The Glass Maiden - Chapter 48
“Apa kau ingat dengan sekte di Gunung Zitong?” Dongfang Qingqi bertanya. Chu Lei menganggukkan kepalanya.
Waktu itu, ketika Dongfang Qingqi menyelamatkan Nyonya Dongfang dari Gunung Zitong, wanita cantik itu menawarkan pernikahan kepada Dongfang Qingqi untuk membayar kebaikannya. Akan tetapi, Chu Lei dan Ketua Rong curiga pada identitasnya, dan Dongfang Qingqi bersikeras ingin menikahinya.
Meski sampai saat ini mereka tak punya anak, Dongfang Qingqi tak peduli sama sekali dan hanya memerhatikan wanita itu, seakan wanita itu adalah pusaka berharga di tangannya.
Akhir-akhir ini, tedengar kabar bahwa sisa-sisa kekuatan jahat dari Gunung Zitong kembali membuat kekacauan di Gunung Qinshan, dan Dongfang Qingqi mengirimkan lebih dari selusin murid untuk membasminya, dan berhasil menangkap salah satu di antaranya hidup-hidup.
Ketika Chu Lei mendengar hal ini, alisnya terangkat dan dia tahu kalau kuncinya adalah orang ini.
Dongfang Qingqi berbisik, “Aku telah menggunakan beberapa metode untuk memaksa orang itu mengatakan kebenarannya… apa kau tahu siapa Qingrong itu? Dia bukan hanya anggota sekte, tetapi juga merupakan sosok yang bisa dianggap sebagai dewi dari sekte itu. Karena kecantikannya, dia dianggap sebagai dewi dari kahyangan oleh yang lainnya, dan karenanya mereka pun mematuhi dirinya. Dia adalah wanita cantik yang kecemasan terbesar dalam hidupnya adalah menua. Pertama-tama dia ingin melatih keabadian, tetapi gagal dalam melakukannya, dan entah dari mana dia mendengar bahwa memakai gadis perawan untuk membuat obat bisa memberinya kemudaan selamanya, jadi….”
Jadi, istrinya itu bukan hanya seorang yatim piatu dari Gunung Zitong, tetapi juga adalah tulang punggung dari sekte itu. Kebenarannya telah ditutupi dari dunia selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi wanita itu tidak pernah menampakkan celah satu pun, dan kesamarannya begitu tak terduga dan menakutkan.
Chu Lei mengernyit dalam waktu lama, dan kemudian tiba-tiba bangkit. Dongfang Qingqi agak terkejut, dan bertanya, “Apa yang ingin kau lakukan?”
Chu Lei berkata, “Iblis telah mengacaukan kehidupan dan semuanya harus dibunuh. Kau masih mau melindungi dia?”
Dongfang Qingqi terdiam dalam waktu lama sebelum berkata, “Aku harus memikirkan tentang ini beberapa hari lagi….”
Chu Lei mendesah, “Sesuai dengan ini, para murid yang kau usir itu semuanya ikut dalam misi untuk membunuh sisa-sisa sekte iblis tersebut? Kau takut mereka akan membocorkannya, jadi kau mengusir mereka….”
“Bukannya aku takut kalau kebenarannya terbongkar, tapi mencemaskan bila Qingrong mengetahuinya, maka akan membuat mereka celaka.” Dongfang Qingqi berkata dengan suara lirih, “Dia adalah Ibu Guru mereka, jadi anak-anak ini takkan berani melanggar perintahnya. Aku tak punya pilihan lain selain mengirim mereka pergi.”
“Konyol, hal ini bukan hanya melukai mereka yang telah kau usir! Kau selalu melakukan semuanya dengan benar. Bagaimana bisa kau sampai mendapat masalah seperti ini? Kau telah menikahi wanita iblis itu selama lebih dari sepuluh tahun, jadi aku tak menyalahkanmu karena tak sanggup melakukannya. Tapi kau juga harus memikirkan tentang apa yang gurumu katakan kepadamu saat Beliau memberikan pulau ini kepadamu!”
Dia tak diizinkan bekerjasama dengan iblis, dan tak diizinkan tergoda oleh wanita cantik.
Dongfang Qingqi kini hanya bisa mengulas senyum pahit tanpa bersuara. Bahkan bila Qingrong adalah penjahat besar, pada akhirnya mereka telah berbagi ranjang yang sama sebagai suami istri selama lebih dari sepuluh tahun, dan hanya hati yang terbuat dari batu yang mampu membunuh orang seperti ini dengan sedemikian mudahnya.
Chu Lei sebelumnya berkata bahwa semua penjahat harus dibunuh, namun semua yang diucapkannya ini hanya sekedar kata-kata di mulut saja. Ini adalah urusan keluarga Dongfang Qingqi, dan dia tak berkualifikasi untuk memutuskan apakah harus membunuh istri dari temannya itu. Tetapi kata-kata ini diucapkan untuk memberi Dongfang Qingqi sentilan agar sadar, dan menghentikan dirinya dari terobsesi. Kini saat dia melihat Dongfang Qingqi berada dalam kondisi galau, dia pun hanya bisa mendesah dalam hati.
“Ayo kita jalan-jalan di luar. Aku sudah lama tak melihat pemandangan Pulau Fuyu.”
Chu Lei menepuk-nepuk punggung Dongfang Qingqi, “Aku takkan memaksamu, ada beberapa hal yang harus kau pecahkan sendiri.”
****
Ouyang, sebagai Pengurus Pulau Fuyu, sangatlah sibuk pada hari-hari biasa. Sesekali, ketika dia bisa mencuri-curi waktu setengah hari untuk bersantai, dia suka pergi ke sebuah bukit kecil di pulau itu dan duduk di bawah pohon untuk membaca buku atau memejamkan matanya dan beristirahat.
Hari ini, dia juga mendapatkan waktu santai setengah hari dan kembali duduk di bawah pohon itu, hanya saja kali ini dia tidak membaca buku, melainkan sehelai kertas kecil.
Tidak ada yang tahu apa yang tertulis pada kertas itu, namun dirinya sangat larut dalam bacaannya.
Tiba-tiba, sebuah tangan putih terjulur dari belakangnya dan merampas kertas itu. Dia tertegun, hanya untuk mendengar seseorang tertawa dengan begitu memikat di telinganya dan berkata, “Mari kita lihat, apa yang dibaca Tuan Pengurus Besar kita sampai seperti itu?”
Ouyang buru-buru bangkit dan memberi salam, “Salam kepada Nyonya.”
Orang itu benar-benar adalah Qingrong. Melihat Ouyang tampak begitu penuh hormat, dia pun jadi tak tahan untuk mengerutkan hidungnya, “Bersikap sok kuno lagi, padahal sebelumnya, kau tak memedulikannya.”
Ouyang terdiam. Sudah jelas bahwa wanita cantik di hadapannya juga telah dibuat tak berdaya di hadapan karakternya yang membosankan dan seperti labu, dan hanya bisa mendesah dua kali lalu menggenggam tangannya, “Kau, kau jangan pergi. Padahal dulu, kau sangat baik kepadaku, bukankah begitu? Mengapa tiba-tiba kau pergi?”
Ouyang terdiam untuk waktu yang lama sebelum kemudian berkata, “Saya sudah selesai membalas budi, sekarang sudah saatnya untuk pergi.”
“Budi apa? Aku berhutang budi padamu?” Si wanita cantik menekankan wajahnya pada wajah pria itu, bulu matanya mengusap telinga Ouyang, menggelitik dan membuat kebas.
Ouyang tertawa pahit, “Nyonya sudah tahu, jadi mengapa bertanya lagi? Lagipula, manusia dan siluman itu berbeda. Saya telah berada di pulau ini dalam waktu lama dan ini tidak baik.”
Si wanita cantik menyentakkan tangan pria itu dan berkata mendesak, “Kau hanya memikirkan tentang kebaikannya kepadamu! Budi apa itu? Bukankah hanya mengulurkan tangan kepadamu sehingga kau tidak tenggelam! Memangnya kau pernah bersikap setengah hati? Tapi aku tulus padamu! Kebaikanku kepadamu, bukankah itu adalah kebaikan? Apa kau seterburu-buru itu untuk pergi?”
Ouyang terdiam lagi. Dia selalu diam ketika bertemu dengan hal-hal yang sulit.
Si wanita cantik menangis selama beberapa saat dan kemudian berkata, “Kalau kau ingin pergi, bawa aku bersamamu! Tempat ini, aku tak mau tinggal di sini lebih lama sedikit pun! Aku tak peduli entah kau manusia atau siluman, aku tetap menyukaimu! Aku mau ikut denganmu!”
Qingrong sudah kehabisan akal. Pria ini adalah sepotong kayu, empuk, tetapi dia takkan bersuara bila kau memukulnya, memakinya, ataupun menganiayanya. Sikap diam ini hanya membuat orang marah dan frustrasi.
Ouyang menatap catatan yang terjatuh dari tangan Qingrong, yang di atasnya hanya tergambar beberapa simbol aneh, yang tampak seperti mantra.
Dia menatapnya dalam waktu amat, amat lama, dan tiba-tiba berkata, “Baiklah, aku bisa membawamu pergi.”
Qingrong begitu terpana sehingga dia akhirnya membentangkan tangan dan memeluk Ouyang erat-erat, terisak, “Apa kau sungguh-sungguh? Apa kau benar-benar akan membawaku bersamamu?”
“Tentu saja itu benar.”
Qingrong memeluknya erat-erat, kilauan penuh harap tampak di wajahnya, dan dia berbisik, “Aku tahu kalau kau takkan meninggalkan aku…. Apa kau ingat apa yang telah kau katakan ketika aku menemukan identitasmu yang sebenarnya?”
Ouyang berkata, “Aku adalah kaum abadi, dan meski aku adalah siluman, aku takkan pernah melukai siapa pun. Terlebih lagi, dengan kekuatanku, akan mudah bagiku untuk mencelakaimu ataupun Pemilik Pulau. Aku datang kemari hanya untuk membalas budi.”
Qingrong tersenyum dan berkata, “Ya, yang kau katakan hari itu, aku selalu mengingatnya. Ouyang, kau lebih baik daripada semua orang di sini…. Perguruan-perguruan yang berlatih keabadian itu, sepanjang hari memimpikan untuk menjadi kaum abadi, tetapi tak satu pun dari metode-metodenya yang berhasil…. Bawa aku pergi, ajari aku cara untuk berlatih, dan kita akan menjadi kaum abadi bersama-sama, tak pernah terpisahkan.”
Untuk sejenak Ouyang terkejut dan berkata lembut, “Kau harus ingat apa yang kukatakan, tidaklah mudah untuk menjadi kaum abadi. Ada banyak siluman yang telah melatih keabadian selama ribuan tahun, tetapi mereka hanya berubah menjadi manusia dan tak pernah bisa melanjutkan lebih jauh lagi. Di samping itu, kau bukan siluman, kau hanya manusia biasa. Apa kau yakin kau bisa menjadi kaum abadi?”
“Dengan ada kau di sini, aku akan menjadi kaum abadi.”
Sumpahnya selalu begitu sederhana dan tidak menyakinkan. Tetapi siapa yang bilang kalau sumpah harus selalu megah dan terukir di atas batu?
Ouyang terdiam dalam waktu lama dan akhirnya berkata, “Baiklah, aku akan membawamu bersamaku, tetapi kau harus melakukan sesuatu untukku.”
“Katakanlah padaku.”
“Ada sebuah ruang rahasia di bawah Pulau Fuyu. Kuharap kau bisa membantuku menemukannya. Tempat itu sangat penting bagiku.”
Ketika dia melihat Qingrong ingin mengajukan pertanyaan, Ouyang berkata, “Jangan tanya apa pun, dan aku akan mengatakan semuanya kepadamu setelah aku membawamu pergi.”
Wajah Qingrong berkilau dengan kegembiraan, dan dia berbalik lalu berlari pergi.
Apakah itu adalah kegembiraan karena bisa bersama dengannya, atau karena wanita itu bisa melatih keabadian?
Ouyang berdiri di sana dalam waktu lama, dan akhirnya membungkuk lalu memungut kertas di tanah, menggosoknya dalam telapak tangannya, dan kertas itu pun berubah menjadi abu, terhembus jauh oleh angin.
Dia berbalik dan berjalan pergi, seakan dia tak melihat sosok yang berdiri di belakang pohon pada hutan di kejauhan, yang berlalu dalam sekejap.