The Sweet Love Story - Chapter 52
Putus lagi….
Zhou Xiao sedikit bingung, kenapa setiap hubungan yang dia jalani pasti akan kembali ke titik perpisahan? Dia berusaha sangat keras dalam setiap hubungan yang dia jalani, kenapa tidak ada imbalannya sama sekali?
Dia tetap makan dan tidur seperti biasa, pergi bekerja dan pulang kerja, mengobrol melalui internet, tidak ada yang keanehan yang luar biasa. Patah hati, siapa yang belum pernah mengalaminya? Namun, perpisahan kali ini membuat perasaannya terasa lebih kosong dibanding perpisahannya dengan Zhao Fanzhou dulu. Hatinya jelas-jelas sadar dia belum jatuh cinta pada Cai Yasi, lalu perasaan kosong macam apa yang dia rasakan ini?
Terpisah oleh rak barang di Supermarket. Zhou Xiao melihat Zhao Fanzhou sedang membayar di kasir, dia bersembunyi di belakang rak. Pada saat ini Zhou Xiao baru sadar dia sangat takut untuk bertemu dengan Zhao Fanzhou, takut karena sudah tidak ada yang menghalangi jadi dia akan kembali pada Zhao Fanzhou tanpa ragu-ragu. Apabila hal ini terjadi, dia pasti akan memandang rendah pada dirinya sendiri.
Mereka berdua tinggal berdekatan, Zhou Xiao sudah begitu lama tidak melihatnya. Katanya Zhao Fanzhou sudah mulai bekerja di perusahaan yang dia bangun bersama dengan Xie Yixing. Katanya lagi, belakangan ini dia sangat sibuk, katanya Zhao Fanzhou sudah tahu dirinya dan Cai Yasi sudah putus, katanya terkadang Zhao Fanzhou akan berdiri di bawah apartemennya untuk waktu yang cukup lama, katanya….
Zhou Xiao melihatnya pergi dengan menenteng plastik belanjaan, pergilah, pergilah. Dia memang selalu seperti itu, selalu pergi meninggalkan seseorang tanpa tahu bagaimana sedihnya orang yang ditinggalkan.
Seperginya Zhao Fanzhou, Zhou Xiao mulai kehilangan minat untuk berbelanja di Supermarket. Dia membeli beberapa barang dan meninggalkan Supermarket. Menunduk dan menendang sebuah batu kecil sepanjang jalan dari Supermarket sampai ke bawah apartemennya. Di lantai bawah, dia berjongkok untuk mengucapkan perpisahan dengan batu kecil itu dan menjelaskan kenapa dia tidak dapat membawanya pulang ke rumah. Terkadang dia juga merasa takjub dirinya bisa melakukan hal yang luar biasa bodoh seperti ini.
Zhou Fanzhou berjalan turun dari tangga, tidak memperhatikan Zhou Xiao yang sedang berjongkok di dekat dinding. Tapi, Zhou Xiao dapat melihatnya. Dengan perlahan dia menempelkan tubuhnya pada dinding, berharap tubuhnya bisa bersatu dengan dinding itu.
Zhao Fanzhou melemparkan sesuatu ke tempat sampah, lengkung parabola yang terjadi akibat lemparan itu sempat terkena cahaya, seperti sebuah benda yang memantul ketika terkena cahaya. Benda yang dilemparkan itu menabrak tong sampah dan menimbul suara barang yang pecah. Dia mendongak ke arah apartemennya, kemudian berjalan pergi.
Zhou Xiao yang melihatnya telah berjalan cukup jauh baru berani bergerak, dia juga sudah melupakan acara perpisahannya dengan batu kecil. Dia menaiki tangga dengan bingung, naik dan terus naik. Dia merasa ada yang aneh, tapi tidak tahu di mana yang terasa salah. Dari bawah tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, Zhou Xiao merinding ketakutan. Dengan gerakan cepat dia berlari pulang ke apartemennya lalu mengunci pintunya.
Ketika Zhou Xiao sedang bersandar dengan terengah-engah di balik pintu, terdengar suara ketukan di pintu. Hatinya seakan jatuh ke lantai, menahan napas, dan berusaha mendengarkan suara dari luar pintu dengan tenang.
“Buka pintunya, Xue Jie.” Ternyata suara Yuan Ruanruan.
Hati Zhou Xiao kembali ke tempat semula, membuka pintu dengan sedikit kelelahan, “Kamu membuatku takut.”
“Kamu kenapa? Tadi aku melihatmu berlari dengan begitu cepat, aku kira terjadi sesuatu denganmu,” kata Yuan Ruanruan di samping pintu, sedang mengganti sepatunya dengan sandal rumah.
“Tidak apa-apa, aku hanya menakuti diriku sendiri.” Zhou Xiao sedikit malu, dia telah berpikir berlebihan.
“Oh, iya. Hati nurani pemilik rumah telah tergerak, akhirnya lampu di bawah tangga yang sudah mati ribuan tahun itu sudah diganti.” Yuan Ruanruan memakai sandal rumahnya, melemparkan tasnya ke sofa rumah tamu.
Lampu sudah diganti? Pantas saja dia merasa ada yang aneh. Ternyata dia yang sudah terbiasa dengan kegelapan dan tiba-tiba sekarang terang karena cahaya, sudah pasti akan membuat orang merasa aneh. Setelah keterkejutannya akan masalah ini, dia pun melupakan masalah tentang melihat kehadiran Zhao Fanzhou tadi.
Setelah beberapa hari, dia bertemu dengan pemilik rumah di tangga. Dia mengucapkan terima kasih pada pemilik rumah, pemilik rumah kebingungan entah Zhou Xiao berterima kasih padanya untuk apa. Akhirnya diketahui ternyata lampu itu bukan diganti oleh pemilik rumah. Benar kan, mana mungkin dia menjadi begitu baik hati. Kerusakan lampu itu sudah bukan kejadian satu atau dua hari.
Dia menuruni tangga dan melihat tong sampah, seketika teringat malam itu Zhao Fanzhou seperti membuang sesuatu ke dalamnya, sepertinya terbuat dari kaca, apa mungkin - bohlam lampu?
Dia tiba-tiba merasa marah, apa urusannya dengan dia? Kalau begitu murah hati kenapa tidak menjadi sukarelawan saja? Tangga yang begitu gelap saja dia sudah jalani selama tiga tahun, apa haknya membuat dia berjalan di tangga yang begitu terang sekarang! Benar-benar trik sampah!
Di dunia ini, ada yang disebut raja sial. Selalu saja tidak pernah lepas dari masalah, Zhao Fanzhou pun sekarang berubah menjadi raja sial itu. Dia kemarin bekerja lembur semalaman, paginya dia berencana pulang untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Ketika menyetir mobil, dia melewati restoran pangsit yang Zhou Xiao sukai saat kuliah. Bibi pemilik toko sedang mendorong sebuah troli yang di atasnya ada tumpukan keranjang pangsit yang masih mengeluarkan uap panas. Dia teringat ekspresi kehilangan Zhou Xiao saat pangsit itu terjatuh ke tanah. Dia sangat menyukai bibirnya yang monyong seperti bebek itu, sangat manis.
Sudah beberapa hari tidak bertemu dengannya, yang pertama karena dia memang sibuk, yang kedua karena dia dan Cai Yasi sudah putus. Zhao Fanzhou ingin memberikan ruang sendiri untuknya, orang yang paling tidak ingin Zhou Xiao temui sekarang ini selain Cai Yasi pasti dirinya. Tapi, beberapa hari tidak melihatnya membuatnya merasa gelisah. Teringat rumah mereka hanya terpisah dua blok, berjalan sepuluh menit saja sudah bisa melihat lampu kamarnya saja hatinya seakan berubah seperti spons, sangat lembut.
Dia melihat waktu, masih cukup pagi. Seharusnya Zhou Xiao belum berangkat kerja. Jadi, dia turun dan membeli beberapa buah pangsit. Lalu dia mengendarai mobilnya sampai ke lantai bawah apartemen Zhou Xiao dan menunggunya keluar rumah.
Dalam penantiannya, dia merasa sangat mengantuk. Tidak bisa menahan dirinya untuk memejamkan matanya sebentar. Ketika dia membuka matanya, dia melihat Zhou Xiao sedang membuang sampah sambil mulutnya menggumamkan sesuatu. Dia menekan klakson mobil, Zhou Xiao tidak bereaksi. Dia menekan jendela mobil agar turun dan memanggilnya, “Zhou Xiao.”
Zhou Xiao menoleh, Zhao Fanzhou melambai padanya dari sebuah mobil berwarna putih. Dia pikir dia ksatria berkuda putih, untuk apa mengendarai mobil putih. (Dia sungguh lupa yang memilih mobil ini dia sendiri)
Zhou Xiao berjalan perlahan mendekati mobil itu, “Kenapa kamu kemari?”
“Sudah sarapan?” tanya Zhao Fanzhou sambil tersenyum.
“Belum.” jawabnya santai, tidak ingin terlibat terlalu banyak pembicaraan dengannya.
“Kamu ingin sarapan apa?” tanyanya.
“Tidak ada, tidak nafsu makan.” katanya dingin.
“Sarapan itu tidak boleh dilewatkan, katakan saja apa yang ingin kamu makan. Aku akan membelikannya untukmu.” katanya.
“Pangsit di depan gerbang Kampus.” Tiba-tiba dia punya pikiran jahat, mengendarai mobil dari sini sampai sekolah membutuhkan waktu 20 menit. Setelah dia berhasil membelinya, pasti Zhou Xiao sudah berangkat kerja.
“Dulu bukannya kamu bilang sudah tidak suka makan itu?”
“Sekarang tiba-tiba ingin makan, kalau kamu ingin membelikan untukku, cepatlah pergi. Kalau tidak aku akan berangkat kerja.”
“Naik dulu ke dalam mobil.”
“Aku tidak mau pergi bersamamu.”
“Kenapa?”
“Tidak kenapa-kenapa.” katanya dengan keras kepala. Kenapa tidak ada orang yang pernah memberitahunya kalau menjadi orang yang keras kepala itu begitu menyenangkan.
“Baiklah, lagipula aku sudah membelikannya untukmu.” Zhao Fanzhou tiba-tiba menyerahkan dua kantong pangsit dan menatapnya dengan lembut.
Wajah Zhou Xiao berubah masam, kebahagiaan yang tadi sirna sudah. Dia menerima kantong itu dan berkata dengan tidak tulus, “Terima kasih, bye.”, lalu berjalan pergi.
Zhao Fanzhou membuka pintu mobil dan melompat turun, dengan cepat mengikuti di belakangnya. Zhou Xiao mendengar Zhao Fanzhou sedang mengikutinya, mempercepat langkahnya. Jadi, pada satu pagi di musim dingin, kakek nenek yang sedang olahraga pagi melihat seorang lelaki dan wanita yang sedang berkejar-kejaran dengan membawa kantong pangsit di tangannya. Melihat kantong pangsit yang terayun di tangan mereka, membuat orang berpikir, apa mereka sedang lomba lari sambil membawa pangsit?
“Kenapa lagi?” Zhao Fanzhou yang berkaki panjang tidak mampu mengejar ketinggalannya dari Zhou Xiao yang berkaki pendek.
“Tidak, aku sedang terburu-buru untuk ke kantor.” Zhou Xiao masih bergerak maju dengan sangat cepat, tidak berniat untuk menghentikan langkahnya dan berbicara dengan Zhao Fanzhou.
“Biarkan aku mengantarmu.”
“Tidak usah.” Dia masih bergerak maju dengan cepat, napasnya sudah sedikit terengah.
“Tidak masalah, kita sejalan.” Dikarenakan kakinya yang panjang, Zhao Fanzhou berhasil mengikutinya terlihat tenang.
“Aku sudah bilang tidak usah.” Zhou Xiao menghentikan langkahnya, menatapnya dengan kesal.
“Kamu sedang marah padaku? Kenapa?” Dia ikut menghentikan langkahnya, menunduk menatap Zhou Xiao.
“Lampu di tangga apartemenku itu kamu yang ganti kan?” tanyanya tiba-tiba.
“Em, iya.” Zhao Fanzhou menjelaskan, “Saat itu aku melihat tangga itu sangat gelap, naik turun pasti tidak aman, jadi aku berinisiatif menggantinya.”
“Apa aku ada memintamu untuk mengganti lampunya?” Kilat api muncul di mata Zhou Xiao, tidak sabar ingin membakar manusia di hadapannya ini.
“Memangnya kenapa?” Mengganti lampu saja bisa membuatnya tersinggung?
“Tidak kenapa-kenapa, aku hanya benci denganmu yang selalu mencampuri kehidupanku. Aku suka berjalan di tangga yang gelap, aku suka tidak sarapan setiap pagi, apa hakmu mengaturku? Pernahkah kamu berpikir, kamu selalu datang dan pergi sesukamu. Berapa banyak kesedihan lagi yang ingin kamu timbulkan dalam kehidupanku? Tiga tahun tanpamu, aku berhasil melewatinya dengan baik. Untuk apa kamu muncul kembali dan mengganggu kehidupanku? Kalau memang mau pergi, lebih baik kamu pergi selamanya. Untuk apa kamu kembali? Sekarang lihatlah, pacarku juga pergi meninggalkanku. Ini semua gara-gara kamu.” Zhou Xiao tahu sikapnya sangat tidak masuk akal, namun dia sangat ingin meluapkan kekesalan dalam hatinya.
“Masih ada?” Zhao Fanzhou menatapnya dengan tenang, “Apa masih ada hal lain yang kamu benci dariku?”
“Aku benci dirimu yang tidak mau melepaskanku, benci kelembutan dan perhatianmu, benci dengan dirimu yang mau saja aku perbudak, benci dengan dirimu yang selalu membuatku merasa tidak nyaman.” Zhou Xiao berhenti, kemudian dengan tenang berusaha menambahkan satu kalimat di belakangnya, “benci dengan diriku sendiri yang masih menyukaimu.”
Zhao Fanzhou mendekatinya dan ingin memeluknya, Zhou Xiao mundur satu langkah, “Aku menyukaimu, tapi aku tidak ingin bersama denganmu. Aku tidak mampu menghilangkan rintangan dalam hatiku, setiap melihat wajahmu aku selalu teringat saat kamu mengusirku dari Bandara dulu. Rasanya aku ingin menguliti atau menguburmu hidup-hidup.”
“Bisakah memberikan satu kesempatan lagi untukku?” Dia maju satu langkah dan merengkuh Zhou Xiao dalam pelukannya, meletakkan dagunya di atas kepala Zhou Xiao. “Tidak peduli kamu akan menguliti atau menguburku hidup-hidup, aku tidak masalah. Asalkan kamu memberikan satu lagi kesempatan untukku.”
Zhou Xiao tidak berontak, hanya diam dan membiarkan Zhao Fanzhou memeluknya. Anggap saja dia sedikit serakah karena ingin merasakan kembali kehangatan dari masa lalunya.
“Aku tidak ingin bersamamu, tidak akan. Aku akan bertemu dengan orang yang lebih baik, dia akan menyayangiku dan tidak akan meninggalkanku selamanya.” Wajah Zhou Xiao yang berada di dadanya, suaranya teredam.
“Aku juga akan menyayangi dan mencintaimu, selamanya tidak meninggalkanmu.”
“Aku tidak mempercayaimu.”
“Tidak masalah, aku akan menunggu sampai kamu percaya.”
“Selamanya aku tidak akan mempercayaimu.”
“Tidak masalah, aku akan menunggumu selamanya.”
“Kamu tidak akan berhasil menungguku, aku pasti akan mencari orang lain.”
“Tidak masalah, aku tidak akan mencari orang lain.”
“Aku membencimu.”
“Aku mencintaimu.”
“Aku sudah hampir terlambat.” Zhou Xiao menyadari beberapa pasang mata sudah memperhatikan mereka.
Zhao Fanzhou melepaskannnya dan berkata, “Aku akan mengantarkamu ke tempat kerja.” Zhao Fanzhou menggandeng tangannya, berjalan ke mobil. Secara mengejutkan Zhou Xiao dapat mengikuti alurnya, membuat hatinya merasa bimbang.
Setelah sampai di lantai bawah kantor, Zhou Xiao turun dari mobil. Dia membungkuk dan berkata pada Zhao Fanzhou, “Kamu kelihatan sangat lelah, pulanglah dan tidur sebentar.”
“Baik, aku akan menjemputmu sepulang kerja?” Zhao Fanzhou sangat senang akhirnya Zhou Xiao berinisiatif untuk memperhatikannya dirinya.
“Baik, bye.” Zhou Xiao naik ke atas.
“Bye.” Dia menatap punggung Zhou Xiao dengan serius, begitu patuh? Sepertinya sedang kerasukan setan.