Summary
Kredit untuk yang punya gambar di instagram @amao_lady
Zhao Fanzhou tiba-tiba mendekatinya dan memeluknya dengan erat, sangat erat, sejenis kekuatan yang ingin memasukkannya ke dalam tubuhnya dan berkata: “Maaf, aku pergi dulu.”
Dia tidak merespons, seperti sebuah boneka rusak, membiarkannya mengencangkan pelukan pada lengannya.
Melihatnya yang tidak bereaksi, Zhao Fanzhou melepaskannya dan berbalik untuk pergi.
Zhou Xiao tiba-tiba bereaksi dan dengan cepat memeluknya dari belakang, “Jangan pergi.”
Dia menghela nafas dan membuka tangannya, berkata tanpa menoleh ke belakang: “Anak baik, pengertian sedikit, aku harus pergi.”
Zhao Fanzhou berjalan pergi dengan sangat cepat, tanpa menghentikan langkah kakinya, tanpa menoleh ke belakang.
Ketika dia memutuskan untuk menoleh ke belakang, Zhou Xiao berbalik dengan cepat dan berlari keluar dari Bandara.
Dia tidak ingin lagi kembali melihat bayangan punggungnya yang semakin menjauh, tidak ingin lagi!
Dia meninggalkannya dua kali.
Pertama kalinya, dia memeluknya dan berkata kepadanya, “Kamu pasti sangat sedih.”
Kedua kalinya, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya: “Tiket perjalanan kapal ini sudah kadaluarsa, aku sudah tidak ingin naik kembali ke kapal rusakmu.”
Zhao Fanzhou mendengarkan langkah kakinya semakin jauh, seakan dia berjalan semakin jauh meninggalkan hidupnya.
Jarak antara mereka berdua, sejak awal sudah lebih lebar dari sebuah Samudera Pasifik.
Kebahagiaan hanyalah ketika telapak tangan kita saling bersatu dan tidak akan pernah terpisah lagi!