The Magic Division Leader’s Contract Marriage - Chapter 5
“Kamu sangat cantik.”
Pada malam pesta ulang tahun raja, melihat Bridget memakai gaun lengkap, Ray mengungkapkan pikirannya secara jujur.
“Oh, terima kasih atas ‘ucapan penuh tenggang rasanya’.”
Bridget berkata, mengolok-olok Ray seperti yang dilakukan ibunya.
“Setidaknya aku memuji seorang wanita. Tapi sungguh, aku merasa seperti itu.”
Hari ini rambut Bridget yang berwarna kastanye itu diikat dengan rumit, dia mengenakan jepitan rambut berkilau dan cincin jimat di jarinya. Gaun yang dia pakai berwarna krem dan berkilau dengan sulaman di tepinya. Miranda mengangguk puas.
Bridget tampak lebih bermartabat dalam seragam auditor-nya yang biasa. Tapi hari ini dia terlihat lembut dan feminin. Orang yang hanya melihatnya dalam seragam auditor tidak akan memperhatikannya, seperti yang Ray lakukan saat bertemu dengannya di kafe.
“Terima kasih. Tapi…”
Bridget mundur sedikit dan memandang Ra dari atas sampai bawah.
“Aku yakin kamu tidak akan menemukan orang yang lebih tampan dari Ray hari ini.”
Ketika aku tiba di istana, sudah banyak orang yang berkumpul dan mengobrol di sana-sini.
Aula itu terang benderang dengan lilin yang menyala. Ketika aku melihat ke atas, aku melihat lampu gantung besar yang berkilau, tergantung di langit-langit yang tinggi. Aku melihat ke samping dan melihat Bridget juga sedang melihat lampu gantung itu. Matanya berbinar saat cahaya memantul ke sana.
“Apa kamu tidak pernah terlibat dalam lingkaran sosial sebelumnya?”
“Dulu aku sering muncul. Setelah aku menjadi auditor… aku pergi ke pesta malam saat aku tiba di ibu kota kerajaan. Sejak itu, aku sudah tidak bisa keluar lagi.”
Bridget segera berkeliling.
“Mencolok…”
“Ah?”
“Semua orang melihatmu, Ray.”
Aku tidak heran. Ray melihat ke sekeliling. Aku tidak yakin kapan itu terjadi, tapi aku tidak peduli dengan pandangan orang-orang. Kurasa aku tidak terganggu.
Kesatria mengumumkan kunjungan raja dan istrinya. Semua orang menundukkan kepala dan menunggu kedatangan mereka. Setelah itu, para bangsawan pergi menyapa mereka, Ray dan yang lainnya juga ikut bergabung.
“Selamat ulang tahun, Yang Mulia.”
“Terima kasih. Kamu juga, selamat atas pernikahanmu.”
“Terima kasih.”
Raja dan Ratu sedang menatap Bridget.
“Nina Miller… bukan, Nyonya Miller. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatmu dalam balutan gaun. Ini sangat cocok untukmu.”
“Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan menindaklanjuti audit bulan depan, jadi tolong bersiaplah.”
Ray tahu kalau istana juga akan diaudit, tapi dia tidak tahu kalau audit akan dilakukan bulan depan.
Raja membungkuk sedikit ke depan dan bicara pada Bridget.
“Hmm. Tolong bersikaplah lebih lembut padaku. Kumohon.”
“Baik, Tuan. Saya akan melayanimu dengan kemampuan saya yang terbaik.”
Dewan auditor adalah lembaga independen di negara ini. Ray dan Ratu melirik pada Bridget, yang mungkin tidak akan mudah dalam melakukan audit-nya, sambil tersenyum.
♥♥♥
Setelah menyapa raja, aku berkeliling untuk menyapa kenalanku sambil mengumumkan pernikahanku.
Bridget tidak ada di lingkaran sosial mana pun, jadi dia hampir tidak dikenal oleh para bangsawan sejak awal. Banyak orang yang bahkan tidak tahu tentang profesi auditor, karena mereka tidak terkait padanya kecuali mereka subyek yang diaudit. Ray harus mengulangi penjelasan yang sama kepada setiap orang yang mereka temui.
Bridget bersikap defensif pada reaksi para bangsawan, tapi secara umum semua orang tampak seperti menerima pernikahan Ray dengan baik dan memberinya selamat.
Ada beberapa tatapan kasar dan komentar sarkas dari beberapa wanita, tapi Bridget lega melihat mereka masih memasang ekspresi tenang di luarnya.
Selama mereka mengobrol, Bridget menjadi semakin gugup. Waktunya untuk dansa sudah semakin dekat.
Ketika para bangsawan selesai bicara pada Raja dan Ratu, ketika Raja dan Ratu mulai berdansa di lantai dansa, ketegangan Bridget berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Dia belum melakukan apa-apa, tapi keringatnya sudah mengucur.
Setelah Raja dan Ratu serta para bangsawan berdansa, lantai dansa dibuka dan para bangsawan mulai menari dengan bebas.
“Ayo.”
Bridget memegang tangan Ray dan memasuki lantai dansa, mulai bergerak mengikuti musik.
Ray menuntun aku dengan senyuman lembut, tapi aku tidak sempat melihat wajahnya. Ujung gaunku sangat mengganggu, selama ini kami berlatih dengan rok selutut. Aku sudah gagal.
Seharusnya aku mendengarkan musik dengan cermat dan menggerakkan kakiku seperti saat latihan, tapi aku tahu kalau kakiku tidak bisa digerakkan dengan benar.
Keringat dingin membasahi punggungku dan napasku menjadi pendek. Ujung jari Ray hangat, tapi aku berkeringat dan jari-jariku menjadi dingin.
Secara umum, aku selalu buruk dalam olahraga. Di kelas dansa sekolahku juga kalau bukan ditertawakan, pasti ditolak oleh pasanganku. Permainan bola adalah pemandangan yang harus dilihat. Kelas latihan membuat depresi. Aku membencinya.
Akan lebih baik kalau aku ditertawakan. Tapi di sini, Ray juga akan ditertawakan juga. Bahkan sekarang, aku merasa orang-orang di sekitarku seperti sedang tertawa melihatku.
Seharusnya aku berlatih lebih giat kalau tahu ini akan terjadi. Aku panik dan pikiranku kosong. Aku bahkan tidak bisa mendengarkan musiknya.
Kenangan buruk dari masa lalu menyusup ke dalam kepalaku seperti keleidoskop.
“Nona Bridget, Nona Bridget.”
Aku mendengar suara yang memanggilku. Aku kembali sadar dari lamunan. Mataku bertemu dengan Ray, yang sedang menatapku dengan tenang.
“Tidak masalah, tenang saja. Ini akan segera berakhir. Tetap bertahan dan biarkan bahumu lebih rileks.”
Ray membelai lembut punggung tangan Bridget dengan ibu jarinya. Bridget menghela napas lega. Lalu musik itu kembali terdengar.
Ray benar, akhir akan segera tiba dan musiknya berubah. Ray meninggalkan lantai dansa bersama Bridget.
“Ayo pulang, kita sudah menyelesaikan urusan kita.”
Mereka pun meninggalkan istana kerajaan.
Aku sangat malu, sedih, dan bersalah sampai tidak dapat mendongakkan kepalaku.
Kereta tiba di rumah tanpa sepatah kata pun dari mulut Bridget.
Lelah secara fisik dan mental, dia mandi dengan lesu dalam air panas dan segera merosot ke tempat tidur.
“…aku ingin menghilang saja…”
Aku ingin membuat minuman keras, tapi besok adalah hari kerja. Bridget menutupi kepalanya dengan selimut.
Setelah beberapa saat, Ray juga masuk ke kamar tidur. Dia membangun tembok ajaib dan menempati dirinya di tempat tidur di sisi lain. Aku harus meminta maaf untuk malam ini.
“Ray… Maafkan aku. Aku sungguh tidak membantu sebagai istri sementaramu. Aku minta maaf telah membuatmu malu.”
Aku berusaha menjaga agar suaraku tidak bergetar, tapi saat aku mencoba bicara, air mata mulai mengalir di pelupuk mataku. Aku menekan bagian belakang tenggorokan agar isak tangisku tidak keluar.
Lalu tempat tidur berderit dan selimut ditarik dari kepalaku. Ray mematikan dinding ajaib dan bergerak tepat ke sebelah Bridget, menatap pada matanya yang basah,
“Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini. Aku sama sekali tidak merasa malu.”
Ray mengusap lembut pada rambut yang menempel di dahi Bridget yang basah dengan air mata dan keringat dengan tangannya.
“Maksudku, kamu tahu, aku merasa lebih dekat denganmu karena aku tahu kamu tidak pandai dalam suatu hal, Bridget. Kukira kamu adalah tipe orang yang sempurna dalam segala hal. Terima kasih telah melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan hari ini.”
“…tapi aku yakin orang-orang akan mempergunjingkan banyak hal karena aku.”
Air mataku tidak bisa berhenti mengalir, Ray menyeka dengan jarinya.
“Kalau mereka mengatakan sesuatu, biarkan saja. Aku sangat senang hari ini. Aku ditemani seorang wanita cantik dan menerima banyak ucapan selamat dari orang.”
Aku tahu ucapannya adalah untuk menghiburku, tapi aku bersyukur atas kata-kata positifnya. Bridget menyeka air mata dari wajahnya.
“…aku harus mengoreksi ucapan ibu mertuaku. Dia membuatmu terdengar seperti orang yang tidak pandai bicara, tapi kurasa itu tidak benar.”
“Benar, kan! Kamu harus beri tahu itu pada ibuku lain kali.”
Bridget tertawa saat Ray bersikeras.
Lalu, setelah sedikit senda-gurau, Ray kembali ke posisi semula dan memasang dinding ajaib.
“Selamat malam.”
“Terima kasih, selamat malam.”
Kesedihan itu masih ada, tapi berkat Ray, aku merasa jauh lebih baik. Terima kasih Tuhan atas kebaikannya.
Bridget menarik napas dalam-dalam dan bisa tidur dengan perasaan damai.
♥♥♥
Siang harinya setelah pesta tadi malam, Bridget sedang makan siang di kafetaria tempatnya bekerja ketika sebuah nampan diletakkan di kursi seberangnya.
“Bridget, kamu keberatan aku duduk di sini?”
“Tidak, Annie. Silakan.”
Annie adalah wanita yang bertanggung jawab atas administrasi di kelompok pertama. Aku sudah mengenalnya sejak aku menjadi auditor di Ibu Kota Kerajaan. Karena dia adalah gadis sosialita, aku sering mendapat banyak informasi darinya.
“Kemarin aku melihatmu dengan suamimu yang dirumorkan itu. Dia sungguh terlihat seperti seorang pangeran.”
“Maaf, aku tidak sempat menyapamu kemarin.”
“Tidak masalah. Meski dari jauh, itu adalah pemandangan yang wajib dilihat.”
Kudengar Annie juga menghadiri acara tadi malam dengan suaminya, tapi aku tidak bisa menemukannya.
“Para wanita sosialita menunggu untuk bertemu kamu kemarin. Aku bertanya-tanya seperti apa rasanya menjadi wanita muda yang memenangkan pimpinan divisi yang tampan.”
“Eh… lalu reaksi mereka…?”
Saat Bridget bertanya dengan takut-takut, Annie terkekeh.
“Jangan kaget. Komentar kami adalah, apa? Bridget tidak dikenal di lingkaran sosial, pekerjaannya misterius dan kemampuan dansanya sangat mengerikan. Jadi pasti dia dodok dengan pimpinan divisi atau mungkin itu keputusan dari orang tuanya.”
Terkejut. Kupikir itu artinya aku tidak dianggap serius oleh para wanita itu. Ini hanyalah pernikahan sementara, dan sebagai seorang wanita, aku tidak bisa bersaing dengan mereka. Mungkin ini tidak masalah.
“Aku yakin kecemburuan akan lebih besar kalau dia adalah wanita muda yang cukup terkenal. Jadi kurasa sangat bagus karena dia adalah Bridget. Tapi apa kalian benar-benar mengenal satu sama lainnya?”
“Seperti yang kukatakan, kami pergi kencan buta dan merasa cocok. Lalu kami menikah, ya seperti itulah.”
“Hmmm.”
Awalnya pernikahan sementara untuk menghindari tekanan dari orang tua.
Fakta bahwa pasangan nikah Ray adalah Bridget mungkin telah menurunkan reputasi Ray di antara para wanita, tapi ini memang hal yang baik karena telah memenuhi keinginan awal Ray.
Bridget dengan paksa meyakinkan dirinya akan hal itu.