The Sweet Love Story - Chapter 4
Punya pacar lagi, walaupun orangnya masih dia, tapi memang kenyataannya memang hanya menyukai dia seorang.
Setelah Zhao Fanzhou kembali, ada banyak hal yang harus dia urus: mengurus prosedur untuk kembali berkuliah, memulai kembali tugasnya di Himpunan Mahasiswa, mengejar mata kuliah yang tertinggal, dan ‘mengakrabkan diri’ lagi dengan Zhou Xiao – tak disangka kata-kata yang dia katakan tanpa pikir panjang bisa mendatangkan begitu banyak masalah bagi Zhou Xiao.
Seperti sekarang, Zhou Xiao menunggu seperti orang bodoh di bawah Gedung Administrasi, menunggu Zhao Fanzhou yang sedang rapat. Dulu memang Zhou Xiao yang selalu menempel kepadanya, setiap Zhao Fanzhou punya waktu senggang dia akan memanfaatkan setiap detik dan menit dengan baik karena Zhao Fanzhou jarang memiliki waktu senggang. Sekarang lebih parah lagi, dia malah semakin sibuk. Tapi dengan alasan ‘mengakrabkan diri’, Zhou Xiao selalu harus menemaninya ke mana-mana. Studi individu, membeli kebutuhan sehari-hari, serta menunggunya Rapat Himpunan Mahasiswa.
Untuk hal yang lain masih masuk akal, tapi kalau menunggunya ikut rapat benar-benar membuatnya tidak tahan. Hal yang lain masih bisa dilakukan bersama-sama, tapi kalau yang ini jelas-jelas dia harus menunggu sendirian di luar sambil melamun. Betapa inginnya dia pulang ke asrama untuk menonton acara TV. Jelas-jelas ketika menerima telepon dari Zhao Fanzhou. dia sudah mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyanggupi ajakannya untuk ikut ke rapat semacam ini. Tapi entah kenapa, begitu menutup telepon dia langsung mengganti pakaian dan bersiap-siap pergi bersamanya.
Zhao Fanzhou keluar setelah menyelesaikan rapat, melihat Zhou Xiao yang sedang menunggunya, sudut bibirnya pun terangkat. Sebenarnya dia juga tidak tega membiarkan gadis itu menunggu. Entah kenapa begitu Zhou Xiao mengatakan ‘tidak akrab’, dia menjadi tidak tenang. Selalu ingin tahu apa yang gadis itu lakukan setiap menit dan detik, selalu ingin bisa melihat gadis itu ketika dia berbalik.
“Sudah selesai, ayo kita pergi makan.”
“Hmm.” Dia terlihat lesu.
“Kamu mau makan apa?”
“Terserah.” Zhao Fanzhou tentu tahu bahwa gadis ini selalu serius pada hal yang berhubungan dengan makanan, tumben hari ini tiba-tiba bilang terserah.
Saat sedang makan, Zhou Xiao makan sesuap demi sesuap demi sesuap dan kadang hanya menusuk nasi putih di hadapannya. Sebenarnya dia sedikit merasa tertekan, dulunya dia sangat suka menempel kepada Zhao Fanzhou. Dulu juga pernah menunggunya rapat dan seringkali rapatnya berlangsung selama berjam-jam. Saat itu, Zhou Xiao akan dengan senang hati melakukannya. Sekarang menunggunya lebih dari setengah jam saja kenapa rasanya sudah ingin marah.
Zhao Fanzhou menundukkan kepala untuk makan, tapi matanya melirik Zhou Xiao dari waktu ke waktu. Melihat gadis itu begitu linglung, dia merasa tidak berdaya. Belakangan ini sepertinya tidak menemukan cara untuk membuat mereka berdua dapat berinteraksi dengan baik. Mungkin lebih tepatnya dibilang tidak bisa menemukan keromantisan dan kebahagiaan seperti dulu. Sebenarnya ada masalah di bagian mananya?
Makan siang itu diselesaikan dalam diam. Zhao Fanzhou mengantarkan Zhou Xiao kembali ke ssrama, di lantai bawah asrama selalu ada banyak pasangan kekasih yang sedang mengucapkan salam perpisahan, ada yang berpelukan, ada yang memberikan ciuman perpisahan. Hal ini seperti sudah menjadi ciri khas dari pasangan – setiap kali berpisah sudah seperti akan terpisahkan oleh hidup dan mati.
“Aku naik dulu.”
Zhao Fanzhou menatapnya dalam-dalam dan mengangguk.
Zhou Xiao melarikan diri dan naik ke lantai atas, sebenarnya dia sudah tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Jelas-jelas sudah memutuskan untuk memaafkannya, ingin menjalani hubungan ini dengan baik. Tapi, rasanya ada rintangan yang tak bisa dilewati dalam hatinya.
Pergi setengah tahun tanpa kabar berita dan tanpa menanyakan kabar, berapa banyak orang yang bisa bertahan? Selain itu, selama setengah tahun yang tidak bisa dia lihat, ada seorang gadis cantik yang sedang menemani pacarnya. Meskipun selama ini Zhao Fanzhou adalah orang yang sangat bisa dipercaya, tapi… neneknya meninggal dan dia pasti sangat sedih. Ketika dia dalam keadaan begitu rapuh, bukankah sangat mudah bagi perasaan lain untuk muncul?
Terlebih lagi, di saat paling berat dalam hidupnya, Zhou Xiao tidak menemaninya untuk melewatinya. Mungkin lebih tepatnya dia tidak diberi kesempatan untuk menemaninya. Mungkin yang paling menyebalkan itu adalah yang satu ini: Zhao Fanzhou memberikan hak yang seharusnya menjadi miliknya sebagai pacar kepada gadis lain.
Zhao Fanzhou masih berdiri di lantai bawah untuk beberapa saat, memandangi tangga. Zhou Xiao bahkan naik ke atas tanpa menengok ke belakang, ini benar-benar tidak seperti dia. Dulu Zhao Fanzhou harus mengingatkannya tiga sampai empat kali sebelum dia akan naik ke atas dengan enggan.
Dulu di lantai bawah asrama, Zhao Fanzhou harus menemaninya memainkan beberapa adegan.
“Naik sana,” kata Zhao Fanzhou.
Zhou Xiao tidak bergerak, wajahnya terlihat tidak rela.
“Kenapa? Masih ada keperluan lain?” Zhao Fanzhou yang pada saat itu juga hanyalah seorang yang bodoh.
“Tidak ada.” Zhou Xiao masih berdiri di sana dengan wajah tidak rela. Zhao Fanzhou juga tidak tahu apa yang sedang terjadi, jadi kedua orang itu hanya berdiri diam di sana selama lima menit. Akhirnya Zhou Xiao tidak tahan lagi, “Apa tidak bisa peluk sebentar—”
Pertama kalinya Zhao Fanzhou mendengar Zhou Xiao berbicara dengan nada manja seperti itu. Zhao Fanzhou ingat bahwa waktu itu dia tertegun sejenak sebelum akhirnya memeluknya dengan lembut.
Saat itu sepertinya mereka baru mulai pacaran, Zhao Fanzhou tersenyum pahit ketika mengingat ini. Dia masih ingat saat dia pulang kembali ke asramanya waktu itu, dia masih terdiam untuk waktu yang lama, seakan dia masih bisa merasakan hangat tubuh Zhou Xiao.