The Sweet Love Story - Chapter 46
Zhou Xiao dengan tak berdaya memperhatikan cairan di dalam botol infus yang terus menetes, kemudian melirik pada bocah di sebelahnya yang terlihat tidak senang. Ah, kenapa setiap orang begitu senang memperlihatkan wajah masam kepadanya? Bukankah dia yang sedang sakit di sini? Bukankah orang yang sedang sakit itu harusnya mendapatkan perhatian bak kehangatan di musim semi?
“Kamu tidurlah sebentar, begitu cairan infus ini habis, aku akan mangantarkanmu pulang.” Cai Yasi tidak bisa menahan dirinya untuk berbicara.
“Oh,” Zhou Xiao menjawabnya dengan lemah, tidak sabar menunggu cairan infus itu habis sehingga dia bisa segera pulang. Yuan Ruanruan sedang mabuk dan dia sendirian di rumah, selain itu tadi dia awalnya hanya berencana mengantar Zhao Fanzhou ke lantai bawah, jadi hanya menutup pintu dan tidak menguncinya.
“Yasi, aku tadi keluar rumah dan belum mengunci pintunya,” Dia sudah membuka selimut dan ingin turun dari ranjang, Cai Yasi segera memegang tangannya, “Berbaring kembali, di tanganmu sedang ada jarum infus.”
Zhou Xiao ditarik dengan kasar oleh Cai Yasi, rasanya sedikit sakit. Ketika dia menunduk, dia melihat tangannya sedikit berdarah. Cai Yasi yang melihat tangannya juga terkejut, buru-buru menarik kembali tangannya dari tangan Zhou Xiao, “Tidak apa-apa kan?”
“Tidak apa-apa.”
“Maafkan aku, aku tidak sengaja.” Dia kelihatan sedih, bahkan pacarnya sendiri pun dia tidak bisa menjaganya dengan baik.
“Tidak masalah, kamu tidak usah memperlihatkan ekspresi semacam itu. Aku tahu kamu tidak sengaja, kalau saja kamu sengaja aku pasti akan membunuhmu.” Zhou Xiao tidak sampai hati melihatnya menyalahkan dirinya sendiri. Sejak mereka berdua berpcaran, mereka selalu sangat berhati-hati dalam memperlakukan satu sama lainnya. Membuat perasaan kedua orang itu seakan menemui jalan buntu.
“Kalau begitu, berbaringlah dengan tenang. Di rumahmu memang ada barang berharga apa sampai takut dirampok orang?” Cai Yasi melihatnya baik-baik saja baru berbicara dengan nada kesal.
“Apa maksudmu? Rumahmu yang tidak ada barang berharga.”
“Memangnya bukan? Hal paling berharga di dalam rumahmu paling cuma komputer, TV pun punya pemilik rumah.”
“Malas berbicara denganmu, Yuan Ruanruan sedang mabuk, dia di rumah sendirian.”
“Aku tahu, aku akan pergi melihat keadaannya. Lalu membantumu mengunci pintu.” Cai Yasi mengira itu sangat perhatian dan dia pun….. pergi.
Zhou Xiao tertegun, pacar macam apa ini? Apa tidak terlalu bodoh? Meninggalkan dia seorang diri di rumah sakit dan pergi? Reaksi yang normal bukankah dia seharusnya menelepon temannya untuk pergi membantunya memeriksa saja sudah cukup? Ah…. kenapa dia selalu bertemu dengan orang-orang aneh seperti ini! Lima belas menit berlalu, Cai Yasi memasuki ruang rawat inap dengan terburu-buru. Zhou Xiao duduk di tempat tidur dan membalikkan majalah dengan satu tangan, bahkan kelopak matanya terlalu malas diangkat untuk menatapnya.
“Itu…. di tengah perjalanan, aku merasa kalau meninggalkanmu sendirian disini sepertinya kurang baik.” Dia menjelaskan dengan sedikit tergesa-gesa.
“Lumayan, bukan sangat tidak baik kok.” katanya perlahan, meniru gaya Ibu Suri, matanya tidak meninggalkan majalah itu.
“Bukan, aku….. aku tidak sengaja, aku hanya….” Ketika dia gugup, cara bicaranya akan sedikit tergagap.
“Hanya apa? Hmm?” Dia meliriknya dengan malas.
Cai Yasi baru menyadari dia telah dipermainkan, rasanya ingin melompat berdiri untuk memukuli gadis itu. Tapi teringat dia sekarang pacarnya, juga orang yang sedang sakit, tidak mampu melakukannya. Jadi, dia seperti anak anjing yang sudah dipegang ekornya, hanya dapat bergumam dari samping ranjang.
Zhou Xiao tertawa dengan senang, anak ini ternyata sangat menarik untuk digoda, bagaimana mungkin dulu dia selalu dibuat marah besar oleh lelaki ini?
Ketika Cai Yasi menoleh untuk melihat Zhou Xiao di kursi penumpang, dia melihat Zhou Xiao telah tertidur. Dia perlahan menepi untuk menghentikan laju mobilnya, melepas jaketnya dan menyelimuti Zhou Xiao, menatapnya dalam keheningan selama beberapa saat. Karena demam, wajahnya merona merah, bulu matanya yang menggantung karena matanya terpejam, beberapa helai rambutnya yang kusut berada di samping mulutnya. Cai Yasi membantunya merapikan rambut itu, kemudian menyalakan rokok dan menghirupnya dalam diam. Hubungannya dengan Zhou Xiao bahkan belum stabil, tapi mantan pacarnya malah kembali, rute kehidupan mereka apa tidak terlalu berkelok-kelok? Cai Yasi tahu seberapa cintanya Zhou Xiao terhadap Zhao Fanzhou, meskipun Zhou Xiao terus berkata dia bisa melepaskannya, tapi dalam hatinya dia belum benar-benar melepaskan.
Zhou Xiao terbangun karena asap rokok, dia mengucek matanya. Dalam kegelapan kegiatan merokok Cai Yasi ini membuat lingkaran api kecil yang muncul sesekali. Seperti sedang latihan Jurus Sunflower Collection sampai tidak sengaja menimbulkan api. Zhou Xiao ingin berbicara, tapi begitu membuka mulutnya, asap rokok seketika memenuhi tenggorokannya sehingga dia terbatuk.
Cai Yasi yang dikejutkan oleh suara batukan, teringat dia tidak membuka kaca jendela mobil. Dengan cepat dia membuka kaca jendela mobil. “Kamu ingin aku mati karena keracunan asap?” kata Zhou Xiao setelah dia dapat bernapas dengan lega.
“Maafkan aku.” kata Cai Yasi, terdengar nada kegelisahan dalam suaranya. Zhou Xiao dapat merasakan kegelisahannya, mungkinkah karena Zhao Fanzhou?
“Itu, aku dan Zhao Fanzhou hanya berteman, jangan berpikir macam-macam.” dia menjelaskannya dengan beberapa kata.
“Aku tahu.” Wajahnya masih terlihat frustasi.
Zhou Xiao tidak tahu harus berkata apalagi, Angin yang berhembus dari luar membuat asap rokok semakin tertiup ke arahnya. Dia menekan kaca jendela di sampingnya, dia masih ingin menghirup udara yang segar.
“Jangan dibuka, kamu sedang flu, tidak boleh terkena angin.” Cai Yasi menghalanginya.
Seakan ada garis hitam di atas kepala Zhou Xiao, dia menatap jendela yang terbuka lebar di sisi Cai Yasi itu, kemudian melihat rambut mereka berdua yang tertiup angin. Entah mata mana yang dia gunakan untuk melihat angin dari jendela sana tidak akan berhembus ke arahnya? Selain itu, kalau saja dia tidak merokok, dia juga tidak perlu membuka jendela!
Zhou Xiao sudah terlalu malas untuk berbicara dengannya, bersikeras untuk membuka jendela. Lebih baik mati terkena angin daripada mati keracunan asap.
Cai Yasi melihat Zhou Xiao tidak mendengarkannya, tangannya mulai menyentuh wajahnya. Tangannya hampir saja meraih rokok lagi, namun dia mengubah gerakan itu menjadi menyalakan mesin mobil.
Begitu mobil berjalan, angin bertiup semakin kencang. Zhou Xiao menyadari bau rokok di mobil itu sudah hampir hilang, dia menutup jendela di sisinya. Angin masih bertiup dengan kencang, membuat kepalanya terasa sakit, dia menyenggol bahu Cai Yasi, “Tutuplah jendela di sisimu, aku kedinginan.”
Cai Yasi yang masih merajuk baru tersadar, tidak peduli jendela di sisi Zhou Xiao terbuka atau tidak pasti akan membuat Zhou Xiao terkena angin malam. Jadi, malam ini keempat kalinya dia mendesah kalau dirinya memang bukan seorang pacar yang baik.
Mobil melaju sampai di bawah apartemen Zhou Xiao. Setelah Zhou Xiao mengatakan sampai jumpa, dia pun membuka pintu mobil dan turun dari sana. Cai Yasi mengunci mobil dan mengikutinya turun dari mobil. Zhou Xiao menatapnya dengan aneh, “Cepatlah pulang, ini sudah malam.”
“Kalian ini, yang satu sedang mabuk, yang satu sedang demam, lebih baik malam ini aku tetap tinggal untuk menjaga kalian.” Cai Yasi ingin menebus semua kesalahannya hari ini.
“Tidak usah, aku hanya perlu tidur sebentar dan pasti akan jauh lebih baik. Lagipula, besok kamu masih harus kerja. Cepatlah pulang.” Dalam hatinya sedikit takut, apabila dijaga olehnya yang ada malah makin cepat mati!
“Besok aku akan langsung berangkat kerja dari tempatmu, ayo jalan,” Setelah mengatakannya dia langsung berjalan naik ke atas. Zhou Xiao mengikutinya dari belakang dengan tak berdaya, menyebalkan, siapa yang butuh dijaga olehmu!
“Aku benar-benar sudah lebih baik, pulanglah.” Zhou Xiao yang mengikutinya dari belakang tak hentinya memberikan saran .
“Kamu tenang saja, aku akan tidur di ruang tamu.” katanya tanpa menolehkan kepala.
Zhou Xiao tertegun, dia sama sekali bukan mengkhawatirkan tentang hal ini. Dia hanya takut besok Cai Yasi akan terlambat ke kantor, jarak dari apartemennya ke kantor Cai Yasi cukup jauh. Tapi, kalau dia sudah berkata seperti itu, ya terserah saja.
Keesokan harinya ketika Zhou Xiao terbangun, menemukan Cai Yasi sedang tertidur dengan manis di ruang tamu. Dia berbalik ke dapur untuk membuat sarapan. Ketika sarapan sudah disajikan, tuan besarnya masih tertidur dengan begitu tenang di atas sofa. Zhou Xiao mendorong tubuhnya sedikit, “Cai Yasi, bangunlah. Ayo sarapan.” Cai Yasi mendengus dan membalikkan tubuhnya, wajahnya menghadap ke sandaran sofa, selimut di tubuhnya pun jatuh karena gerakannya ini. Zhou Xiao mengambil selimut itu, ah, benar-benar tidak tahu siapa yang sedang menjaga siapa.
“Cepat bangun, kalau tidak kamu pasti akan terlambat,” Zhou Xiao kembali mendorong tubuhnya, Cai Yasi masih tidak bergerak. Zhou Xiao sedikit kesal, menarik tubuh Cai Yasi dengan kuat dari atas sofa. Terdengar bunyi ‘bang’, seluruh tubuhnya jatuh ke sofa. Dia pun terbangun dan terduduk di lantai, menatapnya dengan tatapan linglung seakan tidak tahu sekarang sedang berada di zaman apa.
Zhou Xiao terkekeh dan berkata, “Sekarang sudah bangun kan? Handuk dan sikat gigi yang baru sudah aku letakkan di atas wastafel, pergilah menggosok gigi dan cuci muka. Kemudian keluarlah untuk sarapan.”
Cai Yasi duduk di samping meja makan, memperhatikan Zhou Xiao yang mengambilkan bubur untuknya. Menyadari tangannya yang kemarin diinfus sedikit terlihat memar. “Kamu baik-baik saja?” Cai Yasi menerima mangkuk bubur yang diserahkan oleh Zhou Xiao.
“Tentu saja, tubuhku sekuat sapi,” Ini benar, penyakit yang datang bagaikan tanah longsor dan pergi bagaikan pemintalan sutra* sama sekali bukan seperti dirinya. Dia seorang anak yang apabila sakit, di pagi hari akan diseret oleh Mamanya ke rumah sakit untuk disuntik dan malamnya akan menjadi anak nakal yang dikejar oleh Mamanya.
*(T/N: frasanya adalah 病来如山倒,病去如抽丝 [bìng lái rú shān dǎo , bìng qù rú chōu sī] yang artinya orang itu sembuh dengan sangat lambat)
“Pagi.” Yuan Ruanruan keluar dari kemar sambil menggaruk kepalanya, “Cai Yasi, kenapa kamu di sini? Ada sarapan? Aku juga mau.”
Si tukang mabuk Yuan Ruanruan langsung duduk untuk sarapan tanpa mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu. Zhou Xiao sudah terbiasa, namun Cai Yasi menatapnya seperti menatap binatang buas, memangnya ada gadis yang seperti ini?
“Oh iya, kemarin aku bertemu dengan Xiao Jin saat pergi ke pub.” kata Yuan Ruanruan sambil makan bubur.
“Oh,” Zhou Xiao melirik Cai Yasi, dia tidak ada reaksi apapun.
“Dia menanyakan tentangmu.” Saraf Yuan Ruanruan itu memang setebal tali tambang, “Dia memintaku untuk membantunya bertanya, apa kalian masih bisa berteman?”
“Tidak usah, temanku sudah sangat banyak, hanya kekurangan dia seorang tidak berpengaruh besar.” Zhou Xiao kembali mengambil semangkuk bubur, setelah sembuh dari sakit selera makannya jadi semakin baik.
“Kenapa begitu? Dia juga temanku, kamu berkata seperti ini sama saja dengan tidak menghargaiku. Lagipula, kamu dan Zhao Xue Zhang bukankah juga masih bisa berteman? Oh! Kemarin aku bertemu dengan Xie Xue Zhang, dia bilang Zhao Xue Zhang sudah kembali, kamu tahu?” Yuan Ruanruan menghabiskan buburnya, berdiri dan ingin menambah satu mangkuk lagi. Zhou Xiao mengangkat panci, berjalan ke dapur dengan tanpa ekspresi. Gadis idiot, lebih baik makanan dibuang daripada disisakan untukmu.
Yuan Ruanruan memegang mangkuk dan berdiri dengan bodoh, bertanya pada Cai Yasi, “Dia kenapa?”
Cai Yasi meletakkan mangkuk dengan jengkel dan berteriak ke arah dapur, “Aku berangkat kerja dulu.”
Pintu terbanting dengan keras, suaranya terdengar sampai ke dapur dan membuat jantung Zhou Xiao sedikit gemetar.