The Sweet Love Story - Chapter 45
Zhou Xiao duduk di ruang tamu menonton TV, tangannya memegang remote TV dan menekannya tanpa henti, berpindah dari siaran satu ke siaran lainnya. Tak berhenti mengubah posisi duduknya dan beberapa kali tidak bisa menahan keinginannya untuk mengintip ke arah dapur di sela-sela perubahan posisi duduknya.
Zhao Fanzhou sedang mencuci mangkuk di dapur, dia terlihat agak sedikit ceroboh. Setiap kali dia mengangkat sebuah mangkuk, Zhou Xiao harus berdoa untuk mangkuk itu. Ah, seandainya kamu memang tidak bisa mencucinya, untuk apa harus pamer? Kalau pecah, mangkuk Zhou Xiao yang jadi taruhannya. Apalagi tadi baru saja Zhou Xiao baru saja mengatakan hal-hal yang kejam untuknya, sulit untuk menjamin dia tidak akan melakukan aksi balas dendam.
Terdengar suara ketukan di pintu, Zhou Xiao menjawab dan pergi membuka pintu, Yuan Ruanruan si bocah ini pasti lagi-lagi lupa membawa kunci. Begitu pintu terbuka, seakan ada bayangan yang terbang ke arahnya, bersamaan deru angin berhembus ke arahnya, ada sebuah bau alkohol yang sangat kuat.
“Ada apa?” Zhou Xiao berusaha menahan tubuh Yuan Ruanruan, sedikit panik.
Zhao Fanzhou yang mendengar suara dari dapur, bergegas keluar. Tangannya masih basah, air masih menetes dari sana. “Ada apa? Itu siapa?”
Zhou Xiao menggunakan bahunya untuk menahan tubuh Yuan Ruanruan yang lemas, berbalik dan berkata, “Teman sekamarku, sepertinya dia mabuk, tolong bantu aku memapahnya.” Zhao Fanzhou dengan enggan berjalan ke sana, dia bahkan tidak mengeringkan tangannya. Dia langsung mengangkat Yuan Ruanruan dan berkata, “Mau ditaruh dimana?”
Apanya yang ditaruh dimana? Ruanruan itu bukan barang! Em… kata-kata ini juga kurang tepat.
“Ikut aku, kita ke kamarnya.”
Zhao Fanzhou dengan cuek mengangkat Yuan Ruanruan, membiarkan kepalanya dan tangannya menggantung yang bergoyang-goyang ketika dia berjalan maju. Tiba-tiba tubuh Yuan Ruanruan sedikit mengejang, Zhao Fanzhou yang belum sempat melepaskan tubuhnya, tubuhnya terkena muntahan Yuan Ruanruan.
Zhou Xiao yang berjalan terlebih dahulu, menoleh ke belakang, menyaksikan tepat pada saat tragedi itu terjadi. Aha! Ada orang yang kembali memasang muka masam.
Zhou Xiao sangat ingin tertawa, tetapi dia menahannya,’Yuan Ruanruan, kamu memang adikku yang terbaik. Hari ini kamu telah membantuku membalaskan seluruh dendamku. Dapat membuat wajah Zhao Fanzhou menjadi sejelek itu, memang hanyalah dirimu seorang, kerja yang sangat bagus!’
Zhao Fanzhou meliriknya, tahu bahwa dia pasti sangat senang! Wajahnya yang menahan tawa terlihat sangat merah.
Dia mengangkat Yuan Ruanruan sampai ke dalam kamarnya, kembali ke ruang tamu untuk membersihkan pakaiannya yang terkena muntahan dengan tisu. Zhou Xiao yang baru keluar dari kamar setelah selesai mengurus Yuan Ruanruan dapat melihat betapa tidak senangnya wajah itu. Lagi-lagi dia sangat ingin tertawa, “Apakah aku perlu mengambilkan handuk untukmu?”
“Tidak usah, sudah malam, sebaiknya aku pulang.”
“Hmm, baik. Bagaimana kalau aku mengantarmu sampai bawah?” kata-kata terakhir darinya sangat ringan, Semoga Zhao Fanzhou dapat mengerti bahwa yang dia katakan itu hanyalah basa-basi untuk bersikap sopan.
“Ayo jalan.” Zhao Fanzhou membuka pintu dan menyadari bahwa dia tidak mengikutinya. “Bukankah kamu bilang akan mengantarkanku sampai bawah?”
“Oh.” Zhou Xiao dengan enggan ikut berjalan keluar pintu.
“Kenapa kamu selalu mencari seorang pemabuk untuk menjadi teman sekamarmu?” Tangganya agak sedikit gelap, Zhao Fanzhou yang berjalan di depan tidak bisa menahan diri untuk berbalik dan memperhatikan Zhou Xiao. Tangga yang begini gelap, selama bocah ini tinggal disini entah dia sudah berapa kali dia terjatuh. Lain kali dia harus memikirkan cara untuk diam-diam mengganti lampunya.
“Hmm?” Zhou Xiao tertegun dengan kata-kata Zhao Fanzhou, setelah sesaat baru dia sadar bahwa orang yang dia maksud adalah Tao Ling. Dia menjawab dengan santai, “Kamu masih ingat ya?”
“Ingat seluruh detailnya dengan jelas.” Dalam kegelapan, dalam kata-katanya terdengar seperti ada pengertian yang lain, membuat Zhou Xiao secara tidak sadar mengingat kejadian malam itu. Kemudian dia pun mengingat pada malam itu Zhao Fanzhou menciumnya di depan Tao Ling, tidak perlu waktu lama untuk membuat wajahnya memerah.
Setelah sampai di bawah, di tempat yang tersinar oleh lampu jalanan, Zhao Fanzhou berbalik untuk berpamitan dengannya. Baru menyadari bahwa wajahnya sangat merah, dia menatapnya dengan ragu-ragu, “Kenapa wajahmu begitu merah?” Apakah daritadi dia menahan tawanya sampai sekarang? Apakah memang begitu lucu?
“Tidak, tidak.” Kepala Zhou Xiao menggeleng seperti boneka mainan, tentu saja dia tidak bisa mengatakan bahwa dia mengingat dulu pernah berciuman dengannya hingga wajahnya memerah.
“Benar-benar sangat merah…” Zhao Fanzhou mendekatkan diri untuk menatapnya, sepertinya wajah itu memerah dengan sedikit tidak normal.
“Tidak, tidak.” Zhou Xiao masih terus menggelengkan kepala, kenapa rasanya sedikit pusing ya? Apakah dia terlalu kuat ketika menggelengkan kepalanya?
“Coba aku lihat.” Zhao Fanzhou tiba-tiba mengulurkan tangannya, Zhou Xiao ingin menghindar, tiba-tiba langkah kakinya sedikit berat. Dia agak terhuyung dan harus memegang Zhao Fanzhou agar dapat berdiri dengan stabil.
Tangan Zhao Fanzhou segera melingkari pinggangnya, satu tangannya menyentuh dahi Zhou Xiao, lalu menyentuh dahinya sendiri. Wajahnya sangat mengesankan.
Zhou Xiao terpana dengan tangannya yang berada di pinggangnya, kenapa rasanya orang ini agak sedikit tidak sopan ya? Dia mendongak dan akan memprotes, baru menyadari bahwa jarak antara wajah mereka sudah begitu dekat. Seperti ada salah satu urat saraf di otaknya yang putus, dia hanya tertegun dan tidak bergerak. Seluruh panas tubuhnya mulai naik ke wajahnya,merasa bahwa dirinya sudah berubah menjadi sebuah tomat kukus (sepertinya tidak ada orang yang berniat untuk mengukus tomat).
Rasanya seperti akan mati! Ternyata wajahnya masih bisa merona merah dan jantungnya masih bisa berdebar keras untuk Zhao Fanzhou?
Zhao Fanzhou menatap wajahnya yang semakin memerah, seakan dilukis dengan cat air yang selapis demi selapis dan semakin memerah. Dia menariknya ke jalan raya, setelah berjalan beberapa langkah Zhao Fanzhou baru menyadari bahwa pakaian yang dipakai oleh Zhou Xiao sangat tipis (hal pertama yang Zhou Xiao lakukan ketika kembali ke rumah adalah melepaskan baju dingin pemberian Zhao Fanzhou). Zhao Fanzhou mengeryitkan alisnya, melepaskan mantel yang dia pakai dan memakaikannya pada Zhou Xiao. Zhou Xiao ingin menangis tanpa air mata, mantel itu baru saja terkena muntahan Yuan Ruanruan! Ternyata keinginan untuk balas dendam pun ada konsekuensinya.
Ketika dia sedang memikirkan tentang baju dingin itu, dia baru sadar bahwa dia telah didorong ke dalam sebuah taksi, “Ini tidak benar, kamu mau bawa aku kemana?”
“Rumah sakit, kamu demam.”
“Kamu yang demam.” katanya sambil memegang dahinya sendiri. Eh? Ternyata memang panas, rasanya sudah bisa dipakai untuk menggoreng telur. Ternyata dia sedang demam, untunglah dia bukan berwajah merah dan jantung berdebar karena Zhao Fanzhou, syukurlah, syukurlah, hehe…
Zhao Fanzhou menatapnya yang sedang terkekeh dengan konyol, alisnya berkerut. Apakah dia tubuhnya terlalu panas sampai menjadi bodoh?
Zhao Fanzhou pergi ke pendaftaran, Zhou Xiao duduk di bangku rumah sakit dan dengan serius memikirkan keadaan ini dengan pikirannya yang sedang kacau. Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Cai Yasi, bagaimanapun dia adalah pacarnya yang sebenarnya
Zhou Xiao hanya terdiam ketika dia diharuskan untuk berbaring di tempat tidur pasien dan memakai infus. Dokter berkata bahwa panas tubuhnya sudah mencapai 39 derajat, kenapa dia tidak merasakan apapun? Selain itu, ketika semua orang demam di pulau itu, dia sama sekali tidak demam. Setelah dua hari dia baru mulai demam, bukankah ini sangat tidak mengikuti tren? Namun, virus flu ini memang sangat ganas, sudah dua hari pun belum dapat dikalahkan oleh tubuhnya. Hmm…. wajah tamu kehormatan yang sedang duduk di sampingnya ini juga sudah cukup masam kan? Untung saja dia sekarang bukan pacarnya, jadi tidak terlalu mempertimbangkan ekspresinya dalam bertindak, biarkan saja wajah masam itu menjadi semakin masam!
Zhao Fanzhou melihat matanya yang berputar kesana dan kemari, membuatnya merasa kesal. Bocah ini sudah sakit sampai seperti ini juga apa masih tidak bisa beristirahat dengan baik? Baru saja dia ingin mengatakan sesuatu, terdengar suara pintu dibuka dan Cai Yasi masuk ke dalam.
“Bagaimana keadaanmu?”Begitu dia masuk, dia terlihat sangat cemas.
“Tidak apa-apa, kamu jangan memasang ekspresi seakan aku harus masuk ke ruangan operasi begitu.” kata Zhou Xiao dengan wajahnya yang merah. Begitu dia sakit, rasanya hubungannya dengan pacar barunya ini menjadi tidak begitu canggung lagi.
Cai Yasi mengabaikan Zhou Xiao yang begitu cerewet, memandang ke arah Zhao Fanzhou, “Dia tidak apa-apa kan?”
“39.3 derajat.” kata Zhao Fanzhou.
“Hei, hei, hei, bisakah menghilangkan koma di belakangnya?” Zhou Xiao kembali membuat keributan, dia juga tidak tahu kenapa saat ini dia benar-benar ingin berbicara, jelas-jelas dia tidak mabuk.
“Diam, kemarin saat aku meneleponmu kamu terus-terusan bersin. Saat kutanya apakah kamu flu, kamu malah menjawabku dengan omong kosong. Apakah kamu tidak bisa membuatku sedikit merasa tenang?” Cai Yasi berbicara kepada Zhou Xiao seakan sedang menembakkan senapan mesin. Zhou Xiao yang dimarahi olehnya hanya tertegun, dari dulu kenapa tidak menyadari bahwa temperamen semacam ini tidak terlalu baik? Jangan-jangan dia keluar dari kapal pencuri dan malah masuk ke gua serigala?
“Berbaringlah, cepat tidur.” kata Cai Yasi.
Zhou Xiao berbaring dengan patuh, menarik selimut sampai ke wajahnya, kedua matanya masih mencuri pandang ke arah kedua orang itu.
“Terima kasih telah menjaganya.” kata Cai Yasi kepada Zhao Fanzhou, “Sisanya serahkan saja kepadaku, kamu pulang duluan saja.”
Zhao Fanzhou juga tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk, lalu berbalik dan berkata pada Zhou Xiao, “Kalau begitu, aku pulang dulu. Besok aku akan meneleponmu.” Zhou Xiao belum sempat mengatakan apa-apa, dia sudah membuka pintu dan beranjak pergi. Apakah dia begitu terburu-buru? Zhao Fanzhou yang keluar dari rumah sakit, tidak mencari taksi, dia berjalan dengan perlahan-lahan untuk pulang ke rumah.
Di Kota yang begini besar, tidak peduli sampai jam berapapun pasti akan sangat banyak mobil. Setelah beberapa tahun terakhir ini dilarang ada bunyi klakson, keadaan di jalan pun tidak terlalu berisik. Zhao Fanzhou berjalan di atas trotoar, beberapa mobil berkecepatan tinggi satu per satu berlalu di sampingnya, lampu dari mobil di jalan menerangi jalanan di depannya, tetapi setelah beberapa detik jalanan itu kembali gelap. Hatinya terasa kosong, sebenarnya itu adalah hak istimewanya - berbicara dengan nada seperti itu, merasa marah dan sedih, membuat wajah gadis terlihat merasa bersalah, dulunya itu adalah hak istimewanya, tetapi sekarang sudah menjadi milik orang lain.
Ada sebuah mobil yang melaju dari belakangnya, laju kendaraannya sangat lambat, membuat bayangannya tertarik panjang, kemudian bayangan itu menjadi semakin pendek seiring dengan mobil itu yang semakin mendekat…. dan akhirnya menghilang.
Cai Yasi bisa melihat wajah Zhou Xiao ketika dia tertidur; bisa melihatnya ketika dia menolak untuk minum obat; bisa melihat dia yang pasti akan menjadi sombong dan suka memberikan perintah ketika sedang sakit….. dapat melihat Zhou Xiao yang dulunya pernah menjadi miliknya.