The Sweet Love Story - Chapter 35
Zhou Xiao duduk di tempat duduk ruang kelas yang menghadap ke jendela, akhirnya ada perasaan seperti berada dalam adegan film. Ada banyak pohon di luar jendela, berwarna hijau muda dan gelap. Ketika membuka jendela, pasti akan daun jendela menabrak ranting pohon. Matahari bersinar melalui celah dari pepohonan, memantulkan cahaya berbintik-bintik di atas meja. Dari kejauhan, terdengar anak-anak SMP sedang menyalakan musik untuk melakukan senam pagi. Dosen ini sedang memberikan perkuliahan dengan aksen Sichuan, Zhou Xiao membalik-balikkan buku di hadapannya. Tiba-tiba dia seakan berpindah ke ruang dan waktu yang lain.
Berbicara tentang guru ini, ada sebuah cerita yang lucu. Pada saat itu, Zhou Xiao masih mahasiswa baru. Dia sangat bersemangat dan suka berbincang-bincang dengan semua dosen. Pada saat itu, dosen ini masih seorang pemuda yang baru menyelesaikan gelar Ph.D. Dia mengajarkan sastra asing, wajahnya telihat memiliki aspirasi dan ambisi yang besar. Kedua belah pihak masih sangat bersemangat, sehingga ketika kelas berakhir tidak langsung meninggalkan kelas dan mengobrol.
Zhou Xiao dengan bersemangat bertanya kepada guru: “Pak Guru, Bapak berasal dari mana?”
“Sichuan.”
Begitu Zhou Xiao mendengarnya, dia sangat bahagia. Zhou Xiao yang pada saat itu sangat terobsesi pada Guo Jingming (Edward Guo). Dia pun bertanya: “Guo Jingming juga berasal dari Sichuan. Apa Pak Guru mengenal Guo Jingming?”
*(T/N: Guo Jingming adalah penulis Novel Young Adult yang terkenal di Cina)
Guru itu ragu-ragu sejenak dan bertanya: “Siapa Guo Jingming? Guo Jingming itu Cao Yu?”
Zhou Xiao juga tertegun, bagaimana mungkin Guo Jingming bisa menjadi Cao Yu. Apa Cao Yu itu nama pena dan Guo Jingming adalah nama aslinya? Kedua orang itu saling memandang selama beberapa menit, dua-duanya merasa kebingungan. Sampai ada seorang siswa baik hati di sampingnya, juga berasal dari Sichuan, berbisik pada Zhou Xiao, “Guru itu mengatakan, apa Guo Jingming adalah seorang super girl?” Pada detik itu, Zhou Xiao merasa ada sekelompok gagak terbang di atas kepalanya, ada tiga garis vertikal hitam dan keringat besar di kepalanya seperti dalam komik.
Zhou Xiao menyentuh pantulan cahaya di atas meja belajarnya, berkata dalam hati: pindah zaman saja, bukankah sekarang serang trennya seperti itu? Zhou Xiao sangat ingin menghindar darinya, ingin pindah zaman sejauh yang dia bisa. Kalau bisa sampai ke Dinasti Tang dan menjadi Wu Zetian, apabila dalam waktu senggang masih bisa bermain dengan pria-pria tampan. Eh? Itu bukankah yang disebut dengan emansipasi wanita yang legendaris itu, wow! Kalau membicarakan tentang emansipasi wanita, siapa yang bisa mengalahkan Wu Zetian?; Kalau dia sampai ke Dinasti Han, dia ingin menjadi pendiri sekolah ‘Potong Lengan’, Han Aidi dan kekasihnya yang bernama Dong Xian itu masih bisa jadi pengajar dalam mata kuliah BL; Kalau tidak, pergi ke Dinasti Song dan menjad Bai Shuzhen, si Siluman Ular Putih. Sepertinya mendapatkan peran menjadi siluman juga cukup menantang, dia selalu ingin membuat Bai Shuzhen mati karena sudah lama tidak tahan padanya; Atau kalau tidak sekalian saja pergi ke Dinasti Ming dan Qing, dia akan menjadi Chen Yuanyuan yang begitu cantik dan ceria. Ditambah lagi ada orang yang begitu bersedia mencarikan mahkota untuknya, siapa yang tidak akan merasa bahagia? Selain itu, bisa jadi dia akan menjadi tokoh utama dalam teks sejarah. Dengan begitu dia akan mengikuti adegan percintaan dari seluruh dinasti, apa tidak cukup hebat? Ah, sudahlah. Asalkan berpindah ke sebuah era yang tidak ada Zhao Fanzhou saja sudah cukup. Sekarang dia sangat tidak rela untuk putus dengannya, tapi juga tidak rela untuk merasa menyesal dalam penantian tanpa kepastian ini.
Untunglah, dia sudah sempat memotong kukunya sebelum kelas ini berakhir. Dia dengan tatapan kosong mengikuti Ketua Asrama dan berjalan keluar dari kelas. Berjalan dan berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol sikunya. Zhou Xiao melihat Ketua Asrama dengan tak berdaya, matanya seakan berbicara: Aku sudah hampir patah hati, kamu masih memukulku. Manusia atau bukan kamu? Ketua Asrama menyipit dan memberikan isyarat kalau ada makhluk gaib di depan mereka. Zhou Xiao mendongak dan memandangnya, oh, bukankah itu Jia Yichun yang terkenal di seantero dunia persilatan, yang disebut Nona Anggur Palsu.
Zhou Xiao sebenarnya tidak ingin menghentikan langkah kakinya, tapi mata mereka sudah saling bertemu. Dia tidak mungkin tidak berhenti sebentar untuk menyapa: “Hei, ada kelas?”
“Bukan, aku datang untuk mencarimu. Mari bicara di luar sebentar.” “Kata Jia Yichun. Bicara? Bisakah tidak datang untuk mengganggunya lagi?
Ada sebuah kedai kopi kecil di sebelah perpustakaan sekolah, Jia Yichun menatap Zhou Xiao dengan tatapan pahit. Zhou Xiao mengaduk kopinya tanpa terganggu.
“Fanzhou bilang, dia mau kembali kemari. Kamu tahu?” tanya Jia Yichun.
“Tidak tahu.” Tangannya berhenti sejenak, kemudian melanjutkan mengaduk kopi.
“Tadi malam, mamanya memotong pergelangan tangannya.”
Zhou Xiao tiba-tiba mengangkat kepalanya, hampir saja lehernya keseleo: “Tidak… tidak terjadi apa-apa kan?”
“Sudah dibawa ke rumah sakit untuk tindakan penyelamatan, sudah tidak apa-apa.”
Zhou Xiao menghela nafas lega, tidak tahu harus berkata apa selanjutnya. Hanya bisa mengubur kepalanya dan terus mengaduk kopi dengan pelan.
“Aku menyukai Fanzhou, kamu tahu kan?” kata Jia Yichun tiba-tiba.
“Aku tahu.” Zhou Xiao meletakkan sendok kopi. Kalau dia ingin berbicara tanpa bertele-tele, Zhou Xiao akan bermain bersamanya sampai akhir, “terus?”
Jia Yichun menyeruput kopi, meletakkannya baru berkata, “Selama ini aku orang yang sangat percaya diri. Aku kira hubunganku dengannya hanyalah masalah waktu. Aku sama sekali tidak menyangka akan kehadiranmu.” Dia berhenti sebentar, menunggu Zhou Xiao mungkin akan berkata apa. Tapi, Zhou Xiao hanya menatapnya tanpa berbicara. Dia melanjutkan, “Aku tidak tahu seberapa besar dia menyukaimu, seberapa besar kamu menyukai dia….” Suara soundtrack film Doraemon terdengar, ponsel Zhou Xiao sedang berbunyi.
Dia melihat layar ponselnya, ID penelepon yang terlihat aneh. Angkat saja, dia belakangan ini dia sering tidak menyalakan ponsel. Tidak tahu apa ada orang yang sepanjang waktu terus mencarinya: “Halo.”
“Halo, ini aku.” Setelah beberapa hari tidak mendengar suara Zhao Fanzhou, rasanya seperti sudah melewati satu kehidupan.
“Aku akan kembali dengan penerbangan besok pagi.”
“Memangnya kamu bisa pergi? Aku sudah dengar kejadian tadi malam.” Zhou Xiao menatap Jia Yichun, Jia Yichun menatapnya dengan tidak sabar.
“Dia sedang di rumah sakit sekarang. Tidak masalah jika aku pergi sebentar. Aku akan kembali menemuimu.”
“Tidak usah. Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu kembali.” kata Zhou Xiao dengan sangat cepat.
“Tapi aku tidak baik, aku sangat ingin bertemu denganmu.” Suara yang keluar melalui telepon terdengar penuh kesedihan. Masih ada muka untuk menggunakan trik semacam ini? Ingin membuatnya setuju tanpa paksaan?
“Aku sedang ada urusan sekarang, telepon aku satu jam lagi.” Zhou Xiao menutup telepon setelah mengatakannya, kali ini dia benar-benar menutup teleponnya darinya.
Zhou Xiao meletakkan ponselnya, memandang Jia Yichun dan berkata, “Maaf, silakan lanjutkan.”
Jia Yichun benar-benar melanjutkan kata-katanya, orang ini benar-benar… tidak tahu apa dia cuma basa-basi saja. “Bisa kamu menemaninya selama beberapa hari ini?” tanya Jia Yichun.
“Apa maksudnya?” Zhou Xiao sebenarnya lebih ingin berkata, apa urusanmu.
“Dia sekarang sangat membutuhkan seseorang yang dapat mendukungnya dan menemaninya. Aku hanya ingin tahu kamu bersedia menemaninya atau tidak.” Cara bicaranya seperti dia seorang Bodhisattva yang siap menyelamatkan umat manusia dari kesulitan.
“Ini bukan urusanmu, kan?” Zhou Xiao sedikit kesal.
“Kalau kamu memilih untuk mendampinginya, aku akan keluar dari persaingan ini; kalau kamu memilih untuk meninggalkan dia, aku akan pergi ke sampingnya tanpa ragu-ragu. Sebenarnya, aku sudah mulai mendaftar sekolah di Amerika.”
Zhou Xiao menatap lantai di kedai kopi dengan perasaan ragu. Sungguh menyeramkan, apa wanita ini gila? Apa dia juga mau pergi ke dokter yang sama dengan Bibinya Zhao Fanzhou?
“Tolong katakan dengan jelas kepadaku,” Jia Yichun melihatnya tidak berbicara, dia menambahkan.
“Bagaimana kalau aku tidak mau mengatakannya?” Lalu apa kamu akan mengatakan kalau kamu akan menggigitku?
“Aku sudah sempat memberitahumu soal itu, aku akan merebut Zhao Fanzhou darimu.” Jia Yichun sedikit emosional.
“Lakukan saja sesukamu. Aku ada urusan lain, aku permisi dulu. Oh iya, saat aku pergi ke kelas biasanya aku tidak membawa uang, maaf merepotkanmu dengan tagihannya. Terima kasih.” Zhou Xiao menarik kursi dan berjalan pergi setelah selesai mengatakannya, dari belakang terdengar suara Jia Yichun yang tidak senang: “Kamu pasti akan menyesal, aku pasti akan merebutnya darimu.”
Zhou Xiao memutar bola matanya sebanyak lebih dari 18 kali. Bukankah tadi aku sudah mengatakan lakukan saja sesukamu, memangnya kamu tidak mengerti Bahasa Mandarin? Atau harus diterjemahkan dalam Bahasa Chaosan baru bisa mengerti? Tahun ini, terlalu banyak bertemu dengan orang sakit jiwa!