The Sweet Love Story - Chapter 43
Gelombang angin dingin
Ketika gelombang angin yang kuat mulai melanda, beberapa karyawan yang dilemparkan ke lokasi pelatihan militer di pulau itu satu per satu mulai terjangkit flu. Menimbulkan pemandangan yang spektakuler ketika mereka harus berbaris. Terdengar suara batuk yang berulang-ulang. Awalnya bila ada satu orang yang bergerak maka pelatih yang kejam itu akan langsung memberikan teguran, namun dia sekarang juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tentu saja dia tidak mungkin bisa melarang orang untuk batuk. Dia hanya bisa memasang wajah masam, melipat tangannya dan berjalan dari satu barisan ke barisan lainnya, tak lupa mengatakan, “Lihat kalian ini, jelas terlihat kalian tidak terbiasa olahraga dengan teratur!”
Zhou Xiao cukup beruntung, tidak ikut terjangkit flu. tapi orang yang satu kamar dengannya sudah terjangkit, kemarin malam demam tinggi, saking tingginya sampai mulai berbicara tidak jelas, “Aku tidak mau mati….. aku masih ingin menikah….. aku masih ingin pulang dan bertemu dengan calon suamiku….. Aku masih ingin makan nasi campur.”
Zhou Xiao pergi mencari pelatih, pelatih itu pun pergi mencari Dokter Militer. Dokter Militer meresepkan beberapa macam obat kemudian pergi, tapi Zhang Jie yang sudah minum obat masih terus meracau tidak jelas, “Suamiku, suamiku…..” lalu menarik tangan Zhou Xiao dan terisak. Orang yang sakit itu biasanya lebih rentan, setiap orang yang sakit pasti ingin bertemu dengan orang yang paling dia kasihi. Hal ini sungguh membuat Zhou Xiao merasa bingung, dimana dia harus mencari suaminya?
Zhou Xiao mengganti handuk dan mengompresnya setiap lima menit, terus-menerus menghiburnya, “Jangan khawatir, panasmu akan segera turun.” Sampai tengah malam barulah panas tubuh Zhang Jie benar-benar turun, Zhou Xiao yang sangat kelelahan pun segera masuk ke alam mimpi.
Ketika terbangun keesokan harinya, dia mendengar kabar kalau perusahaan memutuskan untuk mengakhiri pelatihan militer itu, membiarkan para karyawan untuk pulang dan beristirahat. Tiga hari waktu pelatihan yang seharusnya masih ada akan dijadikan hari libur. Zhou Xiao dan Zhang Jie yang sedang sakit mengetahui perusahaan bukan sedang bersimpati pada karyawannya, hanya takut semua karyawan jatuh sakit dan tidak ada yang bersedia untuk bekerja rodi untuk mereka! Sungguh kapitalis yang harus dihujam dengan ribuan pisau
Setelah melewati beberapa jam perjalanan yang membuat mual, ketika Zhou Xiao sampai di bawah apartemennya waktu sudah cukup malam. Untung saja ada gelombang angin dingin yang menyelesaikan masalah, kalau tidak dia sekarang pasti masih berada di pulau yang bagaikan jurang penderitaan itu.
Ketika dia membuka pintu rumah, dia terkejut. Ini masih rumahnya? Tumpukan pakaian, buku, dan makanan ringan yang luar biasa…. kakinya tergantung di udara, tidak bisa menemukan tempat kosong untuk berpijak. “Yuan Ruanruan! Keluar!!!”
Ketika Zhou Xiao berteriak dengan keras, Yuan Ruanruan terburu-buru keluar dari kamar dan tersenyum bodoh pada Zhou Xiao, “Hehe, bukankah kamu baru akan pulang tiga hari lagi?”
Zhou Xiao menatapnya dengan galak dan ganas, menunjuk pada kakinya dan berkata, “Segera berikan tempat untukku berpijak atau aku akan berjalan ke kamarku dengan menginjak tubuhmu.”
“Segera, segera.” Yuan Ruanruan berkata sambil mulai membereskan barang, dengan cepat tangannya sudah penuh dengan barang-barangnya dan berlari kembali ke dalam kamarnya. Ketika dia berlari, beberapa barang terjatuh dari tangannya.
Zhou Xiao menggelengkan kepala dengan tak berdaya, kembali ke kamarnya melalui jalan yang telah dibersihkan tadi. Sebelum menutup pintu, dia menambahkan beberapa kata, “Nanti ketika aku membuka pintu kamarku, sebaiknya kamu telah selesai membereskannya atau kepalamu menjadi taruhannya!”
Ah, tempat tidur kesayangannya…. dia sudah pulang. Dia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, tengkurap di atas ranjang. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Zhou Xiao menerima panggilan telepon itu, ternyata dari Zhang Jie, “Halo, Zhou Xiao, calon suamiku memintaku untuk meneleponmu dan mengucapkan terima kasih padamu karena telah merawatku kemarin malam.”
“Tidak usah sungkan. Apa kondisimu sudah lebih baik?”
“Lumayan. Oh iya, hampir saja lupa. Bapak Manajer baru saja meneleponku untuk memberitahu kalian, pelatihan kali ini kita harus menuliskan tentang apa saja yang sudah dipelajari dan harus dikumpulkan ketika masuk kerja. Kudengar akan dijadikan kompetisi, tiga orang yang terbaik akan mendapatkan bonus. Bukankah kamu lulusan sastra China? Selamat berjuang ya.”
“Ah? Menuliskan artikel tentang apa saja yang sudah dipelajari? Memangnya perusahaan menganggap kita masih siswa sekolah dasar, harus menuliskan makalah setelah perjalanan wisata musim semi. Sungguh abnormal, aku ingin mengundurkan diri.” Zhou Xiao sudah hampir gila, setelah lulus otaknya sudah hampir karatan, bagaimana dia bisa menulis artikel?
“Hehe, pengalaman yang aku dapatkan adalah suatu hari rasanya aku sangat ingin membakar perusahaan itu.” Terdengar suara lelaki dari seberang sana yang tidak terlalu jelas sedang mengatakan apa, kan mendengar Zhang Jie berkata, “Oh, sudah datang…. Zhou Xiao, aku tutup dulu teleponnya. Suamiku sudah selesai memasak sup ayam untukku, aku pergi makan sup dulu, bye.”
“Oh, bye.” Zhou Xiao meletakkan ponselnya, ah! Sup ayam? Dia juga ingin makan itu.
Dia kembali ke posisi semula dan melamun di atas ranjang, berbaring dan berbaring sampai dia merasa sedikit kedinginan, berdiri dari ranjang untuk mencari pakaian.
Dia membuka lemari dan membalik-balikkan pakaian, tidak ada satupun pakaian yang ingin dia pakai. Menyebalkan, tidak aneh orang selalu berkata di dalam lemari perempuan selalu kekurangan satu potong pakaian. Mencari dan mencari, tiba-tiba dia menemukan sebuah kotak besar yang tersegel dengan pita perekat. Dia sendiri bahkan sudah lupa barang apa yang ada di dalamnya, dari luar terlihat sangat lembut. Mungkin saja isinya pakaian, tapi pakaian apa yang begini besar?
Dia berusaha keras berdiri menarik kotak itu dari dalam lemarinya, saking berusaha kerasnya dia sampai hampir terjatuh. Dia meletakkan kotak itu di atas ranjang, ingin merobek pita perekatnya namun mungkin karena usia, pita perekat dan kotak itu telah merekat menjadi satu dan tidak dapat dirobek. Dia pergi mencari gunting, ketika tangannya memegang gunting dan akan membuka kotak itu, ponselnya berbunyi. Dia menggunakan satu tangannya dengan perlahan membuka kotak dan satu tangannya lagi mengangkat telepon, “Halo.”
“Halo.” Ternyata Cai Yasi, setelah meninggalkan tempat berhantu yang tidak ada sinyal itu, dia sudah sempat mengirimkan pesan teks kepadanya.
Kedua orang itu semenjak mulai berpacaran menjadi tidak punya banyak topik pembicaraan. Dulu Cai Yasi selalu memanggilnya dengan sebutan wanita sialan, setiap mengangkat telepon darinya pasti memanggilnya dengan wanita sialan, bagaimana keadaanmu, sudah beberapa hari tidak melihatmu, kukira kamu sudah mati…. Zhou Xiao setengahnya akan membalasnya dengan, lelaki sialan, kamu saja belum mati kenapa aku harus mati duluan? Kamu mati dan aku tidak akan mati, dan sebagainya. Setidaknya dari dulu cara bicara mereka berdua selalu seperti itu. Sekarang setelah mereka berpacaran, sepertinya cara bicara seperti itu tidak terlalu pantas, oleh karena itu…. oleh karena itu terjadilah situasi seperti ini…. canggung.
Keheningan selama beberapa saat, tangan Zhou Xiao yang memegang ponsel mulai terasa dingin, barulah dia mendengar Cai Yasi berbicara, “Kamu sedang apa?”
“Tidak ada, ini sedang gelombang angin dingin. Aku sedang mencari pakaian untuk dipakai, ingatlah untuk memakai pakaian yang lebih tebal.”
“Baik.”
Tidak ada topik pembicaraan lagi.…
Hidung Zhou Xiao tiba-tiba terasa gatal, tidak bisa menahan diri untuk bersin.
Cai Yasi bertanya, “Kamu mulai flu?”
“Kurasa tidak, pasti ada orang yang sedang merindukanku. Hehe.”
“Aku memang merindukanmu.” Cai Yasi sedang mencoba berkata-kata manis? Kenapa dia merasa seakan tubuhnya merinding dengan hebat? Pasti karena cuaca terlalu dingin.
Em… tidak menjawab rasanya sedikit tidak sopan. Jadi, Zhou Xiao mengatakan hal yang lebih tidak sopan sampai menimbulkan kebencian, “Terima kasih.”
Lalu Cai Yasi juga menjawabnya dengan sama sopannya, “Sama-sama.”
Akhirnya ketika kedua orang itu sudah tidak tahan lagi, barulah mereka memutuskan sambungan telepon. Untung saja telepon itu terputus pada waktu yang tepat, kalau tidak perut Zhou Xiao pasti akan keburu kram. Dia meletakkan ponselnya dan mulai membuka kotak itu. Mantel! Dua buah mantel! Dua buah mantel berwarna hitam! Yang satu untuk lelaki dan satunya lagi untuk wanita, dua buah mantel berwarna hitam (tentu saja metode naratif ini sangat membuat orang jengkel)! Itu hadiah Valentine dari Zhao Fanzhou dan hadiah yang dia persiapkan untuk diberikan untuk Zhao Fanzhou pada waktu itu. Zhou Xiao tertegun, merasa mantel ini tidak berdosa. Apalagi cuaca sedang begitu dingin. Mantel yang sudah berusia tiga tahun ini, setelah dilihat-lihat modelnya masih cukup bagus. Terlebih lagi dia sedang membutuhkan pakaian untuk dipakai, oleh karena itu…. bagaimana kalau…. dipakai saja?
Pakai saja! Kenapa tidak dipakai? Zhou Xiao memakainya dan berputar-putar di depan cermin. Tiga tahun lalu, baju dingin ini terlalu besar satu ukuran, sekarang rasanya cukup pas. Beberapa tahun belakangan ini memang berat badannya semakin bertambah.
Lalu bagaimana dengan yang satunya lagi? Memberikannya kepada Cai Yasi? Tidak, hal itu kelihatannya tidak terlalu baik. Tidak usah dipedulikan, biarkan saja dulu. Zhou Xiao menatap pantulan dirinya di kaca cermin, semakin melihatnya dia semakin merasa puas. Dia membuka pintu kamar dan ingin menunjukkannya pada Yuan Ruanruan, akhirnya pada saat dia berlari keluar malah kakinya menyandung sebuah kantong sampah, hampir saja dia terjatuh.
“Yuan Ruanruan! Kamu mengumpulkan sampah kenapa tidak sekalian membuangnya?” Dia benar-benar mengumpulkan empat kantong sampah yang ukurannya sangat besar, diletakkan begitu saja di antara jalan setapak kedua kamar mereka.
“Aku sedang memakai masker wajah, nanti aku akan turun untuk membuangnya.” Yuan Ruanruan berjalan keluar dari kamarnya. Zhou Xiao berbalik dan ingin memarahinya, Ya Tuhan, bagaimana mungkin bisa ada shrek di sini? Wajahnya penuh dengan benda yang berwarna hijau, dari jauh bahkan tercium baunya yang tidak enak.
“Barang apa yang ada di wajahmu itu?”
“Lumpur hijau dari laut dalam.”
“Sangat menjijikkan, bau lagi. Setelah selesai maskeran jangan lupa untuk membuang sampah. Aku mau tidur, lelah sekali.” Sudahlah, sekarang dia bahkan sudah tidak ingin pamer bajunya lagi.
“Baiklah.”
Ketika Zhou Xiao terbangun, hari sudah siang. Perutnya sudah berbunyi dengan nyaring. Setelah dia menggosok gigi dan mencuci wajahnya, dia bersiap untuk menelepon pesan antar. tapi entah kenapa dia sama sekali tidak dapat menemukan selebaran pesan antar itu, dia juga terlalu malas untuk keluar rumah. Untungnya dia berhasil menemukan sebungkus mie instan dari dalam lemari. Ketika dia berjalan keluar dari kamar, Yuan Ruanruan si goblin kecil itu sudah berangkat kerja, poin pentingnya adalah dia masih belum membuang sampahnya.
Dia duduk di depan layar komputer untuk menonton variety show dengan semangkuk mie, ketika sedang menonton tiba-tiba dia teringat dia harus menuliskan pengalamannya ketika pelatihan militer. Jadi dia membuka aplikasi word dan menulis makalah sambil menonton acara. Ini hal yang dia pelajari saat sedang menulis tugas akhir, dalam Fakultas Sastra Cina tidak banyak tugas selain membuat makalah. Sehingga, mahasiswa sastra China telah mengembangkan keterampilan untuk menulis tugas akhir sambil bermain komputer.
Waktu terus berjalan, tiktok tiktok tiktok tiktok tiktok tiktok tiktok tiktok tiktok (Sudah cukup tiktok-nya.)
Setelah selesai menuliskan makalah itu, variety show itu juga selesai ditonton. Malam hari pun tiba, perut Zhou Xiao sudah tidak dapat berkompromi. Dia sedikit ragu apakah harus makan mie instan lagi atau pergi makan keluar sebentar, akhirnya dia memutuskan untuk pergi makan keluar. Apalagi dibawah apartemennya ada sebuah restoran cepat saji, pergi ke bawah dan membungkus makanan juga tidak perlu waktu yang lama. Jadi, dia mengambil uang dari dompetnya dan keluar dari kamar.
Begitu keluar kamar, dia melihat empat kantong sampah yang besar itu. Awalnya dia berniat untuk tidak mempedulikannya dan berjalan melewatinya, tapi dia tidak sanggup. Akhirnya dia mendesah, berubah menjadi dewi baik hati dan membawa barang itu ke bawah.
Zhou Xiao sedikit membungkuk untuk membuang sampah, suara perutnya terdengar nyaring ketika dia berbungkuk. Walaupun di sampingnya tidak ada siapapun, tetap saja dia merasa malu. Ketika dia membuang sampah itu, sepertinya terlalu menggunakan tenaga. Membuat dua kantong sampah itu terbuka, jadi dia masih harus membungkuk untuk mengikat kantong sampah itu.
“Zhou Xiao.”
Suara yang tidak asing, apa dia terlalu lapar sampai berhalusinasi? Tangannya tidak berhenti dan masih terus mengikat. “Zhou Xiao.” Memang orang itu tidak boleh terlalu lapar, terlalu lapar bahkan telinga pun dapat mengkhianatimu.
Zhou Xiao berpura-pura tidak mendengar, dengan penuh perhatian dia mengikat kantong sampah. Setelah selesai mengikatnya, dia menepuk kedua tangannya, meluruskan punggungnya, lalu…. berbalik…. deng deng deng….. (di drama TV selalu seperti ini, ketika seorang tokoh terkejut sampai batas tertentu, lagu Symphony of Destiny dari Beethoven pasti akan diputar).
Zhao Fanzhou tersenyum dan berdiri di hadapannya, berkata dengan lembut, “Lama tak berjumpa.”
Lama tak berjumpa…. lama tak berjumpa… tidak jumpa… (Ya, terdengar gema di dalam kepada Zhou Xiao sendiri).