The Longest Day in Chang’an - Chapter 8
Keempat jalan di dekat Guangde Fang menyala benderang, diterangi oleh lentera-lentera yang menyilaukan. Rangka-rangka lentera raksasa itu memancarkan ribuan cahaya keemasan, menyalakan separuh angkasa.
Bagi para pengunjung, ini adalah sebuah pemandangan yang langka, namun bagi orang-orang di atas menara jaga yang dibangun oleh Departemen Jing’an di berbagai perumahan, lentera-lentera yang mengganggu itu adalah sakit kepala paling parah. Lilin-lilin dan suara riuh yang tak terhitung banyaknya membuat baik tabuhan genderang maupun obor jadi tidak efektif dalam menyampaikan pesan.
Alhasil, anggota-anggota staf yang ada di atas menara jaga tak punya pilihan selain membungkus lentera-lentera mereka dengan dua lapis kertas ungu, sehingga cahayanya jadi bisa dibedakan dari lentera-lentara yang ada pada rangka-rangka lentera raksasa itu. Bila para dewa menunduk melihat Kota Chang’an dari langit, mereka akan melihat bahwa kota itu diliputi oleh lautan cahaya keemasan yang berkedip-kedip, dan mereka harus melihat dengan sangat seksama untuk menemukan titik-titik ungu samar itu, persis seperti biji-biji wijen yang tersebar jarang-jarang pada kue Biluo yang dibuat oleh pemilik toko kue yang pelit.
Pada saat ini, lentera ungu di atas menara jaga di dekat Guangde Fang tiba-tiba padam, namun bila dibandingkan dengan lentera-lentera aneka warna yang secerah matahari dan rembulan, perubahan kecil ini begitu tidak mencolok hingga tak seorang pun yang menyadarinya.
Segera lentera pada menara jaga kedua pun padam.
Dan kemudian lentera ketiga, keempat, kelima… Dalam beberapa belas tanzhi (1 tanzhi = 7,4 detik), lentera-lentera ungu di atas menara jaga di sekitar Guangde Fang semuanya padam, seakan sebuah tali gelap perlahan-lahan mencekik di sekitar leher Guangde Fang.
Setelah mengunci Wen Ran di sebuah sel di aula belakang, Yao Runeng berjalan menuju halaman dan menghela napas dalam-dalam. Wen Ran tak bersedia kembali ke ruangan yang gelap dan terus bertanya pada Yao Runeng tentang apa yang sedang terjadi. Yao Runeng telah berusaha sangat keras dan akhirnya berhasil menenangkan gadis itu.
Gadis jelata ini telah melewati begitu banyak siksaan hari ini. Yao Runeng sangat mengasihaninya. Barusan tadi, Sicheng Li telah memerintahkan Yao Runeng untuk mengunci gadis itu seperti tahanan, yang mana membuatnya merasa malu.
Dia menyuruh penjaga penjara untuk meletakkan sebatang lilin dan sebuah baskom tembaga dengan air bersih di dalam sel – rambut dan wajah Wen Ran sangat kotor, jadi gadis itu bisa membersihkan diri di dalam selnya.
‘Dengan ini, setidaknya aku bisa menghadapi Komandan Zhang dengan hati nurani yang bersih saat dia kembali,’ Yao Runeng membatin.
Wanita ini bilang kalau Zhang Xiaojing telah menyelamatkan keluarganya. Yao Runeng penasaran apa yang telah terjadi di antara keduanya. Dia menjadi sangat penasaran tentang kehidupan Zhang Xiaojing dan sangat ingin mengenal orang ini dengan lebih baik. Wen Ran mungkin adalah sumber informasi yang hebat.
Yao Runeng membiarkan Wen Ran memanfaatkan waktunya. Dia sendiri pergi ke halaman untuk menghirup udara segar dan menenangkan pikirannya sebelum kembali untuk menginterogasi Wen Ran – ‘Um, menanyai dia, bukan menginterogasi dia,’ Yao Runeng mengoreksi dirinya sendiri.
Penjara di belakang Departemen Jing’an terhubung dengan Sayap Kiri, dengan sebuah halaman kecil di antaranya. Pemilik sebelumnya telah membangun susunan bebatuan yang tertutup oleh wisteria, menciptakan pemandangan gunung-gunung yang sunyi. Yao Runeng berjalan-jalan di halaman kecil ini, menekuri dengan kepala tertunduk. Tiba-tiba dia menyadari sebuah sosok tidak jelas di belakang susunan bebatuan. Yao Runeng memicingkan matanya, meletakkan tangannya dengan lelah pada penggaris besi yang tersemat di sabuknya, dan bertanya, “Siapa itu?”
“Ini aku, Cui Qi.”
Sosok itu melangkah keluar. Yao Runeng melebarkan matanya dengan kaget.
“Oh? Bukankah ini adalah Jenderal Cui dari Pengawal Praetorian?” Yao Runeng menekankan kata ‘Jenderal’ dengan sarkasme. Dia mengira kalau dirinya takkan pernah harus melihat wajah ini lagi. Kau tahu apa? Orang ini masih punya nyali untuk kembali ke Departemen Jing’an.
Cui Qi berkata dengan wajah gelap, “Ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu.”
Yao Runeng terus mencelanya, “Kau mau menangkapku? Sayang sekali perintah Jenderal Gan adalah terhadap Komandan Zhang. Dia tak pernah menyebutkan tentang orang yang bukan siapa-siapa seperti aku.”
Cui Qi menggertakkan giginya dan berkata dengan suara yang dalam, “Bukan tentang ini. Aku mau memberitahumu, Departemen Jing’an mungkin berada dalam bahaya!”
Yao Runeng hampir tak bisa menahan tawanya, berpikir bahwa kata-kata orang ini lebih lucu daripada kata-kata para komedian yang mempertontonkan pertunjukan Canjun. Departemen Jing’an bertugas dalam pertahanan dan keamanan Ibu Kota. Departemen ini berada dalam bahaya? Tugas departemen ini adalah untuk mengidentifikasikan bahaya!
“Tidak. Dengarkan aku. Aku tak punya bukti apa pun untuk saat ini, tapi aku punya perasaan kuat kalau ada sesuatu yang tidak benar.”
Nada bicara Cui Qi kedengaran agak gugup. Dia dahulu adalah seorang prajurit di Longshan, jadi dia memiliki insting atas bahaya yang berkembang dengan baik. Sesaat yang lalu, dia tiba-tiba mulai merasa gelisah. Langkah-langkah kaki orang-orang di aula, hembusan angin, suara-suara di luar, frekuensi pesan-pesan yang dikirimkan – dia terus memiliki perasaan ini bahwa ada sesuatu yang salah namun tak bisa menemukan apa atau di mana yang salah itu.
“Tentu saja kau mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi di Departemen Jing’an,” Yao Runeng mengerutkan bibirnya.
“Kau banjingan! Kenapa kau bicara seperti ini?” Mengamuk, Cui Qi menampar bebatuan dengan telapak tangannya. “Ya! Aku adalah seorang pengkhianat! Aku menjilat pada mereka yang berkuasa! Tapi apa yang bisa kudapatkan dengan mengatakan kebohongan seperti itu?”
Yao Runeng menatap wajah Cui Qi dan menjadi serius. Orang ini mungkin memang adalah pengecut menjijikkan, tapi dia bukan aktor yang baik. Cui Qi benar-benar tampak gelisah.
“Kalau kau memang begitu baik, kenapa tidak mengatakannya sendiri pada Sicheng Li atau Kurator Xu?” Yao Runeng bertanya curiga.
“Mereka takkan pernah memercayai kata-kata seorang pengkhianat,” Cui Qi menjawab dengan seulas senyum pahit, “tapi kalau kau memperingatkan mereka, semua akan jadi berbeda. Dengar. Aku tidak melakukan ini demi Departemen Jing’an. Aku melakukan ini demi diriku sendiri. Kalau ada sesuatu yang terjadi pada departemen Jing’an, aku juga akan dianggap punya andil.”
Dia mengatakan yang sebenarnya. Kalau dia punya pilihan, dia sudah akan melarikan diri. Tetapi karena perintah yang dikeluarkan oleh Gan Shoucheng, dia harus tetap tinggal di sini.
Yao Runeng berkata, “Kalau begitu pertama-tama kau harus mengatakan padaku tentang apa ini. Aku tak bisa bilang pada mereka kalau semua itu hanyalah perasaanmu. Bagaimana Departemen Jing’an harus mempertahankan diri sendiri?”
Cui Qi buru-buru berkata, “Pertama-tama pasang beberapa tim pasukan Lubi ke sini. Dengan begini selalu aman.”
Begitu dia menyelesaikan kata terakhir, mereka berdua mendengar langkah-langkah kaki tergesa. Mereka melihat ke arah sumber suara itu dan mendapati bahwa langkah-langkah lali itu datang dari kebun belakang, yang mana terletak cukup jauh.
Xu Bin berlari kembali ke Departemen Jing’an dari Kantor Jingzhao dalam satu tarikan napas dan kemudian berlari dari Departemen Jing’an menuju area di belakang halaman, yang mana merupakan sebuah kebun besar. Tempat itu terbuka dan luas, dengan hanya beberapa ruang penyimpanan, kakus, rak-rak kayu, dan sebagainya. Menara jaga Departemen Jing’an juga berada di tengah kebun ini, dikelilingi oleh dinding.
Secara teori, tempat ini adalah jalan buntu tanpa ada pintu keluar, namun Xu Bin tiba-tiba teringat bahwa sebenarnya ada jalan lewat lain di kebun ini.
Kanal.
Kenapa lokasi Guangde Fang sangat penting? Karena ketiga kanal di Chang’an barat – Kanal Guangtong, Kanal Qingming, dan Kanal Yong’an kebetulan bertemu di tempat ini sebelum mengalir ke dalam kota kekaisaran.
Sebagai titik pertemuan dari tiga kanal, saluran air utama di Guangde Fang lebar dan dalam. Kebun belakang Departemen Jing’an ini memiliki dua pintu air, yang satu di dinding timur dan yang lainnya di dinding barat. Air dari saluran utama mengalir ke dalam kebun melalui pintu air timur dan kemudian, menyusuri saluran buatan melengkung di bagian tengah yang melewati ruang penyimpanan Li Bi, mengalir menuju pintu air barat menuju ke saluran utama. Alhasil, kebunnya memiliki air yang mengalir, dan selama salah satu dari tiga kanal itu mengalir, akan selalu ada air mengalir di kebun ini, yang menciptakan fengshui yang luar biasa.
Begitu Xu Bin melihat gulungan kertas di tangan Panitera Pang, dia menyadari bahwa si mata-mata tidak harus melewati salah satu dari pintu mana pun saam sekali. Semua yang harus dilakukannya adalah datang ke kebun belakang ini dengan berpura-pura pergi ke kakus, melemparkan selembar kertas yang dilapisi minyak ke dalam saluran, dan menyuruh seseorang untuk mengambilnya dengan saringan bambu di luar dinding barat. Aliran airnya akan menyampaikan laporan intelijen dalam cara yang bisa diandalkan, cepat, dan luar biasa aman.
Taktik ini kedengaran sederhana saat diketahui, namun ini lebih praktis daripada metode Panitera Pang.
Xu Bin telah dengan sengaja menyampaikan kabar bahwa Wang Yunxiu adalah Wen Ran, yang mana, bagi mata-mata lainnya, merupakan sebuah pesan yang harus disampaikan sekarang juga. Dengan kata lain, bila dia buru-buru kemari, Xu Bin mungkin akna bisa menangkap orang ini di samping saluran air. Kalau tidak, setidaknya dia bisa menangkap orangyang bertanggungjawab menjemput laporan intelijen di samping dinding barat, dan menghadang saluran penyampaian pesan ini.
Dia diikuti oleh lima orang anggota Buliang Ren. Xi Bin menyuruh dua yang terkuat di antaranya untuk memasuki kebun dengan memanjat dinding di sisi lain sesegera mungkin dan menjaga posisi itu. Dia dan tiga lainnya membentuk sebuah kipas saat mencapai saluran air itu.
Xu Bin sudah lama tak melakukan latihan seberat itu. Dia terengah, paru-parunya terasa sakit membakar, namun dia tak berani berhenti. Setelah mendengar pengakuan Panitera Pang, mata-mata itu mungkin akan pergi bersembunyi, jadi ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menangkap orang itu.
Mereka berlari ke kebun belakang dan maju dengan cepat di sepanjang jalan kerikil. Segera mereka melihat garis luar samar dari ruang penyimpanan di dalam kegelapan. Tak ada lentera di sini, jadi mereka tak bisa melihat dengan lebih jelas. Mereka hanya bisa mendengar gelegak air di dalam saluran.
Eeh? Kenapa lentera-lentera di sini semuanya gelap?
Menara jaga besar milik Departemen Jing’an berada tepat di sisi kebun. Menara itu menerima pesan-pesan yang dikirimkan dari semua tempat, dan karenanya berukuran dua kali lebih besar daripada menara jaga biasa, sehingga delapan orang anggota staf bisa berdiri di atasnya. Setelah gelap, seharusnya ada enam belas lentera ungu di atas menara itu.
Xu Bin mendongakkan kepalanya dan mendapati bahwa di atas menara jaga besar itu gelap gulita. Tak ada satu lentera pun.
“Ini gawat!”
Sebuah firasat yang luar biasa buruk mencengkeram jantung Xu Bin seperti seekor ular berbisa melompat dari dalam kegelapan.
Dua jeritan terdengar dari sisi lain dinding, yang mana datang dari kedua anggota Buliang Ren yang sebelumnya. Raut wajah Xu Bin berubah drastis. Dia menjulurkan lehernya namun tak bisa melihat apa-apa di dalam kegelapan. Kemudian dia kehilangan pijakan dan terjatuh ke tanah.
Pada saat bersamaan, sebuah bayangan berdiri tegak di saluran air. Terperanjat, semua anggota Buliang Ren mengayunkan tongkat dari pinggang mereka. Satu demi satu, belasan bayangan muncul dari air dan memanjat naik seperti roh-roh jahat.
Mereka mengenakan baju selam hitam dan memegang busur silang pendekm berdiri berbaris dalam kesunyian yang menggiriskan. Pagar di bagian dasar dinding barat yang terletak tak jauh dari situ sudah dilepaskan. Orang-orang ini mungkin berenang lewat pintu masuk itu. Sesosok hitam yang berdiri di kaki dinding barat menatap tenang ke arah ini, memain-mainkan file gigi kuda bergagang lurus di tangannya.
Merasa terintimidasi, ketiga anggota Buliang Ren berhenti dan berusaha mundur kembali. Beberapa busur silang pendek ditembakkan pada saat bersamaan dan langsung membunuh dua dari mereka. Yang terakhir berusaha memperingatkan yang lain namun sebuah anak panah terbang menancap ke kepalanya dalam sekejap.
Sebuah sosok hitam menjulang keluar dari sudut menara jaga besar, memastikan pembunuhan itu dan kemudian menggerakkan sebuah isyarat.
Sosok-sosok hitam itu melepaskan baju selam mereka, mengisi ulang busur silang mereka, berpencar menjadi beberapa regu dan dengan cepat menuju ke aula utama Departemen Jing’an….