The Glass Maiden - Chapter 50
Si wanita menunjuk pada telinganya dan berkata lirih, “Lihat dengan seksama.”
Dongfang Qingqi melihat lebih dekat, namun dia tak menemukan apa pun yang tidak biasanya. “Kau ingin aku lihat apa?”
Wajah wanita itu memucat dan dia pun marah, “Kau tak peduli padaku sama sekali! Aku telah kehilangan anting-anting mutiara di telingaku, yang merupakan pemberian darimu, dan hanya tinggal ada satu.”
Dongfang Qingqi kemudian menyadari bahwa telinga wanita itu memang kosong, jadi dia pun tersenyum pahit dan berkata, “Kukira kau ingin mengatakan sesuatu. Bagaimana kau bisa kehilangan anting-anting itu? Apa kau ingat di mana kau menjatuhkannya?”
Nyonya Dongfang berpikir sejenak, kemudian tersenyum dan berkata, “Aku melihatnya kemarin lusa, kurasa aku pergi ke gudang bawah tanah kemarin untuk mengambil arak dan menjatuhkannya di sana. Bagaimana kalau kau pergi bersamaku untuk mencarinya?”
Bila hal ini terjadi di masa lalu, Dongfang Qingqi pasti akan gembira bisa pergi bersama istrinya. Namun hari ini dia tampak agak bengong, lalu menggelengkan kepalanya, “Aku masih sibuk. Kau bisa pergi sendiri.”
Nyonya Dongfang bersikap begitu memikat ketika menarik-narik lengan baju Dongfang Qingqi, namun yang bersangkutan dengan lembut mendorong bahunya dan berkata, “Ada hal serius yang harus kulakukan.” Dongfang Qingqi lalu mengambil satu renceng kunci logam berwarna hitam dari pinggangnya lalu menyerahkannya kepada wanita itu. “Kau bisa pergi mencarinya sendiri. Jangan lupa untuk menguncinya sebelum kau pergi.”
Nyonya Dongfang mengambil kunci-kunci itu, matanya melengkung membentuk senyuman, berbinar cerah dan berkata lembut, “Tenang saja, lakukanlah urusanmu, aku toh bukan anak remaja.”
Wanita itu berbalik untuk pergi, dan kemudian mendengar Dongfang Qingqi memanggil dengan lembut dari belakangnya, “Qingrong.”
“Huh?” Nyonya Dongfang berbalik.
Dongfang Qingqi terdiam sejenak sebelum berkata, “Tidak apa-apa, kau… tak boleh serakah.”
****
Semenjak Xuanji memperoleh Beng Yu, hal yang paling biasa dia lakukan adalah memandanginya dan tetap bengong selama beberapa saat, kemudian tersenyum, dan tertawa, lalu setelahnya dia akan terus menatap.
Yu Sifeng, yang telah bersama dengannya sepanjang waktu ini, tahu bahwa ketika Xuanji sedang bengong, tak ada yang peduli, jadi dia juga tak peduli dengan gadis itu. Dia punya hal yang perlu dicemaskannya sendiri, dan sumber dari kecemasannya adalah topeng kulit kayu abadi yang tersembunyi dalam kantong di dadanya.
Wakil Penguasa Istana telah tiba di Pulau Fuyu, dan dia tak punya ruang untuk mengelak lebih jauh lagi. Kalau hari ini dia punya alasan untuk tidak menemui sang Wakil Penguasa, dia selalu akan harus menemui pria itu besok. Dia tak tahu bagaimana harus menjelaskannya, dan dia tak bisa menjelaskannya kepada siapa pun.
Akan tetapi, kini karena Du Minxing dan Chen Minjue telah datang ke Pulau Fuyu, maka ada orang yang mengolok-olok Xuanji. Ketika Chen Minjue melihat bagaimana Xuanji tersenyum-senyum pada Beng Yu, dia pun bertanya, “Xiao Shimei begitu menyukai Beng Yu sehingga dia memandanginya setiap hari. Apakah dia bicara kepadanya?”
Xuanji tersenyum dan dengan lembut membelai badan pedang itu untuk waktu yang lama sebelum berkata, “Yah… entah kenapa, tapi aku merasakan suatu hubungan istimewa dengannya, seakan dia terlahir untuk menjadi milikku.”
Chen Minjue tertawa dan berkata, “Ini bagus, senjata juga memilih untuk kepuasannya sendiri. Akan tetapi, kau mengejutkan kami dengan menjadi pemilik dari Beng Yu.” Dia lalu menatap ke belakang pada Du Minxing dan tersenyum lagi, “Kau tak tahu, Shixiong juga pernah menggunakannya selama beberapa waktu.”
Du Minxing tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Guru pernah mengeluarkan pedang ini dan menyuruhku menggunakannya. Sayangnya, qi-ku tidak cocok denganya dan aku juga tak bisa mengeluarkan qi pedangnya, jadi aku harus mengembalikannya kepada Guru.”
Ketika Xuanji mendengar bahwa ada begitu banyak orang yang tak bisa memakainya, namun hanya dia yang bisa, dia jadi begitu bangga pada dirinya sendiri sampai-sampai dia bahkan tak bisa tidkk mengangkat hidungnya tinggi-tinggi ke langit dan mengusap Beng Yu belasan kali, tak menyisakan debu sedikit pun.
Pedang di tangannya terasa panas juga dingin, dan dia memegang sehelai kain putih di tangannya, menyekanya lagi dan lagi. Dia menyeka pedang itu hingga bersih dengan kain putih di tangannya. Bilah pedangnya sampai tak berbercak. Dia telah menyekanya setiap hari, karena setiap hari pedang itu akan berlumuran darah….
Ketika tangan Xuanji tiba-tiba berhenti, dia menatap tangannya, yang sedang menggenggam lengan bajunya dan menyeka pedang dengan gestur yang sama.
Xuanji merasa dirinya seakan kerasukan.
Chen Minjue masih tertawa, “Dalam kurun waktu lima tahun, kau dan jiejie-mu Linglong akan mengikuti Turnamen Tusuk Rambut Bunga dengan Duan Jin dan Beng Yu; dan turnamen itu akan menjadi duniamu.”
Ketika Minjue menyebut-nyebut Linglong, bukan hanya dirinya, tetapi semua orang lainnya juga ikut mendesah dengan tidak yakin. Xuanji tahu kalau semakin lama mereka tiba, semakin besar kemungkinan mereka bertemu dengan bahaya, tetapi tak ada apa-apa yang bisa dia lakukan tentang hal itu.
Pada akhirnya, Chen Minjue merasa bahwa dia tak tahan lagi dengan atmosfer membosankan itu dan mengusulkan agar semua orang pergi keluar untukmelihat-lihat pemandangan di Pulau Fuyu, jadi mereka pun dengan enggan menarik kembali kecemasan mereka. Xuanji serta Sifeng bertugas menunjukkan jalan, karena mereka telah berkeliaran di pulau itu selama beberapa hari dan sudah melihat semua pemandangan yang ada di pulau serta mengetahui tempat-tempat terbaik.
“Aku akan membawa kalian ke gunung, di situ indah, dengan pemandangan laut tanpa batas. Kalian pasti belum pernah melihat tempat seindah itu,” Xuanji berkata seraya tersenyum.
Bunga Yuzan di belakang telinganya masih tampak begitu cerah dan cemerlang, tak menunjukkan tanda-tanda mengering.
Pada saat itu, kelompok tersebut mengikuti Xuanji dan mereka berdua menuju ke gunung utara. Di sepanjang jalan, bangau dan kupu-kupu menari dan terdapat bentangan luas hutan hijau dengan terkadang ada bunga-bunga liar penuh warna serta keharuman yang memabukkan. Dari waktu ke waktu, mereka akan melihat sekelompok rusa atau kuda poni memakan daun atau rumput.
Di puncak gunung, persis seperti yang Xuanji katakan, pemandangannya luar biasa luas, dengan langit biru dan laut biru yang gemerlapan, dan ketika berdiri di tengah-tengahnya, orang langsung merasa kecil dan hati tiba-tiba terasa meluas seakan tak ada hal sulit di seluruh dunia ini. Apa yang perlu dicemaskan di dunia yang luas dan megah ini?
Du Minxing berseru, “Aku sudah pernah pergi ke Pulau Fuyu sebelumnya, tapi aku tak tahu masih ada tempat seperti ini. Kalian berdua benar-benar telah menemukan harta karun.”
Chen Minjue mendaki ke atas batu tertinggi dan melambaikan tangannya di depan laut, berteriak sedemikian kerasnya sementara angin meniup suaranya. Dia tersenyum dan melambai ke belakang, “Kalian naik juga! Kalau ada hal yang membuat kalian gundah, berteriaklah, rasanya akan menyenangkan!”
Xuanji juga mengikuti contohnya dan melompat ke atas bersamanya, menaruh kedua tangannya di sekitar mulut membentuk corong dan berteriak, “Ah! Linglong! Shixiong Keenam! Ruo Yu! Kalian cepatlah datang…!”
Dia meraung sedemikian kerasnya sehingga punggungnya berkeringat, dan dia begitu gembira sehingga semua kecemasannya seakan lenyap.
Yu Sifeng melihat mereka bersenang-senang, jadi dia juga ikut melompat, tangan di samping mulut seakan hendak meneriakkan sesuatu, namun akhirnya tidak meneriakkan apa-apa. Dia pun menurunkan tangannya dan membiarkan angin laut membuat rambut hitam panjangnya melambai, dan merasakan sekujur tubuhnya seperti hampir dihembus angin.
Xuanji berbalik dan memanggil Du Minxing, “Shixiong Pertama, ayo ikut juga.”
Du Minxing tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tidak… tak ada yang perlu kucemaskan….”
Benar-benar tak ada? Du Minxing merundukkan bulu matanya, namun hanya dia yang tahu.
Chen Minjue dan Xuanji telah berteriak-teriak ke arah laut selama setengah harian, mereka lelah dan berkeringat juga lapar, dan mereka berkata kalau mereka ingin kembali dan memakan sesuatu saat mereka melihat beberapa orang memanjat naik dari kaki bukit. Orang-orang itu semua mengenakan jubah biru dan topeng Ashura, dan orang yang memimpin menggenggam kipas bulu, yang akan diayunkannya di tangan dari waktu ke waktu, dengan putaran elegan.
Begitu Yu Sifeng melihat mereka, wajahnya langsung berubah drastis, dan tanpa suara dia melompat turun dari batu, memberi salam kepada mereka, lalu berlutut, berkata, “Murid memberi hormat kepada Wakil Penguasa Istana.”
Wakil Penguasa Istana tersenyum dan berkata, “Kau Sifeng, kan? Mengapa topengmu hilang lagi? Kali ini jangan katakan padaku kalau kau bertemu dengan siluman lagi dan kemudian topengmu rusak.”
Setelah berkata demikian, matanya memelesat ke sekitar wajah-wajah orang di puncak itu dan akhirnya terhenti pada wajah Xuanji. Setelah menimbang-nimbang selama sesaat, dia akhirnya mengenali gadis bagaikan bunga di hadapannya itu sebagai gadis kecil yang pernah berdebat dengan sang Penguasa Istana empat tahun yang lalu.
Dia pun tertawa dan mengayunkan kipas di tangannya, sebelum berkata, “Begitu ya, kau sangat beruntung. Apakah topengnya dilepaskan oleh dia?”
Yu Sifeng terdiam sejenak sebelum menjawab ya.
Ketika Xuanji melihat bahwa orang-orang bertopeng itu datang untuk mengganggu Yu Sifeng lagi, dia pun bergegas menghampiri dan berkata lantang, “Anda akan menyalahkan Sifeng karena tidak mematuhi perintah lagi, kan? Aku yang melepaskan topengnya, dan dia tak ada hubungannya dengan itu, jadi hukum saja aku!”
Sang Wakil Penguasa Istana menutupi mulutnya dengan kipas, tertawa dua kali dan berkata pelan, “Kau bukan anggota Istana Lize, aku tak berani menghukummu. Yah, ternyata memang kamu… kau memilih….” Dia tiba-tiba menepukkan tangannya dan tertawa, “Pilihan yang bagus! Sifeng, aku ingin mengucapkan selamat kepadamu! Kaulah orang pertama di Istana yang bisa melepaskan topeng itu.”
Yu Sifeng tak mengatakan apa-apa.
Xuanji lega saat mendengar bahwa sang Wakil Penguasa Istana tak terdengar segalak orang-orang pada kali terakhir itu, dan tersenyum, “Apa masalahnya dengan itu? Aku hanya melepaskannya. Jadi bukan merupakan kesalahan bila melepaskan topengnya? Aku seharusnya melepaskannya saja begitu aku melihat Anda! Mengapa Anda menunggu sedemikian lamanya?”
Sang Wakil Penguasa Istana tertawa seraya mengetukkan kipas pada topengnya, tidak yakin apakah ini karena Xuanji tidak menyembunyikan kata-katanya atau Yu Sifeng akhirnya telah bisa melepaskan topengnya. Meski dirinya adalah laki-laki, tindakannya tak ada bedanya dengan wanita, dan dia tampak agak aneh. Kali ini dia mengangkat jari anggreknya dan berkata seraya tersenyum, “Kita telah menunggu begitu lama… bagaimana bisa kita berkata bahwa kepahitan telah berakhir bila kita tak menunggu lama? Dia yang telah meninggalkan tempat asalnya harus selalu disalahkan.”
Apa yang dia maksudkan dengan itu? Xuanji kebingungan. Sangat menyusahkan bila ingin meninggalkan istana, ada begitu banyak aturan dan tata tertib, dan bahkan kata-katanya tidak jelas, jadi Xuanji tak mengerti apa yang sang Wakil Penguasa Istana katakan.
Wakil Penguasa Istana mengipasi dirinya sendiri dua kali dengan kipasnya, dan akhirnya menepuk-nepuk lengan bajunya dan berkata, “Sekarang karena kau cukup puas, kau tak membutuhkan upacara berlutut ini lagi. Bangkitlah. Tidak mudah untuk tinggal di luar, jadi berhati-hatilah. Kalau kau menjumpai kesulitan di masa mendatang, meski kau tak bisa kembali ke kampung halamanmu, jangan lupa kalau aku masih berada di belakangmu, melindungimu.”
Yu Sifeng memberikan jawaban penuh hormat dan perlahan berdiri. Tangannya gemetar dan dia tak bisa mengucapkan sepatah kata pun dalam waktu lama.
Xuanji berlari ke sisinya, menggandeng tangannya dan berkata, “Sifeng, itu bagus sekali, tak ada orang yang akan menghukummu lagi. Kau sekarang bisa tenang, kan?”
Yu Sifeng menarik sudut-sudut mulutnya, tersenyum tipis, menggumam, dan berkata, “Wakil Penguasa Istana, saya pamit.”
Dia meraih lengan baju Xuanji, berbalik, dan sudah akan turun gunung, seakan sedang melarikan diri dari sesuatu yang mengerikan, ketika Wakil Penguasa Istana tertawa dan berkata, “Eh, tunggu – liihatlah ingatanku ini, aku selalu lupa berbagai hal. Karena topengmu sudah terlepas, tak ada gunanya menyimpannya. Kau harus mengembalikannya ke Istana Lize!”
Yu Sifeng terperanjat dan tiba-tiba melepaskan tangan Xuanji, matanya menatap tertegun ke depan untuk waktu yang lama sebelum dia tersenyum pahit dan berkata, “Saya mohon maaf kepada Wakil Penguasa Istana. Saat saya bertarung dengan Rubah Ungu di Gunung Gao, dia membawa pergi topeng saya dan membuangnya ke dalam jurang.”
Dia bohong lagi! Xuanji menatap nanar ada Sifeng dan tiba-tiba ada firasat buruk di hatinya.
“Hilang?” Suara Wakil Penguasa Istana naik setingkat, matanya berkilau dua kali, dan kemudian dia tersenyum, “Tidak masalah, buang saja. Bagaimanapun juga, Sifeng, kau masih anggota Istana, dan kau tak ada hubungannya dengan gadis itu. Kau harus ikut dengan kami, dan kembali ke Istana selama beberapa hari untuk menjelaskan semuanya kepada Penguasa Istana.”
Wajah Yu Sifeng pucat dan dia menggigit bibinya, matanya sama gelap dengan malam tergelap, tak bisa terlihat dasarnya. Lama kemudian, dia berkata, “Murid… mematuhi perintah.”
Tampak seakan keputusasaan dan harapan, rasa sakit dan ketidakberdayaan berkelindan rapat, dan akhirnya berubah menjadi warna-warna tak diketahui yang memburamkan matanya, seakan ingin mengisap jiwa.
Xuanji terperanjat dan menggumam, “Sifeng…?”
Sifeng berbalik dan cepat-cepat menatap Xuanji. Jenis sorot mata yang sama yang telah ditunjukkannya sejak suatu siang yang cerah, ketiak dia menatap Xuanji dengan sorot mata itu, rerumputan hijau, langit biru, dunia yang kacau, dia tak melihatnya. Dia hanya menatap Xuanji, dan cuma Xuanji seorang.
Tiba-tiba terasa kehangatan di wajah Xuanji. Tangan Sifeng-lah yang telah menyentuhnya. Jemari yang bagaikan porselen paling halus, dengan lembut membelai alis, mata, dan bibir, seakan hendak merasakan wajah gadis itu dengan tangannya dan mematrikannya ke dalam benak.
“Xuanji.” Suaranya rendah dan lembut, seperti hembusan angin musim semi di hari yang cerah. “Aku akan pergi selama beberapa hari. Kau jagalah dirimu sendiri, ya? Jagalah dirimu sendiri.”
Xuanji masih tak mengerti sebabnya. Kalau Sifeng akan pergi selama beberapa hari, sorot matanya yang dalam tampak menyimpan rahasia mendalam.
Yu Sifeng tiba-tiba mencondongkan tubuh ke arahnya, bibir pria itu menyentuh telinganya, dan menggumam, “Akan kukatakan sebuah rahasia kepadamu. Kau tahu, sulit untuk menjadi manusia. Tetapi kau… adalah orang yang membuat hatiku bersedia.”
Sifeng merundukkan kepalanya dan mendaraskan sebuah kecupan ringan di wajah Xuanji, bagaikan angin laut yang asin menyapunya. Xuanji menarik napas dan ketika dia menaikkan pandangannya, Sifeng sudah meninggalkan gunung bersama dengan Wakil Penguasa Istana.
Aku tak bisa membiarkan dia pergi.
Tiba-tiba, seperti banjir bandang, pemikiran kuat ini muncul di hatinya.
Kalau dia pergi, Xuanji takkan pernah melihatnya lagi.
Pemuda yang tersenyum pada bunga-bunga, pemuda yang selalu bicara dengan sabar kepadanya, pemuda yang terkadang-kadang merona dan tergagap, pemuda yang mengetahui banyak hal yang tidak dia ketahui.
Aku tak mau dia pergi. Aku benar-benar tak mau.
Du Minxing maju untuk membantunya dan mendesah, “Xuanji, ayo kita juga pergi. Kau tak boleh ikut campur urusan pribadi Istana Lize lagi.”
Xuanji tak mendengarnya. Gadis itu hanya menepis pelan tangan Du Minxing dan buru-buru mengejar Sifeng, berseru, “Tunggu sebentar!”
Beberapa orang pria bertopeng di bagian depan sudah berhenti, dan Wakil Penguasa Istana melambaikan kipasnya, terkekeh dan tertawa, lalu berkata, “Nona, apa kau akan berdebat lagi seperti kali terakhir?”
Xuanji menggelengkan kepalanya dan berkata perlahan, “Tidak. Aku kemari untuk memberitahu Anda bahwa aku akan menjemput Sifeng di Istana Lize beberapa hari lagi.
Yu Sifeng gemetar dan tak mengatakan apa-apa.
Wakil Penguasa Istana memutar matanya, tetapi masih tersenyum, “Nona, kau harus tahu aturan dari Istana Lize. Tidak baik bagi wanita untuk pergi ke sana.”
“Kalau begitu aku akan menunggu di luar!” Xuanji memotongnya dengan suara keras, “Aku akan menunggu hingga dia keluar.”
Kipas di tangan Wakil Penguasa Istana akhirnya berhenti bergerak, dan dari balik topeng, tatapannya bagaikan sengatan listrik yang dingin, menakutkan. Beberapa orang pria berbaju biru di belakangnya sudah akan melangkah maju, tetapi dihentikan olehnya dengan mengangkat tangan, lalu dia berkata dengan suara rendah, “Nona, aku tak memiliki temperamen baik Penguasa Istana. Kau tak perlu mengajak bertengkar lagi.”
Xuanji berkata acuh tak acuh, “Aku juga tak punya temperamen baik. Sifeng, jadi jangan paksa aku.”
“Beraninya kau!” Beberapa orang pria berbaju biru dari bagian belakang berseru galak dan sudah akan maju. Xuanji menggenggam Beng Yu erat-erat, merasakan hati dan jiwanya bergemuruh, seakan qi sejati tubuhnya menjadi selaras dengan Beng Yu, menciptakan gelombang demi gelombang yang menderu tanpa henti di dadanya.
“Huh?” Wakil Penguasa Istana terkejut dan buru-buru mengangkat tangannya untuk menghentikan orang di belakangnya. Dia menatap Xuanji dengan tertegun, dari kepala hingga ujung kaki, dari ujung rambut hingga ujung jari, seakan gadis itu tiba-tiba telah berubah menjadi orang lain.
Setelah waktu yang lama berlalu, kipas di tangannya bergoyang kembali, dan udara berat yang baru saja dikeluarkannya seakan memudar dalam sekejap. Dia menepuk-nepuk Yu Sifeng dengan kipas itu dan tertawa, “Lupakan saja, si gadis kecil ingin bertarung demi nyawamu. Kau lebih baik pergi bersama dia sekarang.”
Huh? Mengapa dia setuju untuk melepaskan Sifeng semudah itu? Xuanji masih kebingungan dan menggaruk kepalanya. Apakah Wakil Penguasa Istana ini adalah orang yang baik?
Barulah hingga Yu Sifeng berjalan ke arahnya dan menggenggam tangannya erat-erat dia menyadari bahwa hal ini memang benar dan tersenyum gembira, “Jadi Anda adalah orang baik! Terima kasih!”
Sang Wakil Penguasa Istana tersenyum ganjil dan menepukkan kipasnya dua kali pada topengnya sebelum berkata, “Orang baik, belum tentu. Aku tak yakin. Kau aadalah putri Ketua Chu, jadi bagaimana kau bisa bersikap keras kepadamu? Yu Sifeng kecil ini beruntung karena kau menyukai dirinya. Akan tetapi, bagaimanapun juga, kalian berdua tak berhubungan…. Yah, masih ada waktu beberapa bulan sebelum Turnamen Tusuk Rambut Bunga, jadi ketika Penguasa Istana tiba, kau harus bicara sendiri kepadanya. Kami akan buat keputusannya pada saat itu.”
Setelah berkata demikian, Wakil Penguasa Istana pergi tanpa melihat ke belakang, menggumamkan suatu nada yang aneh.
Xuanji menggenggam tangan Yu Sifeng dan tersenyum seperti bunga, “Sifeng, Sifeng, sungguh paling baik kalau kau tinggal di sini!”
Sifeng mengangkat tangannya dan membelai puncak kepala Xuanji seraya tersenyum tipis dan berkata, “Kau masih berani sekali. Aku lapar, ayo kita pergi dan makan.”
Xuanji meraih tangannya dan turun gunung bersamanya, tersenyum dan tertawa. Orang-orang di belakang mereka, Chen Minjue dan Du Minxing tampak agak tercengang. Meski mereka tahu betapa keras kepalanya si Xiao Shimei ini, sungguh langka bagi Wakil Penguasa Istana untuk menyerah pada saat kritis seperti ini. Barusan tadi itu benar-benar berbahaya, dan bila sampai terjadi pertarungan, mereka bertiga takkan bisa menandingi siapa pun.
“Oh, Xiao Shimei dan Sifeng tampak seperti pasangan. Menurut pendapatku, nantinya Guru dan Ibu Guru akan mendiskusikan urusan mereka berdua. Mungkin mereka akan mengaturnya bersama-sama dengan Linglong dan Minyan.”
Chen Minjue membelai kumisnya dan merasa sangat puas dengan berkah ganda ini.
Du Minxing tak mengatakan sepatah kata pun seakan tenggorokannya tersumbat.
Di tengah-tengah perjalanan, Xuanji tiba-tiba teringat sesuatu dan mendongak, tersenyum seakan pusaka emas telah turun dari langit, dan berkata, “Sifeng, kau baru saja menciumku….”
“Bukan.” Sifeng menyelanya sebelum Xuanji selesai bicara.
“Ya, kau melakukannya…,” Xuanji mulai lagi.
“Nggak.” Sifeng merona.
“Lantas… rahasia apa yang kau bicarakan itu?”
“Bukan apa-apa.”
Telinga Sifeng ikut memerah dan dia tiba-tiba memunggungi Xuanji seraya tersenyum kecil, menarik tangan gadis itu dan mulai berlari, membuat rusa dan kuda-kuda di tepi jalan ikut berlari bersama mereka.
Bayang-bayang keduanya dipanjangkan oleh mentari terbenam dan melebur menjadi satu di permukaan tanah.