue tersenyum dan berkata, “Xiao Shimei, kau masih tak tahu seberapa cepat pedang ini. Ini adalah senjata yang tak kalah kuat dari Duan Jin!”
Chen Minjue lalu memungut sepotong kulit labu yang tertinggal di atas meja dan melemparkannya pada pedang itu, dan semua orang menatap ketika kulit itu terbelah menjadi dua dan jatuh ke tanah. Dia lalu mencabut sehelai rambut, meletakkannya di atas pedang itu dan meniupnya. Rambut itu juga putus.
“Tajam sekali!” Xuanji memuji.
Chu Lei berkata hangat, “Dengan Beng Yu, kau tak perlu cemas lagi saat kau bertemu dengan siluman seperti yang ada di Gunung Haiwan dan Gunung Gao. Kau harus memperlakukannya dengan baik dan jangan sampai mengotori pedang sakti ini.”
Karena Xuanji telah memasang Beng Yu ke pinggangnya, Yu Sifeng pun mengambil kembali pedangnya dan membelainya dari waktu ke waktu dengan penuh sukacita.
Setelah itu, orang-orang pun makan, mendengarkan cerita mereka tentang Rantai Besi Penenang Samudera serta siluman yang dipenjara. Wajah Chu Lei sedikit berubah saat dia mendengar mereka membicarakannya, dan dia membuka mulut seakan hendak mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya dia tak melakukannya. Chu Lei hanya bertanya, “Kalian bilang Pemilik Pulau telah mengusir banyak murid dari sekte. Mengapa begitu?”
Xuanji dan Yu Sifeng saling berpandangan dan pada akhirnya Yu Sifeng berkata, “Ketua Chu, ceritanya panjang….”