The Glass Maiden - Chapter 9
Setelah makan, Xuanji menghampiri si pemilik restoran dan bertanya, “Apa Anda kenal sebuah keluarga bermarga Zhao di kota? Tiga bersaudara semuanya bermarga Zhao.”
Si penjaga toko berpikir, dan tiba-tiba berkata, “Oh, mungkinkah mereka itu adalah yang dari bagian utara kota, rumah Keluarga Zhao? Situasi di sana bahkan lebih buruk daripada kami, tanpa ada tanah dan tak ada cara untuk memberi makan pada diri mereka sendiri.”
Zhong Minyan menghabiskan tehnya dan berkata, “Kalau begitu kami ingin meminta Anda menunjukkan pada kami jalan menuju rumah Keluarga Zhao.”
Si penjaga toko segera menyetujui dan menyuruh stafnya untuk mempersiapkan kereta di halaman belakang. “Ketiga tamu kultivator ini akan pergi untuk membasmi hantu, tapi apakah mereka perlu menyiapkan jimat darah? Aku akan suruh mereka menyiapkan….”
Linglong tertawa dan berkata penuh semangat, “Semua jimat ini dipakai oleh para Pendeta Tao jahat untuk menipu orang. Kalian benar-benar berpikir kalau benda-benda itu berguna? Sudah cukup bagi seorang kaum abadi untuk menyingkirkan siluman dan hantu dengan sebilah pedang. Kelak, kalau kalian bertemu dengan para bajingan yang menipu kalian dengan memakai jimat-jimat darah itu, kalian harus memakai tongkat besar untuk mengusir mereka!”
Si penjaga toko begitu terkesan oleh kecantikan dan keanggunan Linglong sehingga dia menganggukkan kepala menyetujui.
Zhong Minyan menariknya tanpa berkata-kata lalu berbisik, “Linglong, setiap keluarga memiliki caranya sendiri dalam melakukan berbagai hal, dan jimat darah belum tentu merupakan kebohongan. Dunia ini begitu luas, ada berapa banyak yang bisa kita ketahui? Lebih baik tak bicara terlalu banyak.”
Linglong mendengus dan sudah akan mendebatnya, namun Xuanji, yang berada di sampingnya, tertawa dan berkata, “Itu benar. Guru juga memberitahuku bahwa air jimat darah anjing adalah penawar rakyat untuk mengusir roh jahat. Para Pendeta Tao pengelana sering memakai metode ini, jadi ini belum tentu adalah kebohongan.”
Linglong melihat bahwa sejak mereka meninggalkan rumah, Xuanji dan Zhong Minyan sudah saling bernyanyi beriringan, dan jadi terlihat seakan mereka menganggap dirinya sebagai pengganggu. Mau tak mau dia merasa tidak senang, dan berkata dingin, “Ya, aku toh selalu salah, kalian berdua selalu benar. kenapa kalian masih bersamaku? Kalian berdua pergilah sendiri!”
Setelah berkata demikian, Linglong pun berlari lebih dulu dan meninggalkan keduanya.
Zhong Minyan mengernyit, dan mendesah, “Sudah lewat bertahun-tahun, tapi dia masih keras kepala, dan tak peduli apa pun yang orang katakan, tak ada gunanya!”
Xuanji ingin mengatakan sesuatu, namun kemudian dia berpikir kalau dia tak seharusnya ikut campur pada saat seperti itu, jadi dia pun hanya bersikap seperti sebuah labu membosankan dan melanjutkan jalannya. Tiba-tiba dia melihat ke belakang dan tersenyum kepada dua orang yang masih berdiri dengan canggung di sisi seberang. “Aku akan keluar lebih dulu, naik ke gunung untuk melihat situasinya. Kita akan bertemu di rumah Keluarga Zhao malam ini.”
Sebelum Linglong bisa menentang, Xuanji sudah menghilang dari pandangan dengan menyisakan kilasan cahaya putih.
“Ini semua salahmu!” Linglong marah pada Zhong Minyan, “Aku sudah membuat meimei-ku pergi! Kalau sampai ada apa-apa yang terjadi pada dirinya, aku takkan pernah memaafkanmu!”
Setelah berkata demikian, dia juga memelesat pergi dengan pedangnya, meninggalkan Zhong Minyan sendirian, tak tahu apakah harus tertawa atau menangis.
Terkadang, dia merasa gembira bersama dengan Linglong, tapi terkadang, dia juga merasa lelah.
Linglong bagaikan lidah api berwarna cerah yang menari-nari; dia tak pernah bosan dengan gadis itu. Namun bila dirinya terlalu dekat dengan api tersebut, dia akan terbakar.
Selama bertahun-tahun, hidup bersama Linglong dan tumbuh besar bersama-sama. Demi tidak terbakar, dia sering mundur lagi dan lagi hingga dia menguburkan tubuhnya di dalam tanah, dan bahkan lupa pada siapa dirinya, seakan dirinya hidup untuk Linglong.
Sesungguhnya, hal ini agak melelahkan.
Untuk pertama kalinya, dia tak mau mengejar Linglong, jadi dia pun berjalan perlahan menuju sisi utara kota ke kediaman Keluarga Zhao.
Gunung di sisi utara Kota Wangxian memiliki sebuah nama yang menarik, yaitu ‘Gunung Haiwan’*. Disebut Gunung Haiwan, karena gunung itu berbentuk seperti sebuah mangkuk lautan, karena itulah dinamai demikian.
(T/N: 海碗山 (hǎiwǎn shān), secara harafiah diterjemahkan sebagai Laut (hǎi) Mangkuk (wǎn) Gunung (shān))
Xuanji terbang dengan pedangnya, dan dalam sekejap dia sudah tiba di gunung itu dan mendarat di tengah-tengah punggung gunung.
Situasi di sini bahkan lebih buruk lagi daripada yang dikatakan oleh Paman Zhao. Xuanji berjalan memutari tepi hutan selama sesaat dan mendapati bahwa separuh bagian lereng dari tepi hutan dipenuhi oleh rumput-rumput dengan daun ramping panjang seperti kucai yang layu.
Rumput-rumput mati itu entah telah dicabut hingga ke akar atau dipatahkan menjadi empat atau lima bagian, tergeletak di tanah dalam lapisan tebal yang berantakan. Tampak seperti kalau ada beberapa sosok raksasa telah bermain di sekitar sini, menghancurkan lahan-lahan Rumput Zhuyu berukuran besar seolah semuanya ini adalah perbuatan iseng.
Dia membungkuk dan memungut sepotong Rumput Zhuyu yang telah dicabik, dan dengan lembut menggosoknya dengan kedua tangan, lalu lumpur yang melapisinya pun berjatuhan. Rumput ini tak terlihat seperti telah dipotong oleh benda tajam, bentuk potongannya sangat berantakan dan tidak rata sehingga mungkin telah dikoyak.
Xuanji berusaha menyobek rumput itu lebih jauh lagi, namun ternyata butuh tujuh kali lipat kekuatan normal yang akan dikerahkan orang untuk menyobek sehelai rumput biasa.
Dia agak terkejut, karena tampaknya mengacaukan semua yang ada di sini bukanlah hal mudah untuk dilakukan.
Xuanji melemparkan rumput layu tersebut dan sudah akan mencari petunjuk di tempat lain saat tiba-tiba hembusan angin menerpanya, dan rumput-rumput layu yang ada di tanah pun tertiup ke angkasa, mengaburkan pandangannya.
Buru-buru dia menutupi wajahnya dengan lengan baju, namun kemudian dia mendengar suatu angin kuat berhembus di atas kepalanya, seolah sesuatu yang amat besar terbang melewati dirinya. Dia tak tahan lagi bila terus dibutakan oleh angin, dan kemudian mendongak untuk mendapati sebuah cahaya keperakan memelesat seperti pedang, dan kemudian, dalam sekejap mata, lenyap.
Itu siluman! Saat dia mencium sesuatu yang amis di dalam angin itu, dia pun langsung melayang dengan pedangnya dan mengikuti bau tersebut.
Setelah mengejar selama sesaat, dia melihat cahaya perak berkilat di hutan di depannya, seolah sesuatu sedang bergerak maju dalam kecepatan tinggi. Saat dia melihat sesuatu itu berpuntir dan berputar serta bergerak seperti ular, Xuanji tiba-tiba tertegun. Dia rasanya sudah pernah melihat pemandangan semacam ini, dalam ingatannya, seekor ular perak….
Persis saat dia memikirkan tentang hal itu, tiba-tiba angin di belakang kepalanya bergerak, dan dia pun buru-buru mencabut pedangnya untuk menangkis. Dengan suara ‘ting‘, sesuatu mengenai pedangnya dengan kekuatan amat besar. Pedang di tangannya nyaris tak bisa dipegangnya, dan pergelangan tangannya terasa kebas. Dia juga nyaris kehilangan pedangnya itu.
“Siapa?” Dia berseru, dan buru-buru berhenti di udara untuk menatap sekeliling, namun langit tampak bersih, dan tak ada tanda-tanda dari siapa pun di dalam hutan hijau di bawahnya!
Saat Xuanji berbalik dan melihat kembali, siluman yang bersinar keperakan itu sudah menghilang.
Xuanji mencari selama sesaat namun masih tak punya petunjuk tentang apa yang harus dia lakukan, jadi dia pun terbang kembali ke rumah Keluarga Zhao.
Begitu dia mendarat, dia melihat Zhong Minyan dan Linglong sedang berdiri di sana dengan saling memunggungi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Dalam hati dia tersenyum pahit dan bertanya, “Apa kalian sudah menemukan rumah Paman Zhao?”
Linglong dan Zhong Minyan berkata bersamaan, “Sudah ketemu, ada di sebelah sana….”
Kata-kata itu keluar berbarengan. Mereka berdua tiba-tiba membeku, dan kemudian melihat masing-masingnya menunjuk ke arah yang sama dengan diri mereka sendiri. Mau tak mau mereka pun menarik tangan mereka dengan tertegun.
Zhong Minyan berkata, “Aku sudah bertemu dengan cucu Paman Zhao barusan tadi dan menunjukkan gambar itu kepadanya, tapi dia bilang kalau hantu itu tampak mirip seperti di gambar, dan kemudian bilang tidak mirip. Tampaknya kata-kata anak-anak tidak selalu akurat, jadi mari kita tunggu hingga malam ini untuk naik gunung dan melihatnya.”
Xuanji menganggukkan kepalanya lalu menceritakan kembali pertemuannya dengan sesuatu di belakang Gunung Haiwan, dan mereka berdua pun hanya bisa tetap diam ketika mendengar bahwa siluman itu sangat kuat.
“Apa yang harus kita lakukan? Apa ini adalah siluman tua yang tak bisa kita tangani?” Linglong bertanya takut-takut.
Zhong Minyan mengernyit tapi tak mengatakan apa-apa.
Xuanji merapikan rambutnya dan berkata, “Mari kita lihat keadaannya malam ini…. Karena siluman itu tak melukai siapa pun, dia pasti bukan siluman yang jahat. Cukup usir saja dia….”
Tiba-tiba, sesuatu bergulir keluar dari dalam lengan bajunya dan terjatuh ke tanah.
Linglong membungkuk untuk memungutnya dan bertanya keheranan, “Apa ini? … Kue beras?”
Mereka bertiga pun menatap kue beras yang terasa familier sekaligus tidak familier itu dengan mata memicing, kebingungan dan keheranan.
Xuanji tiba-tiba teringat pada senjata rahasia yang menyerangnya dari belakang kepala.
Dia mengangkat kue beras itu ke depan matanya dan memandangi benda yang tergeletak di telapak tangannya itu, untuk sesaat agak kebingungan.