The Glass Maiden - Chapter 5
“Aku sering memikirkanmu.” Xuanji menguap dan berkata dengan suara lirih, “Kamar para murid di Puncak Xiaoyang semuanya begitu besar juga kosong, dan aku tidur sendirian di dalam kamar yang besar, sunyi dan senyap. Aku memikirkan tentang kalian sepanjang waktu dan bertanya-tanya apa yang sedang kalian lakukan.”
Dalam kegelapan, Linglong mendengarkan suaranya dengan membisu, dan perasaan dari masa lalu samar-samar kembali. Gadis di sisi lain itu masih begitu lembut, membutuhkan perlindungan darinya dan mengintip dari balik bahunya.
Dengan lembut dia meraih tangan Xunji, seperti yang dilakukannya saat dirinya masih kanak-kanak, menekan dahinya, memejamkan matanya, dan berbisik, “Aku juga telah telah memikirkanmu untuk waktu yang lama. Aku takut kau takkan terbiasa tinggal di sana dan akan diganggu… kalau aku tak ada di sisimu.”
“Linglong…,” Xuanji memanggilnya. Mereka berdua tiba-tiba meledak tertawa, dan penghalang selama empat tahu itu sepertinya telah terpecahkan seketika.
“Tapi sekarang kau tak butuh aku melindungimu lagi,” Linglong berkata. “Kau sepertinya sudah mempelajari semuanya karena kita sudah tidak saling bertemu selama empat tahun, tapi aku masih tetap sama. Bahkan kemajuan Xiao Liuzi sudah lebih jauh daripada aku.”
Xuanji membuka matanya dan menatap Linglong selama sesaat. Linglong begitu marah pada gayanya memandang sehingga mendorong Xuanji dan berkata marah, “Kau lihat-lihat apa?”
Xuanji terrtawa dan berbalik, seperti seekor kucing besar pemalas, dengan tangan dan kakinya terentang pelan, jemari putihnya menggaruk wajahnya dua kali, dan perlahan dia berkata, “Aku tak tahu apa yang telah kupelajari, tapi kau sudah menjadi seorang wanita luar biasa cantik yang harus dilihat oleh mataku.”
Wajah Linglong merona, namun diam-diam dia merasa senang, dan terbatuk dua kali, berpura-pura serius dan bertanya pada Xuanji, “Aku… mana bisa aku menjadi wanita cantik? Apa aku sudah banyak berubah?”
“Sudah banyak berubah.” Xuanji tiba-tiba terduduk, mengulurkan tangannya dan menyentuh dagunya, lalu berkata dengan suara lancang, “Non, beri aku senyuman.”
“Hentikan!” Linglong memutar matanya.
Mereka berdua saling bersandar dan merasa hangat dan gembira, persis seperti saat mereka masih kecil dan bebas. Salah satu dari mereka membuat sebuah kesalahan, dan yang lain melindunginya, tanpa bersuara bersembunyi di dalam kegelapan, berpegangan tangan dengan erat. Tak ada yang ingin meninggalkan yang lain.
Waktu berlalu, dan Tahun Baru datang dengan cepat. Dari para murid hingga para guru di Sekte Shaoyang, mereka semua mengesampingkan pekerjaan sehari-hari mereka yang berat dan memperlakukan Tahun Baru sebagai prioritas utama mereka. Semua cabang perguruan memiliki tugas mereka masing-masing, dari berbelanja, bebersih, dan membuat baju baru. Semua orang sibuk.
Para murid dari Generasi Min bukan lagi anak-anak, jadi mereka tak bisa bermain dengan malas-malasan seperti sebelumnya. Misi mereka adalah pergi ke ruang penyimpanan arak dan mengeluarkan arak bunga pir yang telah mereka sembunyikan selama setahun untuk pihak dapur.
Xuanji selalu memiliki kebiasaan buruk berbaring di ranjangnya, jadi dia tak berani tidur secara terang-terangan di Puncak Shaoyang, tetapi ketika dia tiba di Puncak Xiaoyang, tak ada seorang pun yang peduli dengannya dan dia tidur dengan gembira hingga hari gelap. Namun kini karena dia sudah kembali lagi ke Puncak Shaoyang, di mana semua orang mendengarkan kokok ayam jantan, dia pun terpaksa diseret turun dari ranjang oleh Linglong, dan berjalan menuju penyimpanan arak dalam kondisi setengah tidur.
“Berhenti menggosok matamu! Sudah semerah kelinci itu!” Linglong menarik turun tangannya, “Kenapa kau belum juga menyingkirkan kebiasaan malas ini selama bertahun-tahun ini! Ayolah, bangun!”
Xuanji mengikutinya dengan terbengong-bengong, hampir terjatuh ke lantai dengan kepala terangguk-angguk dan nyaris menabrak dinding dengan kepalanya.
“Lihatlah dirimu! Tak berguna!”
Linglong melompat naik lagi sebagai seorang jiejie, bicara tentang diri Xuanji dengan gaya serius. Sebelum dia bisa mengatakan apa pun, dia mendengar seseorang di belakangnya memanggil, “Linglong Shijie!”
Keduanya menolehkan kepala mereka bersamaan, dan melihat dua atau tiga orang anak-anak berusia sekitar sebelas atau dua belas tahun berlari mendekat. Yang pertama adalah seorang gadis cantik dengan mata besar dan wajah penuh dengan vitalitas, dan dirinya tampak sangat mirip dengan Linglong saat dia masih kecil.
“Ternyata Wenying! Apa yang bisa kubantu?”
Jadi anak-anak ini adalah para murid baru dari Generasi Wen, dan mereka semua sangat polos. Karena Linglong adalah yang paling penuh semangat dan cantik, dan dirinya juga suka memainkan peran sebagai jiejie, jadi ada banyak gadis kecil yang suka bermain dengannya, dan mereka biasanya mendatanginya saat mereka tak ada yang perlu dilakukan.
Gadis bernama Wenying itu sudah akan mengatakan sesuatu saat dia tiba-tiba melihat Xuanji, yang memasang raut bingung di wajahnya, dan tertegun. Xuanji telah tinggal di Puncak Xiaoyang selama empat tahun terakhir ini, jadi tak seorang pun dari para murid baru di Puncak Shaoyang yang mengenal dirinya.
Linglong mengenalkan dirinya, “Ini adalah Xuanji Shijie, meimei-ku. Dia telah berlatih dengan Bibi Chu di Puncak Xiaoyang dan sekarang kembali untuk Tahun Baru.”
Anak-anak itu pun bergegas memberi salam kepadanya dengan penuh hormat, “Menemui Xuanji Shijie!”
Xuanji menganggukkan kepalanya dengan santai dan menggosok matanya saat dia berjalan pergi. Dia masih belum bangun sepenuhnya.
“Apa yang kalian inginkan dariku? Ada orang yang mengganggu kalian?” Linglong bertanya kepadanya, berpikir kalau suatu bajingan mengganggu shimei-nya lagi.
Wenying menggelengkan kepalanya,”Tidak! Linglong Shijie, bukankah sebentar lagi Tahun Baru akan tiba? Kami ingin bersenang-senang. Wenyu Shimei bilang dia pernah mendapatkan pelajaran bernyanyi dan menari sebelumnya, jadi kami memutuskan untuk mengadakan pesta nyanyian dan tarian untuk Tahun Baru.”
Mata Linglong berbinar dan dia tersenyum, “Itu adalah ide yang sangat hebat dari seorang gadis kecil! Tidak buruk! Kedengarannya menyenangkan!”
Wenying tersenyum, “Jadi, tolong Shijie bicara pada Guru…. Kami takut kalau Guru takkan menyukainya…. Guru selalu lebih… apa ya, serius dan galak.”
Linglong langsung menepuk dadanya: “Tidak masalah, biar aku mengurusnya! Kalian hanya perlu berlatih!”
Wenying begitu gembira saat dia berkata, “Terima kasih, Shijie! Sebenarnya, tidak seru bila cuma kami anak-anak ini yang bermain. Lebih menyenangkan kalau kalian mempersiapkan musiknya.”
Linglong adalah orang yang menyukai keseruan, jadi tak ada alasan untuk tidak ikut serta. “Aku akan tanya pada Zhong Shixiong dan yang lainnya. Aku yakin mereka takkan kalah pada kalian anak-anak ini.”
Anak-anak itu tertawa beberapa kali dan merecokinya selama sesaat sebelum pergi.
Linglong berbalik pada Xuanji dan sudah akan memberitahunya apa yang perlu dimainkan, tapi dia malah mendapati Xuanji sedang bersandar pada sebatang pohon – Xuanji tidur!
“Dasar kau berandal cilik! Masih sama saja!”
Xuanji dan Linglong saling membaweli satu sama lain sepanjang hari.
Setelah akhirnya selesai memindahkan arak dan kembali ke griya, Xuanji berseru kalau dia sakit punggung dan sakit kepala serta hendak tidur. Mereka mendorong pintu hingga terbuka dan melihat He Danping sedang duduk di dalam, menjahit dengan kepala tertunduk. Ketika dia melihat mereka kembali, wanita itu pun tersenyum dan melambai, “Kemarilah. Cobalah baju baru ini.”
Dia membuka lipatan dari apa yang tadi tengah dijahitnya. Ternyata itu adalah dua gaun baru, yang satu hijau air dan yang satunya lagi merah muda.
Linglong bergegas menghampiri gaun itu dan mengamatinya dengan kedua tangan. “Ini adalah gaun gaya baru. Ibu, apa Ibu yang membuat ini?”
He Danping tersenyum dan berkata, “Ibu hanya bisa memegang pedang, bagaimana bisa membuat pakaian? Aku membeli sejumlah kain dan meminta seorang penjahit di Shanxia untuk membuatnya. Aku melihat kalau kedua gaun ini masih polos, jadi aku menyulamkan beberapa pola untuk kalian. Cobalah dan lihat apakah ukurannya sudah sesuai.”
Linglong menyambar yang merah muda dan berkata, “Meimei-ku tak suka warna ini saat dia masih kecil, jadi beri dia yang hijau.”
He Danping menatapnya dengan marah, “Meimei-mu belum memilih, bagaimana kau tahu dia tak suka warna merah?”
Xuanji buru-buru menyatakan posisinya, “Aku suka yang hijau, aku mau yang hijau.”
Mereka pun mengenakan baju barunya, dan ternyata ukuran keduanya pas, namun yang hijau baru separuh disulam dengan bunga peoni.
“Xuanji, lepaskan bajumu lebih dulu, aku akan memberikannya padamu setelah aku menyelesaikan sulamannya.”
He Danping merasa sangat gembira melihat putrinya berdiri tegak dalam baju barunya.
Xuanji menatap baju yang dikenakannya dan menggelengkan kepala, “Tidak, aku akan mengerjakannya sendiri. Masih ada mantra yang harus digambar di atasnya.”
Seraya dia mengatakan hal itu, dia melepaskan pakaiannya, mengambil jarum dan benang, lalu menyulamnya dengan begitu cekatan sehingga Linglong nyaris menjatuhkan bola matanya yang membelalak.
“Xuanji? Kapan kau belajar menyulam?” Dia bertanya tak percaya. Dia mengingat meimei ini sebagai berandal kecil yang bahkan tak bisa berjalan dengan mata terbuka!
“Guruku bilang aku pemalas dan akan lupa untuk menggambar simbol, jadi hal pertama yang harus kulakukan saat aku membeli baju baru adalah untuk menyulamkan simbol-simbol di situ. Aku jadi terbiasa seiring dengan berjalannya waktu, dan bahkan guruku juga memuji keahlianku.”
Xuanji begitu bangga karena memiliki sesuatu yang bisa disombongkan sehingga dia menyelesaikan sulaman peoninya hanya dalam beberapa langkah.
Setelah itu, dia mengeluarkan benang perak, membandingkan ukurannya, lalu dengan cepat menyulam mantra dari bagian atas hingga bawah.
Biasanya, mereka hanya melihat pedang berkelebatan, tapi tak pernah melihat jarum-jarum yang bagaikan terbang. Tangan Xuanji begitu cepat seakan ada dewa yang memasang mantra pada dirinya, dan jemarinya selincah sepasang kupu-kupu putih.
Xuanji menghembuskan desahan lega, mengguncangkan pakaiannya dan berkata seraya tersenyum, “Ini bagus.”
Baik Linglong maupun He Danping terkaget-kaget.