The Sweet Love Story - Chapter 32
Zhou Xiao terpana untuk beberapa saat, menatap Xie Yixing yang duduk di kursi depan dengan mata besar yang terlihat kosong. Dia tidak begitu akrab dengannya sampai mampu membuat lelucon semacam ini kan? Atau seperti dalam film-film, akan ada sebuah surprise? Atau jangan-jangan… hal itu benar adanya? Mobil itu dipenuhi dengan suasana yang aneh, bahkan sopir taksi pun tidak bisa menahan diri untuk mengintipnya melalui kaca spion.
Xie Yixing merasa serba salah, kenapa dia yang harus disuruh melakukan hal semacam ini?
“Hmm, itu… sebenarnya dia berencana untuk meneleponmu setelah dia sampai di Amerika.” katanya setelah mempertimbangkannya sejenak.
“Amerika? Kenapa harus pergi ke Amerika? Berapa lama?” Zhou Xiao sangat tenang dan ketenangan yang membuat orang ketakutan setengah mati.
Xie Yixing ragu-ragu selama setengah abad baru mengatakan: “Setelah dia sampai, dia akan menjelaskannya kepadamu.”
Zhou Xiao mengangguk dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Zhao Fanzhou, tidak diangkat.
Zhou Xiao membungkuk dan menepuk bahu Xie Yixing: “Boleh aku pinjam ponselmu.” Xie Yixing terdiam dan hanya menggelengkan kepalanya.
Zhou Xiao bersandar pada sandaran kursi dan memandang keluar jendela dengan tenang. Langitnya sangat biru, di kota ini dia begitu jarang melihat langit yang sebiru itu. Sebuah pesawat terbang melewatinya dengan membawa sedikit awan panjang di belakangnya.
“Kakak Sopir, maaf merepotkan, tolong putar balik ke arah Bandara. Tolong lebih cepat mengemudikannya,” kata Zhou Xiao. Sopir itu menoleh untuk melihat Xie Yixing, Xie Yixing tidak berani mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk.
Sopir itu orang yang baik, lebih baik dari kebanyakan orang. Dia bergegas ke bandara dengan kecepatan penuh.
Bandara bukanlah tempat yang mudah untuk menemukan seseorang. Zhou Xiao sudah menghabiskan dua menit di tempat orang datang dan pergi ini, tapi tahu harus mulai mencarinya darimana.
Xie Yixing menyeret koper Zhou Xiao dan berdiri sepuluh meter di belakangnya. Dia memandangnya dari kejauhan: Tubuh mungil Zhou Xiao, terlihat sangat mungil di antara kerumunan orang. Dia terus berputar-putar dengan tatapan kosong, matanya terus mengedip. Apakah dia terus mengedip karena ingin menyimpan kembali air matanya?
Ah, dia pasti akan dimarahi setengah mati oleh Zhao Fanzhou, ternyata hati yang lemah dapat menghancurkannya. Dengan enggan dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang: “Ah, Saudaraku, aku telah bersalah kepadamu. Kita berada di lobby bandara. Datanglah kemari, aku tidak mampu membereskan masalah ini.” Setelah selesai mengatakannya, dia menutup telepon. Dia menyeret koper dan berjalan ke samping Zhou Xiao, berkata: “Begitu banyak orang, kamu tidak akan mungkin menemukannya. Aku sudah menelepon dan menyuruhnya keluar. Tak peduli dia akan kemari atau tidak, setelah pesawat lepas landas kita kembali ke sekolah ya?” Zhou Xiao hanya mengangguk, tidak bergerak.
Seberapa lambat waktu dapat berjalan? Hanya orang-orang hebat yang pernah melalui penantian yang mengetahuinya.
Ketika Zhao Fanzhou berdiri di depannya, dia merasa telah menunggu selama satu abad dan seperti dalam film Stephen Chow. Waktu telah berlalu dan semua orang tertutupi oleh jaring sutra laba-laba.
“Pulanglah, aku sudah harus naik ke pesawat. Aku akan menjelaskannya dengan jelas kepadamu.” kata Zhao Fanzhou, ekspresi wajahnya yang tanpa ekspresi kembali muncul.
“Tidak usah, jelaskan saja sekarang,” Zhou Xiao juga tanpa ekspresi.
Xie Yixing diam-diam berjalan menjauh, dua orang ini sungguh mengerikan. Seperti pembunuh bayaran yang sedang mendiskusikan perilaku kejahatan, tak lama mungkin akan terjadi pembantaian di area Bandara.
Zhao Fanzhou menatapnya dengan tajam, “Lebih baik kamu pulang dulu, aku tidak mampu menjelaskan semua hal ini kepadamu dalam waktu yang sesingkat ini, ditambah lagi dengan suasana hatiku. Aku berjanji pasti akan menjelaskan semuanya, kamu pulang ya?”
“Perlu waktu berapa lama? Di rumahku selama empat hari dan tiga malam apa belum cukup? Setelah itu, setiap hari kita saling berteleponan selama satu jam apakah juga belum cukup?” Kan sudah dibilang, otaknya akan sangat jernih ketika dibutuhkan. Dia sudah dapat menebak kalau Zhao Fanzhou telah memutuskan untuk pergi ke luar negeri sebelum datang ke rumahnya.
“Aku tidak memberitahumu karena aku memiliki pertimbanganku sendiri. Bisakah kau sedikit mengerti aku?” Zhao Fanzhou menghela nafas.
“Tidak bisa.” Zhou Xiao menatapnya lekat-lekat, tidak menyerah, “Katakan padaku, kamu akan pergi berapa lama?”
“Aku masih belum tahu,” Zhao Fanzhou menatapnya, terlihat kesedihan dari matanya.
“Pesawat tujuan Los Angeles dengan penerbangan XX Airlines 1247, dimohon untuk segera memasuki kabin pesawat. Ladies and gentlemen, may I have your attention please……” Informasi pemberitahuan kembali diulang.
Zhao Fanzhou tiba-tiba mendekatinya, memeluknya dengan erat, sangat kuat. Sebuah kekuatan seakan ingin menariknya ke dalam tubuhnya, dia berkata: “Maafkan aku, aku pergi dulu.”
Zhou Xiao tidak menanggapi, dia seperti sebuah boneka yang rusak, membiarkan Zhao Fanzhou mengeratkan pelukannya. Zhao Fanzhou melepaskannya dan berbalik untuk berjalan pergi. Zhou Xiao tiba-tiba bereaksi dan dengan cepat memeluknya dari belakang: “Jangan pergi.”
Zhao Fanzhou menghela nafas dan melepaskan tangan Zhou Xiao. Dia berkata tanpa melihat ke belakang: “Anak baik, pengertianlah sedikit, aku benar-benar harus pergi.”
Zhao Fanzhou berjalan pergi dengan sangat cepat, tanpa berhenti, juga tanpa menoleh ke belakang. Hanya Xie Yixing yang melihat mereka dari kejauhan, menyadari langkah kaki Zhao Fanzhou sangat berantakan, punggungnya terlihat kaku, tangannya terus mengepal, ketika berbelok dia sempat menghentikan langkah kakinya sebentar.
Ketika Zhao Fanzhou berbalik melihatnya, tepat dengan saat Zhou Xiao juga berbalik dengan cepat dan berlari ke luar bandara. Dia sudah tidak mau melihat bayangannya yang menjauh, tidak mau lagi!
Sekarang dia masih berada di dalam taksi, masih menatap kosong ke arah langit. Ada sebuah pesawat yang terbang di atasnya, apakah dia ada di dalam sana? Zhou Xiao tiba-tiba merasa ingin tertawa, pengertianlah sedikit? Dia menyuruhnya untuk menjadi lebih pengertian? Zhou Xiao dengan tulus percaya dia seorang pacar yang pengertian, dia tidak pernah menyuruh pacarnya pergi ke tempat yang jauh pada saat cuaca dingin untuk membelikan makan malam untuknya, dia tidak pernah minta ditemani ketika pacarnya sedang sibuk, dia tidak pernah meminta pacarnya untuk menghadiahkan apapun kepadanya, bahkan pertanyaan semacam kalau aku dan mamamu sama-sama tenggelam, kamu akan menolong siapa pun dia tidak pernah lontarkan. Bahkan saking pengertiannya dia sampai berusaha menerima kehadiran adiknya yang tidak jelas asal usulnya itu. Lalu dia masih memintanya untuk lebih pengertian? Seandainya dia lebih pengertian lagi, pasti dia sudah akan masuk ke siaran CCTV dan mendapatkan penghargaan.
“Sebenarnya dia takut kalau mengatakannya kepadamu terlebih dahulu, kamu akan memintanya untuk tinggal. Dia takut kalau kamu sudah memintanya untuk tinggal, dia tidak akan tega untuk pergi. Dia juga berharap dalam waktu singkat yang tersisa ini, kalian dapat melewatinya dengan bahagia.” Xie Yixing membantunya membawakan koper sampai ke lantai bawah asramanya dan mengatakan hal ini sebelum dia pergi.
“Maaf hari ini telah merepotkanmu, terima kasih.” Zhou Xiao sekarang sedikit merasa lelah, tidak ingin banyak bicara.
Xie Yixing mengangguk dan berjalan pergi. Setelah kepergian Xie Yixing, Xiao Lu yang sedari tadi berpura-pura menjadi manusia tak kasat mata pun melompat ke arahnya: “Kamu ini, tak kusangka bisa menemukan dinding dengan kualitas yang begitu baik, apakah tidak terlalu berlebihan?”
“Xiao Lu, Zhao Fanzhou sudah pergi.” kata Zhou Xiao. Begitu kata-kata itu keluar, dia benar-benar mulai menyadari Zhao Fanzhou telah pergi. Air mata yang telah dia tahan cukup lama pun mengalir keluar.
“Pergi? Pergi ke mana?” Xiao Lu terkejut olehnya.
Zhou Xiao menggelengkan kepalanya, air matanya terus mengalir. Dia menangis tersedu-sedu sampai tidak mampu berbicara.