The Sweet Love Story - Chapter 47
Hari ini hari terakhir Zhou Xiao libur kerja, seharusnya dia tidur sampai puas sampai terbangun dengan sendirinya. Sayangnya dia harus membuatkan sarapan untuk pacarnya yang menjaganya itu sehingga dia tidak tidur dengan cukup. Kalau saja tahu dia akan pergi dengan membanting pintu, lebih baik biarkan dia terlambat saja. Siapa yang sudi membuatkan sarapan untuknya, bukan orang tidak waras!
Yuan Ruanruan juga sudah pergi kerja, di rumah hanya tersisa dia seorang. Berjalan kesana kemari dan tidak tahu harus berbuat apa. Apa harus bermain komputer? Kemarin sudah memainkannya selama seharian, membosankan; Menonton TV, sudah berkali-kali mengganti siaran juga tidak menemukan acara menarik; mengajak teman untuk pergi keluar, hari ini bukan hari libur, semuanya pasti sedang kerja…. kenapa bisa begitu bosan? Sudahlah, lemari es juga sudah hampir kosong, lebih baik ke supermarket untuk membeli bahan makanan.
Dia mengganti pakaiannya, ketika keluar dari pintu kamar dia melihat sebuah mantel yang tergantung di sana. Setelah ragu sejenak, dia memutuskan untuk tidak memakainya. Tidak tahu kenapa Zhao Fanzhou harus kembali, membuatnya bahkan lebih merasa tidak enak hati untuk memakai mantel ini.
Ketika Zhou Xiao turun ke lantai bawah, dia masih menunduk sambil mengingat barang apa saja yang akan dibeli. Tahu begitu seharusnya ditulis saja, kalau tidak nanti pasti dia lupa harus membeli apa.
Tangan Zhao Fanzhou yang tadinya ingin menekan ponselnya terhenti, berdiri dan tak bergerak, tersenyum melihat Zhou Xiao yang sedang berjalan sambil bergumam. “Zhou Xiao.”
Zhou Xiao menoleh secara refleks, mulutnya masih bergumam, “Telur, susu, handuk, sikat gigi, deterjen…”
Pada detik ini, Zhou Xiao seakan tersedot dalam ruang dan waktu yang berbeda. Seperti mereka sedang berada di masa Universitas mereka, Zhao Fanzhou masih menunggunya di lantai bawah asramanya. Zhao Fanzhou itu masih Zhao Fanzhou-nya.
Zhao Fanzhou berjalan ke hadapannya, Zhou Xiao buru-buru menyingkirkan perasaan nostalgia yang sempat melintas.
“Sudah sarapan?” Dia menggoyangkan bungkusan di tangannya, “Pangsit daun bawang yang dulu kamu suka makan di depan Kampus, restoran yang paling kamu suka itu.”
Dulu? Entah kenapa, ada api yang membakar Zhou Xiao sampai rasanya dia akan meledak. Apa dia demam lagi? Zhou Xiao mengabaikan kantong yang diserahkan kepadanya, berkata dengan dingin, “Aku sudah sarapan.”
“Kalau begitu, makanlah sedikit. Bukankah kamu paling suka makan pangsit daun bawang? Bukankah setelah sembuh dari sakit biasanya tidak terlalu ada selera makan, kamu baru makan sedikit kan?” Zhao Fanzhou pura-pura tidak merasakan penolakannya.
Kata siapa dia tidak terlalu ada selera makan, pagi ini dia sudah makan dua mangkuk bubur. Berhentilah seakan-akan paling mengerti tentang dirinya.
“Sekarang aku sudah tidak suka makan itu.” Zhou Xiao berusaha keras menahan emosinya, tidak ingin membuat dirinya terlihat tidak masuk akal.
“Lalu kamu ingin makan apa? Aku akan membelikannya.”
“Tidak usah, aku ada urusan. Pergi dulu.” Zhou Xiao berbalik dan akan berjalan pergi, menyadari Zhao Fanzhou mengikutinya, “Untuk apa kamu mengikutiku?”
“Hari ini aku senggang, kamu ada urusan apa biarkan aku menemanimu.” Zhao Fanzhou berjalan ke sisinya, Zhou Xiao menghentikan langkah kakinya, “Kenapa?”
“Bukankah kamu bilang kita bisa menjadi teman, betul kan?” Zhao Fanzhou ikut berhenti.
“Teman yang aku maksud itu teman yang saling mengirimkan pesan teks untuk mengucapkan hari-hari besar, mengingatkan kalau cuaca sedang dingin untuk memakai pakaian tebal, yang tiba-tiba teringat lalu saling menanyakan kabar. Teman semacam itu. Bukan teman yang kehadirannya akan membuat pacarku membanting pintu dan menyebabkan masalah untukku.” Zhou Xiao terengah-engah, “Teman yang aku maksud itu teman yang bertemu tanpa mengenang masa lalu, saling membantu tanpa pamrih.” Mahasiswa lulusan dari Fakultas Sastra China, ternyata kemampuannya masih ada!
Tenang, tenang, tenang, tenang…. Tak peduli apapun itu, yang pasti dia harus tenang…
Zhou Xiao sedikit takut-takut ketika menatapnya, mata Zhao Fanzhou yang jernih itu seakan bisa menangkap emosi dalam diri Zhou Xiao, apa mungkin Zhou Xiao sudah…. sudah sangat keterlaluan?
“Aku mengerti, aku telah menjadi pengganggu, maafkan aku.” Zhao Fanzhou menambahkan setelah dia berjalan beberapa langkah, “Walaupun cuaca tidak terlalu dingin, tapi keluar rumah tetap harus memakai pakaian yang lebih tebal.” Setelah dia mengatakannya, Zhao Fanzhou berjalan ke arah yang berlawanan. Dia yang sedikit tidak fokus sampai hampir menabrak seorang bibi yang membawa troli penuh dengan makanan. Pangsit di tangannya pun terjatuh ke lantai, Zhao Fanzhou buru-buru meminta maaf kepada Bibi itu.
Dasar manusia licik! Sudah membunuh, masih mencambuk pula! “Zhao Fanzhou,” Zhou Xiao dengan enggan memanggilnya.
“…..” Zhao Fanzhou berbalik.
“Suasana hatiku sedang tidak baik, jadi aku meluapkan emosiku padamu. Jangan dianggap serius.” kata Zhou Xiao dengan canggung. Kata Mamanya, selalu ada dewa di atas orang yang diperlakukan tidak adil. Zhou Xiao hanya tidak berani memarahi Cai Yasi dan meluapkannya pada Zhao Fanzhou.
Zhao Fanzhou tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk dan akan meneruskan langkahnya.
“Hei.” Zhou Xiao merasa dirinya sudah mulai kerasukan, yang berbicara itu bukan dia! Zhao Fanzhou berhenti, namun tidak berbalik.
“Temani aku ke Supermarket, aku akan membeli banyak barang, tidak mampu membawanya sendirian.” Hantu itu masih ada di tubuhnya, ini semua bukan karena keinginannya sendiri. Zhao Fanzhou masih bergeming.
“Lupakan saja.” Zhou Xiao berbalik dan berjalan menuju Supermarket. Begitu berjalan satu dua langkah, terdengar suara langkah kaki di belakangnya, Zhao Fanzhou mengikutinya. Zhou Xiao menarik sudut bibirnya, ingin tersenyum namun dia menahannya. Zhao Fanzhou ternyata sudah berubah, dulu dia gadis yang sangat mudah diajak berkompromi. Seandainya terjadi hal seperti ini di masa lalu dan jika Zhao Fanzhou benar-benar mengikutinya pasti karena dia ingin memenggal kepalanya dan dijadikan sebagai alas duduk.
Zhao Fanzhou mendorong troli dan mengikuti di belakang Zhou Xiao. Zhou Xiao berjalan dengan santai dan sesekali melemparkan barang ke dalam troli.
Langkah Zhou Xiao berhenti di area pembalut wanita, tersenyum dengan licik, ingin melakukan tindakan jahil. Dia melewati koridor itu dan berdiri di depan rak pembalut merk XX, menoleh kepada Zhao Fanzhou yang tidak ikut masuk ke koridor itu, “Aku tidak bisa mengambilnya, yang paling atas itu.”
“Kenapa kamu harus mengambil yang paling atas?” Dia melirik ke seluruh rak, “Ini di bawah ada yang merknya sama dengan yang itu.”
“…..”
Zhao Fanzhou melihat ekspresinya yang kesal, mendorong troli perlahan-lahan ke sampingnya. Dia meraih rak paling atas dan mengambil bungkusan itu, melemparkannya ke dalam troli, “Satu bungkus cukup?”
“Ah? Cukup.” Jelas-jelas ingin menggoda Zhao Fanzhou, entah kenapa yang merasa malu malah dirinya sendiri.
Zhou Xiao berdiri di rak handuk cukup lama dan melemparkan sebuah handuk berwarna pink ke dalam troli, kemudian melihat Zhao Fanzhou juga menarik sebuah handuk berwarna biru dan memasukkannya ke dalam troli. Zhou Xiao memandangnya dengan takjub, “Kamu sedang apa?”
“Aku baru saja pulang, belum sempat membeli beberapa barang. Sekalian saja.”
Zhou Xiao meliriknya dengan tajam, tentu saja dia tidak ingin mendapatkan semua barang ini dengan gratisan.
“Cepatlah ambil barang-barang yang kamu butuhkan, aku sudah selesai,” Zhou Xiao tidak ingin menjadi pembeli gratis.
Zhao Fanzhou mendorong troli, melemparkan beberapa barang ke dalam troli. Zhou Xiao tidak tahan melihatnya, mengambil shower gel yang dilemparkan oleh Zhao Fanzhou ke dalam troli, menciumnya, wangi apa ini kenapa bau sekali. Zhou Xiao kembali meletakkan barang itu ke rak, menggantinya dengan botol yang lain dan kembali memasukkannya.
Jadi, semua orang di Supermarket itu bisa melihat seorang lelaki yang melemparkan barang ke troli tanpa menoleh dan seorang gadis yang mengambil kembali barang itu, mengamatinya sejenak, mengembalikannya, dan menukarnya dengan produk yang sama dengan merk yang berbeda sebelum kembali memasukkannya dalam troli.
Kalau diperhatikan lebih dekat, dapat dilihat gadis itu seperti wanita tua yang tidak sabaran, mulutnya seringkali bergumam tidak jelas; sudut bibir lelaki itu sedikit terangkat, diam-diam melirik ke arah gadis itu seperti anak laki-laki yang diam-diam meletakkan sekotak susu di bawah meja gadis kecil yang dia sukai, wajahnya terlihat gugup namun bahagia.
Zhao Fanzhou dengan sadar mendorong troli itu ke konter pembayaran, Zhou Xiao berdiri di pintu keluar dan menatapnya dari jauh. Seandainya saja Zhao Fanzhou tidak pernah pergi, mungkin kehidupan mereka akan seperti ini - Zhou Xiao bertanggung jawab untuk memilih barang, Zhao Fanzhou bertanggung jawab untuk membayarnya… Hmm, seharusnya kehidupan seperti itu akan sangat nyaman. Dia rasa, sepertinya itu akan menjadi sebuah kehidupan yang bahagia, namun… lupakan sajalah.
Petugas kasir itu menatapnya cukup lama ketika menemukan pembalut di keranjang belanjaannya, Zhao Fanzhou hanya acuh tak acuh, menatap layar ponsel untuk memeriksa lonjakan harga saham.
Zhao Fanzhou keluar dengan membawa kantong besar dan kecil, Zhou Xiao secara refleks mengambil dua kantong yang lebih kecil dengan satu tangan dan membentangkan telapak tangan lainnya kepadanya. Zhao Fanzhou meletakkan struk belanjaan di tangannya. Keduanya berjalan berdampingan, Zhou Xiao menunduk untuk memeriksa struk belanjaan itu. Zhao Fanzhou yang terkadang menatap ke jalan, beberapa kali menoleh untuk menatap Zhou Xiao. Meskipun dia tidak menatap ke jalan, Zhao Fanzhou pun tidak menyentuhnya, tapi di antara kerumunan orang, keduanya sama sekali tidak bertabrakan dengan orang yang sedang lalu lalang.
Sesampainya di lantai bawah apartemen Zhou Xiao, Zhou Xiao menyerahkan kantong itu kepada Zhao Fanzhou. “Kamu pegang ini, aku akan pisahkan barang kita di sini. Kamu sekarang tinggal dimana?”
“Dekat dari sini. Tidak usah dipisahkan, letakkan saja di tempatmu dulu. Aku belum akan pulang sekarang.”
“Lalu mau kemana?” Zhou Xiao seringkali kelepasan seperti ini, dirinya sudah mulai terbiasa, bahkan sudah terlalu malas untuk memarahi dirinya sendiri.
“Beli mobil, bagaimana kalau kamu menemaniku? Ada orang tambahan akan lebih banyak pendapat. Setelah selesai aku akan mentraktirmu makan, bagaimana?”
“Em….” Zhou Xiao sedikit ragu-ragu.
“Kalau tidak nyaman tidak apa-apa, lupakan saja.” Dia tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri, “Pertemuan tanpa memikirkan masa lalu kan, aku akan bawakan semua barang ini ke atas, nanti aku akan kembali untuk mengambilnya.”
Orang ini benar-benar… berbahaya! Licik! Rendahan! Tidak tahu malu! Begitu banyak bahkan bisa dijadikan isi pangsit! Setelah membahas pangsit, dia jadi menyesal. Sudah lama tidak makan pangsit di depan Kampus itu, untuk apa tadi membuat keributan, ah… ingin makan pangsit.
“Mari kita letakkan barang-barang ini di atas terlebih dahulu.” kata Zhou Xiao, dia menambahkan, “Nanti kamu harus mentraktirku makan enak.”
“Oke, asalkan kamu menyisakan sedikit uangku untuk beli mobil saja sudah cukup.”
Zhou Xiao tidak tahu apa-apa mengenai mobil, dia juga belum pernah menemani orang pergi memilih mobil, jadi konsep mobil dalam pikirannya hanyalah “sebuah benda beroda empat yang dapat melaju dengan cepat”. Soal merk mobil, dia cuma tahu beberapa seperti Mercedes-Benz, BMW, Honda, Toyota. Bahkan sampai sekarang dia masih tidak tahu BMW dan Baoma itu merek mobil yang sama atau bukan, Honda dan Toyota itu berasal darimana.
Jadi Zhou Xiao hanya membeku dan duduk di sampingnya, Manajer Penjualan Mobil menyuguhkan teh yang enak untuknya. Dia minum seteguk demi seteguk sambil melihat Zhao Fanzhou dan Manajer itu berjalan ke hadapan setiap mobil dan menunjuk kesana kemari. Tiba-tiba merasa tingkah laku mereka sedikit lucu, hatinya terasa sangat bahagia.
Ketika Zhao Fanzhou menatapnya, Zhou Xiao sedang memegang cangkir teh sambil tersenyum konyol. Dia menghampirinya dan berkata, “Mau ikut mencoba mobil tidak?”
“Mau.” Dia melompat dari kursi dengan riang gembira, mengikutinya pergi test drive.
Setelah mencoba beberapa mobil secara berturut-turut, Zhou Xiao tidak dapat merasakan perbedaannya. Jadi, dia memberikan sebuah pendapat yang sangat relevan, “Kursi di mobil yang putih itu lebih lembut, warnanya juga cocok denganmu, logonya sangat cantik,” Logonya memang sangat cantik, bentuknya seperti perisai, terdiri dari tiga warna hitam, emas dan merah, dan bagian tengahnya ada seekor kuda yang sedang kejang.
(Nona Zhou Xiao, kalau saja Boss Porsche mengatakan kalau kuda itu mirip dengan kuda sedang kejang, entah dia akan berpikir seperti apa).
Akhirnya, Zhao Fanzhou benar-benar memesan mobil dengan kuda kejang itu, kelihatannya ide yang dia berikan itu cukup profesional.
Zhao Fanzhou berbisik pada Manajer itu, Manajer itu tersenyum dan keluar dengan menyerahkan sebuah kantong kepadanya. Zhou Xiao yang berada di sampingnya sangat penasaran, tapi terlalu malu untuk bertanya.
Kemudian Zhou Xiao merengek agar Zhao Fanzhou mentraktirnya makan enak, terakhir ketika Zhao Fanzhou mengantar Zhou Xiao sampai ke bawah apartemennya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
“Aku naik dulu, bye.” Zhou Xiao melambaikan tangannya dan berbalik untuk naik ke atas.
“Tunggu sebentar.” Zhao Fanzhou memberikan kantong itu kepadanya, “Ini untukmu, terima kasih untuk hari ini.”
“Barang apa ini?” Zhou Xiao tidak mengulurkan tangan untuk menerimanya.
“Daun teh, tadi aku melihatmu minum teh ini dengan sangat senang. Jadi aku meminta sedikit dari Manajer Penjualan Mobil tadi.”
“Oh, terima kasih.” Zhou Xiao mengulurkan tangan untuk menerima kantong itu, “Kalau begitu…. bye.”
“Bye.”