The Grand Princess - Chapter 52
Kalau mereka ingin mengambil keuntungan dari usia mudaku, akan kutunjukkan apa itu usia muda!
———————-
Begitu Pei Wenxuan selesai bicara, dia dan Li Rong berbalik dengan senyum menghias wajah mereka. Shangguan Xu berjalan untuk menghadapi Li Rong dan memberi salam kepadanya. Shangguan Xu bahkan tak melihat ke arah Pei Wenxuan ketika berkata, “Bersediakah Yang Mulia berjalan bersama laochen dan mengobrol?”
“Paman terlalu sungkan.” Li Rong tertawa kecil, berpaling pada Pei Wenxuan. “Bagaimana kalau kau pergi duluan ke gerbang istana dan menungguku?”
Pei Wenxuan bersoja untuk memberi hormat, juga memberi hormat kepada Shangguan Xu sebelum pergi. Li Rong balas menatap Shangguan Xu, bertanya, “Paman hendak kembali ke kediaman atau ke biro kekaisaran?”
“Laochen berencana pergi ke kediaman, tetapi apakah Yang Mulia lebih suka ke istana saja?”
“Ya.”
“Kalau begitu mari kita berjalan bersama.”
Shangguan Xu mengulurkan tangannya untuk mengajak Li Rong. Mereka berdua pun keluar dari balai utama istana, kipas Li Rong tergenggam di tangan. Setelah tiba di luar, Li Rong mendengar Shangguan Xu bertanya menyelidik, “Apa yang kali ini membangkitkan minat Yang Mulia terhadap kasus Qin?”
“Bukankah aku baru saja mengatakannya?” Li Rong menjawab santai. “Nona Muda Qin mendatangiku. Aku tak tega menyaksikan kemalangan Klan Qin.”
“Yang Mulia sudah menjadi seorang wanita yang menikah.” Shangguan Xu menghela napas. “Apakah perlu mengurus begitu banyak hal?”
“Paman….” Perlahan Li Rong menolehkan kepalanya. “Apakah Paman ingin aku tidak ikut campur dalam masalah ini?”
“Masalah Baratlaut ini,” Shangguan Xu mengarahkan jalan keluar untuk Li Rong. “Mulanya adalah sebuah pertanyaan rumit yang Baginda Kaisar tugaskan kepada Putra Mahkota. Laochen mencemaskan Yang Mulia Putra Mahkota dan menghubungi beberapa kerabat untuk membantu menstabilkan Baratlaut. Pada saat-saat terakhir sebelum kemenangan besar, Baginda Kaisar mengganti jenderalnya dengan Xiao Su. Daftar calon penerima penghargaan yang Xiao Su laporkan kepada Baginda Kaisar itu penuh dengan masalah, dan diragukan kalau Baginda Kaisar mengetahuinya.”
Li Rong sedikit memiringkan kepalanya. “Katakan lebih banyak.”
“Daftar itu utamanya terdiri dari para rakyat jelata, dan tak ada satu pun putra bangsawan yang masuk ke dalamnya. Itulah sebabnya kenapa mahkamah menjadi gaduh. Yang Mulia berniat mencari keadilan untuk Klan Qin, soal ini, laochen bisa mengerti. Akan tetapi, mengenai pelaksanaan keadilan ini, laochen,” Shangguan Xu menatap Li Rong, ekspresinya menampakkan penderitaan panjang. “Tidak yakin tentang itu. Apa saran Yang Mulia?”
Li Rong mendengarkan kata-kata Shangguan Xu tanpa bersuara. Seketika itu juga, dia berempati pada Li Chuan yang baru saja naik tahta di kehidupan sebelumnya.
Kalau kau ingin mengendalikan mereka, bukan hanya mereka adalah para kerabatmu, tetapi juga adalah orang-orang yang telah berjasa kepadamu.
Jika kau tidak melakukannya, mereka akan bertindak sesuka hati.
Li Rong tetap membisu cukup lama, sebelum perlahan bertanya, “Kalau begitu, apakah Keluarga Qin benar-benar bersalah?”
Shangguan Xu tidak menjawab ketika mereka berdua berjalan melintasi alun-alun. Li Rong menerawang ke arah gerbang istana, menatap burung-burung yang terbang tinggi di atas dinding-dinding merah membara. Dengan lembut, dia berkata, “Aku tahu kalau Paman mencintai aku dan Chuan’er, dan kami juga memikirkan tentang Paman. Mahkamah menarik pajak namun mengecualikan para bangsawan. Keluarga Shangguan memiliki hampir separuh tanah di Youzhou, dan pajak tahunannya bahkan lebih besar dibandingkan seluruh anggota mahkamah lainnya, jika tidak melihat pengecualian pajaknya.”
Li Rong tersenyum. “Akhir-akhir ini, konflik dan bencana alam melanda perbatasan. Mahkamah tak mampu mengatasinya, dan Ayahanda Kaisar berencana untuk menarik pajak secara paksa dari keluarga. Chuan’er-lah yang memikirkan tentang Paman dan bicara dengan Baginda Kaisar, serta berhasil membujuk Beliau untuk tidak melakukannya.”
Kata-kata ini diucapkan dengan amat acuh tak acuh, namun ekspresi Shangguan Xu seketika membeku.
Keluarga Shangguan tidak membayar pajak atas tanah yang dimilikinya sembari masih menikmati banyak keuntungannya. Sementara itu, perbendaharaan negara kian berkurang, jumlah orang lebih sedikit dan dananya juga lebih sedikit. Ketika Rong menyerang, keluarga Shangguan menghindar dari tanggungjawab dan hanya menonton ketika mahkamah kehabisan uang. Hanya saja meski sudah mengalirkan semua dana ini ke perbatasan, jenis keluarga yang mendominasi di perbatasan adalah Klan Yang. Takut akan membuntungi diri mereka sendiri, Klan Yang menyuap musuh untuk membuat pertunjukan berlebihan.
Keluarga Shangguan mendukung Li Chuan, jadi Li Chuan terpaksa harus mengamankan Shangguan. Tak peduli kelancangan apa pun yang telah mereka perbuat, Li Chuan hanya bisa terus menjadi pelindung mereka.
“Aku sendiri tak terlalu tahu tentang apa yang terjadi pada perang di Baratlaut. Tetapi menurut pemahamanku yang kuakui berat sebelah ini, mahkamah harus bertanggungjawab atas semuanya. Negara Rong ini sangat kecil, tetapi pasti terlibat dalam begitu banyak hal. Sebagai Perdana Menteri Kiri, Paman sudah bekerja keras dan memperoleh banyak jasa. Jika Ayahanda Kaisar tidak mengakui ini, maka berarti merupakan kesalahan Ayahanda Kaisar.”
“Yang Mulia terlalu memuji,” Shangguan Xu berkata kaku. Kata-kata Li Rong bernada simpati, namun dia bisa melihat apa yang ada di balik kata-kata itu.
Menurut mekanisme yang ditekankan dalam mahkamah kekaisaran, asalkan para bangsawan tidak berusaha untuk saling sikut satu sama lain, dan dari atas ke bawah bekerjasama sebagai satu kesatuan, mereka bisa mengalahkan Rong dengan mudah. Namun masing-masing keluarga membunyikan sempoa mereka dengan perhitungan yang berbeda. Dimulai dengan deklarasi perang, sudah terjadi masalah dengan persiapan dan pembagian dana pasukan, transportasi ransum, dan sebagainya. Tanpa Shangguan yang membujuk keluarga-keluarga itu untuk bekerjasama, maka takkan terjadi apa-apa.
Baratlaut kacau balau, tapi Huajing juga demikian.
Namun kesalahan dari kekacauan ini hanya bisa ditempatkan di depan kaki kebangsawanan yang acak-acakan. Kali ini Keluarga Shangguan mungkin memang sudah merapikannya, tapi sebenarnya merekalah sumber dari semua itu.
Shangguan Xu meremas plakatnya begitu kuat hingga buku-buku tangannya memutih.
Li Rong sudah tak tahan lagi dan di gerbang istana, dia berbalik ke arah Shangguan Xu. “Paman.”
Mendengar kata ‘Paman’ ini, Shangguan Xu mengangkat kepalanya. Li Rong balas menatap. “Saat saya masih kecil, Paman akan datang ke istana, dan sering memberi Rong’er mainan kincir angin yang benar-benar disukainya.”
Shangguan Xu menatap nanar ketika Li Rong memancangkan tatapan ke arahnya, berkata tulus,“Sejak awal hingga akhir, Paman akan selalu menjadi keluarga Rong’er. Rong’er berharap suatu hari kelak, semua anggota keluarganya bisa hidup damai bersama-sama. Ketika airnya penuh, maka akan meluap dan ketika bulannya purnama, kemudian akan menjadi sabit. Cara kaum bijaksana, kuharap Paman bisa mengingat ini di dalam hati.”
Shangguan Xu tak menanggapi. Li Rong menarik napas perlahan dan memutar kepalanya seraya tertawa. “Kita sudah sampai gerbang. Shangguan-daren tak perlu repot-repot mengantarku. Bengong akan pergi lebih dulu.”
Dengan kata-kata itu, Li Rong pun memberi salam dan pergi.
Barulah ketika Li Rong sudah berada di kejauhan, beberapa menteri berdiri menjajari Shangguan Xu, bertanya was-was, “Shangguan-daren, apa yang dikatakan oleh Yang Mulia?”
Sejenak, Shangguan Xu membisu. Kemudian, perlahan dia berkata, “Barusan tadi, Yang Mulia bicara begitu banyak sampai-sampai, dengan pengetahuannya, tak seharusnya dia bisa bicara begitu.”
Para menteri saling pandang, sebelum Shangguan Min berkata santai, “Takutnya aku harus bicara pada Pei Lixian. Anaknya terlalu lancang.”
“Anak muda,” Shangguan Xu tertawa. “Masih begitu gegabah.”
Setelah Li Rong berpamitan pada Shangguan Xu, kebetulan saja dia sudah sampai di gerbang istana, jadi dia melihat Pei Wenxuan sedang berdiri di sana.
Pei Wenxuan mengenakan baju hitam di bawah seragam mahkamah merahnya. Berdiri di samping kereta, Pei Wenxuan menyadari Li Rong berjalan mendekat dan tersenyum.
Pei Wenxuan mungkin memang memiliki perut penuh dengan akal bulus, namun parasnya tampan dan kelihatan bisa dipercaya.
Li Rong melihat wajah penuh senyumnya, dan ketegangan di benaknya pun mereda.
Pei Wenxuan berjalan ke arahnya, tertawa. “Apa Yang Mulia butuh weichen untuk membantunya masuk?”
“Kenapa kau bertanya?”
Li Rong tampak tak peduli ketika Pei Wenxuan mengulurkan tangan, berkata, “Jika Yang Mulia lelah, weichen bisa membantu.”
Mengamati pria itu, Li Rong meletakkan tangannya ke dalam tangan Pei Wenxuan dan dengan bantuan dari Pei Wenxuan, dia pun memasuki kereta.
Begitu mereka berada di dalam kereta, Pei Wenxuan berkata, “Mari kita pulang lebih dulu. Begitu kita sampai, titah Kaisar dan plakat otoritas semestinya sudah diantarkan. Kemudian kita bisa pergi menuju Kementerian Peradilan untuk mengalihkan kasus Qin dan memeriksa situasi keluarga itu.”
Li Rong mengiyakan, dan mereka pun kembali ke Wisma Putri. Tak lama setela mereka tiba, titah kekaisaran dari Li Ming pun datang, memberikan izin khusus untuk menyelidiki kasus Klan Qin dengan independensi penuh. Beserta dengan titah itu juga datang sebuah plakat otoritas khusus yang menganugerahkan kantor pengawas kepada Li Rong.
Setelah menerima titah dan plakat, Li Rong dan Pei Wenxuan bergegas pergi ke Kementerian Peradilan. Persis di ambang pintu kementerian, para petugas menghadang mereka. Li Rong menunjukkan plakat di tangannya kepada mereka dan berkata terang-terangan, “Bengong kemari atas perintah Kaisar untuk mengambil berkas-berkas dari arsip kementerian.”
Para petugas terperangah. Jelas-jelas, mereka belum diberitahu tentang dekrit itu. Li Rong mengangkat dagunya dan menatap mereka. “Apa, kalian curiga pada bengong atau kalian meragukan titah Kaisar?”
“Hamba tak berani.” Tanpa menunda-nunda lagi, si penjaga pun memberi jalan. “Mengundang Yang Mulia untuk masuk.”
Seharusnya, ada orang yang menunjukkan jalan pada Li Rong untuk menuju ke arsip kementerian, namun tampaknya tak seorang pun yang memiliki niat untuk melakukannya. Untung saja, berkat kehidupan lampau mereka, Li Rong dan Pei Wenxuan sudah lama ikut campur dalam setiap urusan kementerian dan tak mau repot-repot membuat keributan. Mereka pun langsung masuk dan berjalan menuju ruang arsip.
Setelah tiba di ruang arsip, Li Rong menyuruh seorang petugas memanggil atasan mereka. Memberikan titah Kaisarnya, dia langsung memerintahkan, “Keluarkan berkas-berkas kasus Qin, bengong akan membawanya.”
Mendengar hal ini, juru tulis kementerian meragu, kemudian mengeluarkan tawa gugup. “Yang Mulia, pelayan rendahan ini tidak mau mempersulit, namun ada protokol-protokol tertentu yang dibutuhkan di Kementerian Peradilan. Anda harus memperoleh wewenang yang tepat untuk memindahkan berkas.”
“Wewenang? Titah ini memberi bengong wewenang penuh untuk menyelidiki kasus ini tanpa pembatasan apa pun. Dengan peringkat bengong, wewenang apa lagi yang dibutuhkan?”
“Yang Mulia,” si juru tulis kementerian mengulas senyum terpaksa. “Memang inilah aturannya. Kecuali sang Kaisar sendiri, semua orang lainnya harus memiliki wewenang. Bahkan Perdana Menteri juga harus ikut aturan.”
Li Rong tak menanggapi. Dia dan Pei Wenxuan sama-sama tahu sepenuhnya kalau kesulitan-kesulitan ini hanyalah peraturan jelas yang dihadapi oleh para petugas tingkat rendah.
Menghadapi Raja Yama itu mudah, mengurus setan-setan kecilnyalah yang merepotkan. Sudah lama sekali Li Rong tidak berurusan dengan petugas-petugas tingkat rendah macam itu; tawa menggelegak naik ketika dia menyadarinya. “Kalau begitu wewenang ini, siapa yang harus kucari?”
“Carilah sang direktur. Anda hanya perlu memberitahu Beliau, dan kemudian sang direktur bisa memberi izin kepada Anda. Petugas rendah ini akan langsung memindahkan berkas-berkas kasus Qin kepada Yang Mulia.”
“Dan di mana si direktur ini berada?” Li Rong melanjutkan pertanyaannya.
Si juru tulis kementerian memberi isyarat. “Beliau semestinya bekerja di ruangan di sebelah kiri luar di bagian depan jika Yang Mulia berjalan beberapa langkah ke arah sana.”
“Bagus sekali,” Li Rong mengangguk. “Bengong akan ke sana.”
Begitu selesai bicara, Pei Wenxuan pergi bersama Li Rong untuk mencari si direktur. Begitu tiba di kantornya, mereka menyadari kalau kantor itu kosong. Li Rong menaikkan sebelah alisnya, menatap penjaga pintu. “Di mana si direktur?”
“Tuan sedang keluar untuk mengerjakan beberapa tugas resmi.” Si penjaga kemudian bertanya, “Yang Mulia… bersediakah Yang Mulia datang lagi besok?”
Li Rong tidak ingin menjawab, hanya menyentakkan matanya ke arah Pei Wenxuan. Pei Wenxuan mengamati si penjaga, bertanya pelan, “Urusan apa yang sedang dikerjakan sang direktur?”
“Ini… hamba tidak tahu.”
Si penjaga tampak malu sementara Pei Wenxuan terus membisu. Beberapa saat kemudian, Li Rong tertawa lantang. “Baiklah, maka bengong akan kembali besok.”
Dengan kata-kata itu, Li Rong pun berbalik, Pei Wenxuan mengikutinya keluar dari Kementerian Peradilan.
Di luar, secara impulsif Pei Wenxuan berkata, “Yang Mulia, jangan marah. Kantor pengawas baru saja dipastikan pada mahkamah pagi hari ini. Kementerian Peradilan pasti belum diberitahu….”
“Beritahu apa!” Li Rong mendengus. “Memangnya orang-orang itu mengira bengong orang bodoh? Cari direktur apaan, kalau yang ada di sini sekarang adalah Su Rongqing, apa dia akan membutuhkan direktur? Mereka kira mereka bisa memanfaatkan kenaifan kita.”
Pei Wenxuan tak menanggapi ketika menatap Li Rong berjalan pergi sambil marah-marah. Dia mengekori, berkata dengan suara lirih, “Apa yang akan Yang Mulia lakukan?”
“Yang akan kulakukan? Kalau mereka ingin mengambil keuntungan dari usia mudaku, akan kutunjukkan apa itu usia muda!”
Li Rong tiba di kereta dengan beberapa langkah lebar lalu melompat masuk. Melihat amarah Li Rong, Pei Wenxuan takut gadis itu akan menyebabkan masalah dan dengan gegabah meraihnya. “Yang Mulia mau ke mana?”
“Cari orang! Jangan ikuti aku. Pergi ke barak. Dari daftar pendek orang-orangku, ambil sepuluh orang ahli. Aku akan tiba di sana tak lama lagi.” Li Rong menuding ke arah kedai teh terdekat. “Aku akan menunggumu di sana.”
“Saya akan pergi ke barak, tetapi bagaimana dengan Yang Mulia?”
“Aku-”
Li Rong belum selesai bicara, ketika dia mendengar Shangguan Ya memanggil dengan penuh semangat, “Ah, Yang Mulia.”
Tak terlalu jauh dari tempat Li Rong berada, Shangguan Ya melambai. “Kebetulan sekali!”