The Sweet Love Story - Chapter 53
Ketika jam makan siang, Zhou Xiao menelepon Mamanya. Sejak dia lulus kuliah, Zhou Mama selalu memaksanya untuk mencari pacar, bahkan dia mengubah sikap serakahnya yang dulu. Berulang kali menekankan kalau mencari pacar itu harus mencari orang yang jujur, lelaki tampan sebaiknya disingkirkan jauh-jauh. Zhou Xiao di bawah bantuan Papanya beberapa kali berhasil melarikan diri dari kencan buta yang diatur oleh Mamanya, orang tuanya sudah pernah hampir bercerai karena masalah ini.
“Mama.”
“Kenapa?” Semenjak Zhou Xiao tidak mengikuti program kencan buta yang diatur oleh Mamanya, Zhou Mama selalu berbicara dengan datar dan dingin terhadapnya. Seperti tidak sabar untuk mengakhiri hubungan ibu dan anak dengannya.
“Orang yang waktu itu Mama suruh aku temui, apa sekarang masih bisa ditemui?”
“Boleh, boleh.” Suara Zhou Mama menghangat, sungguh terdengar jelas.
“Mama aturkan saja.” katanya tak berdaya, “Aku cuma punya waktu luang di malam hari dan akhir pekan.”
“Baik, tidak masalah. Asal kamu tahu, anak dari Bibi Li itu sangat sukses. Dia menjadi Manajer di sebuah perusahaan, sudah membeli rumah sendiri di Kota G…” Zhou Mama terdengar begitu semangat dari seberang sana untuk memuji anak Bibi Li. Benar-benar deh, sebaik apapun dia tetap dia saja anak orang lain. Tidak akan pernah berubah menjadi anakmu, kenapa kamu yang merasa senang?
“Ma, aku sudah tahu. Mama hubungi saja dia, kalau sudah ada kepastian baru kabari aku. Aku harus kembali bekerja.” kata Zhou Xiao.
“Baik, baik. Belakangan ini cuaca agak dingin, ingatlah untuk berpakaian yang lebih tebal.”
“Baik, bye.” Setelah menutup telepon, Zhou Xiao sempat melamun sebentar. Berjalan perlahan-lahan kembali menuju kantor.
Pada jam pulang kantor, Zhao Fanzhou mengirimkan pesan teks kalau dia telah sampai di bawah kantornya. Zhou Xiao perlahan-lahan membereskan barang bawaannya, dia ingin Zhao Fanzhou sedikit menunggu lebih lama. Lebih lama satu detik juga tidak masalah, belakangan ini dia selalu memiliki ide membosankan seperti ini.
Sesampainya Zhou Xiao di depan mobil Zhao Fanzhou, Zhao Fanzhou terlihat sedang memeriksa sebuah dokumen, wajahnya sangat serius. Dia mengetuk kaca jendela, Zhao Fanzhou mendongak dan secara refleks tersenyum padanya. Zhou Xiao bingung, menunduk untuk menatapnya. Zhou Xiao memperhatikan sudut bibirnya yang sedikit terangkat dan berbentuk lengkungan, matanya yang berbinar-binar karena sedang tersenyum. Bagaimana mungkin Zhao Fanzhou bisa tersenyum dengan begitu bahagia tanpa beban.
Zhou Xiao membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Zhao Fanzhou menyingkirkan dokumen di tangannya, menyalakan mesin mobil dan bertanya padanya, “Lelah tidak? Mau makan apa?”
Zhou Xiao belum mampu beradaptasi dengan sikapnya yang seakan mereka pasangan suami istri yang sudah lama, menggelengkan kepada dan menatap keluar melalui jendela depan dengan acuh. Zhao Fanzhou tidak mempedulikan raut wajah Zhou Xiao, tersenyum dan menjalankan mobilnya.
Jam pulang kantor, banyaknya volume kendaraan membuat jalanan macet. Zhao Fanzhou kembali mengeluarkan dokumen yang tadi dilihatnya sampai setengah jalan dan kembali menekuninya. Belakangan ini memang dia amat sangat sibuk. Para Staf kantor sulit menerima kehadiran bos yang baru kembali dari luar negeri ini. Jadi, demi meyakinkan semua karyawan, dia mengharuskan dirinya untuk melakukan semua hal dengan sesempurna mungkin.
Zhou Xiao melirik sekilas dokumen di tangan Zhao Fanzhou, semuanya dalam Bahasa Inggris. Begitu padat dan penuh bagaikan dekrit kekaisaran. “Belakangan ini kamu sangat sibuk ya?” Zhou Xiao sedikit merasa bosan, tidak bisa menahan diri untuk mengganggunya sedikit.
“Hmm, lumayan.” Dia mengalihkan mata itu dari dokumen untuk menatap Zhou Xiao, namun matanya kembali pada dokumen itu.
Melihat wajahnya yang begitu serius, rasanya ingin mengganggunya lebih lagi, “Kamu lagi lihat apa?”
“Kontrak.” Kali ini matanya sama sekali tidak meninggalkan dokumen.
“Kontrak apa?” Sebenarnya dia sedikit pun tidak merasa penasaran.
Zhao Fanzhou meletakkan dokumen itu di atas pangkuannya, berbalik untuk bertanya padanya, “Kamu benar-benar ingin tahu?”
Zhou Xiao menggeleng, “Lupakan saja, aku hanya bertanya saja.”
Zhao Fanzhou melihat keadaan sekitar, sepertinya kendaraan itu tidak akan bergerak dalam waktu yang cukup lama. Dia kembali meraih dan membaca dokumen itu.
“Apa boleh dengar lagu?” Lagi-lagi Zhou Xiao punya ide buruk.
“Boleh.” Kepalanya bahkan tidak terangkat. Dua menit kemudian, Zhao Fanzhou tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan keningnya. Zhou Xiao memindahkan saluran radio dari satu ke yang lainnya, dia juga menyalakannya dengan suara yang sangat keras. Dari waktu ke waktu menimbulkan suara gemerisik, kadang-kadang karena terlalu cepat menimbulkan suara tajam dan tergores.
Zhao Fanzhou lagi-lagi meletakkan dokumen itu, melihat Zhou Xiao yang agak membungkuk untuk memutar saluran radio, di bibirnya tersungging senyum jahil. Zhao Fanzhou menggeleng, ingin marah namun juga ingin tertawa, begitu inginkah gadis ini membuat dirinya marah?
Tepat pada saat itu, ponsel Zhou Xiao berbunyi. Dia tidak mungkin tidak mematikan radio untuk mengangkat telepon itu. “Halo, Mama.”
“Putriku, sudah pulang kerja?”
“Sudah.”
“Sudah makan?”
“Belum, sekarang sedang di dalam mobil. Sedang macet.”
“Aku sudah menghubungi Bibi Li, dia sangat senang. Aku sudah memberikan nomor ponselnya kepadanya, dia bilang akan menyuruh putranya menghubungimu. Nanti kalian buatlah janji untuk bertemu… Ingat untuk pergi membeli baju baru, harus berdandan yang cantik, mengerti?”
“Aku tahu, namanya siapa?”
“Li Yue.”
“Kalau dia meneleponmu, kamu harus memberitahu Mama ya.” Suara Mama Zhou Xiao sangat tinggi.
“Baik.” Zhou Xiao menjauhkan ponsel itu dari telinganya, “Kalau begitu nanti aku akan mengabarimu lagi.”
Mobil depan telah bergerak, Zhao Fanzhou juga sudah menjalankan mobilnya. Dari waktu ke waktu, matanya menatap Zhou Xiao yang sedang berbicara di telepon. Sungguh frustasi, dia sama sekali tidak mengerti dialek mereka.
Zhou Xiao meletakkan ponsel, menggosok telinganya yang sedikit sakit karena teriakan Mamanya.
“Telepon dari Mamamu?” tanyanya.
“Hmm.”
“Bilang apa? Kedengarannya begitu bersemangat.” Dia bertanya seolah-olah tidak peduli.
Zhou Xiao melepaskan tangannya yang sedang menggosok telinga, mengeluarkan senyum malu-malu, “Tidak, dia ingin menjodohkanku.”
Zhao Fanzhou menginjak rem, roda kemudi berputar 180 derajat, gesekan roda dan tanah menimbulkan suara ‘ckiitt’, karena gerakan mendadak itu membuat tubuh kedua orang itu terbanting ke depan.
Zhou Xiao mengelus dadanya yang sakit, menatap Zhao Fanzhou, dia gila ya?
“Tadi ada seekor anjing yang lewat.” jelasnya.
Zhou Xiao mendongak untuk melihat anjing yang dia maksud. Bahkan bulunya saja tidak ada, bagaimana mungkin bisa ada anjing? “Tidak ada anjing!” Zhou Xiao sangat marah, barusan itu sangat berbahaya.
Zhao Fanzhou melihat sekelilingnya dengan santai, “Mungkin aku salah lihat.”
Mobil di belakang yang tidak dapat berjalan mulai membunyikan klakson, bahkan beberapa orang sudah mengeluarkan kepalanya dan bersumpah serapah. Zhou Xiao menarik pakaian Zhao Fanzhou, “Jalankan mobilnya.”
Zhao Fanzhou menatap ke arahnya, kembali menjalankan mobil.
Zhou Xiao mulai merindukan kemacetan, bagaimana mungkin dia bisa mengendarai mobilnya dengan begitu cepat? Wajahnya terlihat begitu nyaman bagaikan sedang mengendarai sepeda.
Zhao Fanzhou menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran, membuka pintu dan turun dari mobil. Zhou Xiao yang di dalam mobil masih ragu-ragu dan bingung, Zhao Fanzhou berkeliling dan membantunya membuka pintu mobil, “Ayo, aku traktir kamu makan.”
Zhou Xiao bingung dengan sikap santainya, turun dari mobil dan mengikutinya masuk ke dalam restoran.
Zhou Xiao memperhatikannya dengan seksama, tapi selain tatapan matanya yang dingin, tidak ada yang aneh dari sikapnya.
Zhao Fanzhou menatap Zhou Xiao yang sedang melihat wortel yang menghiasi piring steak-nya, bertanya sambil tersenyum, “Masih tidak suka makan wortel?”
“Hmm.” Zhou Xiao tidak tahu bagaimana mungkin suasana hati Zhao Fanzhou begitu baik.
Zhao Fanzhou mendorong piringnya dan meraih garpu untuk memindahkan wortel itu ke piringnya, “Berikan saja padaku.”
“Tidak usah, tidak usah dimakan juga tidak apa-apa.” Zhou Xiao ingin menghentikannya, namun dia tidak mungkin menggunakan garpu untuk berperang dengannya bukan.
Zhou Xiao dengan tidak berdaya melihat Zhao Fanzhou memotong steak dengan anggunnya menjadi potongan-potongan kecil, kemudian dia menatap piringnya sendiri. Potongan yang dia buat bagaikan potongan kayu, jangan-jangan pisau miliknya lebih tumpul?
Ketika dia sedang ragu-ragu untuk meminta pelayan mengganti pisaunya, ponselnya berbunyi. Dia mengeluarkannya, nomor yang tidak dikenal, mungkinkkah Li Yue yang itu?
“Halo.”
“Halo, kamu Zhou Xiao? Aku putra dari Keluarga Li, Li Yue. Entah Bibi Zhou telah memberitahumu atau belum?” dalam Bahasa Mandarinnya masih terdengar dialek Chaoshan namun terdengar ramah.
“Oh, benar. Mamaku ada membicarakan tentangmu.”
Zhao Fanzhou menaikkan pupil matanya untuk menatap Zhou Xiao, tangannya yang sedang memegang pisau dan garpu mengerat.
“Begini, dua hari lagi aku akan melakukan perjalanan dinas. Mungkin satu minggu lagi baru akan kembali. Besok malam apa kamu ada waktu, bagaimana kalau kita pergi makan malam bersama?”
“Oh, baik. Bertemu di mana?” Zhou Xiao tanpa sadar melirik Zhao Fanzhou yang sedang menunduk untuk memotong steak, benar-benar bocah yang suka memotong daging sapi.
“Di jalan XX, restoran XX bagaimana?”
“Boleh, bagaimana kalau bertemu jam setengah tujuh?” Zhou Xiao menghitung waktu dengan cepat, dari dia pulang kerja sampai ke tempat itu kurang lebih selama itu.
“Oke, kalau begitu, sampai jumpa. Bye.”
“Bye.” Zhou Xiao meletakkan ponselnya, menunduk dan menyadari steak di hadapannya sudah hilang. Kemudian dia mendongak dan menatap Zhao Fanzhou, dia tersenyum dan mendorong piring kepadanya, “Sudah dipotong.”
“Oh, terima kasih.” Dasar usil! Potongannya begitu kecil, membuatnya tidak bisa makan daging potongan besar dengan puas.
Setelah makan malam, Zhao Fanzhou mengantarkannya pulang ke apartemen. Lagi-lagi terjebak kemacetan di jalan raya. Zhou Xiao melihat mobil berhenti tepat di sebuah toko pakaian, dengan bosan mengamati pakaian di toko itu. Ketika melihatnya cukup lama, dia teringat mamanya menyuruhnya untuk menelepon dan memberikan kabar. Jadi, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon mamanya untuk mengatakan besok kalau dia akan bertemu dengan Li Yue. Mama Zhou Xiao memintanya untuk berdandan dengan baik, dia setuju.
“Mamamu sangat senang ya?” Tangan Zhao Fanzhou berada di roda kemudi, matanya tidak tahu sedang menatap ke mana.
“Mungkin,” kata Zhou Xiao.
“Apa mamamu membenciku?” Dia bertanya lagi.
“Hmm… lumayan.” Tidak mungkin tidak benci kan? Saat itu Mamanya sudah hampir terbang ke Amerika untuk membunuhnya. Untung Papanya berhasil menjelaskan keadaan. Misalnya, pertama, Mamanya tidak tahu Zhao Fanzhou berada di Amerika bagian mananya; kedua, Bahasa Inggris yang dia bisa hanyalah ‘hallo’; ketiga, tiket pesawat harganya sangat mahal. Dengan ketiga alasan di atas, Mamanya baru berhasil mengurungkan niat untuk membunuh orang di Amerika.
“Maafkan aku,” katanya.
Zhou Xiao menggelengkan kepalanya dan tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya, dia berkata, “Buka pintunya, biarkan aku turun dari mobil.”
Mau ke mana?” Zhao Fanzhou menatapnya dengan ragu.
“Beli pakaian.” Dia menunjuk ke toko pakaian di sisi jalan. “Mamaku menyuruhku untuk berdandan yang cantik.”
Zhao Fanzhou perlahan-lahan mengendarai mobil sampai ke depan pintu toko itu, membuka pintu dan membiarkannya turun, dan kemudian ikut turun dari mobil. Zhou Xiao memilih sebuah gaun sifon berwarna hitam dan berbalik untuk bertanya kepada Zhao Fanzhou: “Bagaimana dengan yang ini?”
Dia memandangi Zhou Xiao, lalu melihat gaun itu. Kulit Zhou Xiao sangat putih dan wajahnya sangat imut seperti boneka. Memakai pakaian berwarna hitam akan membuatnya terlihat sangat cantik, jadi dia menggelengkan kepalanya: “Warna hitam tidak bagus, tidak hidup.”
“Lalu bagaimana dengan yang ini?” Dia memilih sebuah gaun putih dan mengepaskannya dari luar tubuhnya.
“Warna putih akan terlihat sangat pucat di kulitmu.” Jika dia memakai pakaian berwarna putih, dia akan benar-benar terlihat seperti boneka. Zhou Xiao sangat kecewa dan menggantung kembali pakaian itu, tidak tahu harus memilih pakaian yang mana.
Pelayan toko mengamati dengan bingung di samping mereka. Dua pakaian yang diambil oleh gadis itu jelas-jelas sangat cocok untuknya, apa selera pacarnya kurang bagus?
“Cobalah yang ini.” Zhao Fanzhou mengambilkan sepotong gaun berwarna abu-abu muda dan sedikit kemerahan, menyerahkan padanya.
Zhou Xiao menerima pakaian itu dengan ragu-ragu dan pergi ke kamar pas. Kenapa dia merasa warna baju ini agak kotor? Setelah dia mengganti pakaiannya, Zhao Fanzhou mengangguk dengan puas, “Cukup bagus, bagaimana kalau yang ini?”
“Benarkah?” Zhou Xiao berbalik untuk melihat pelayan toko itu dan pegawai itu mengangguk dengan ramah, “Benar, sangat bagus. Kulit Nona begitu putih, sangat cocok memakainya.”
Zhao Fanzhou berjalan keluar toko dengan membawa pakaiannya. Zhou Xiao sangat tertekan di belakangnya. Dia benar-benar membayar dan membiarkan dia membeli pakaian untuk pergi ke kencan buta?
Pegawai toko yang melihat dua orang pergi jauh, begitu riang gembira. Meraih telepon dan menelepon Manajer Toko: “Manajer, manajer, baju yang selama ini tidak terjual di toko kita sudah terjual olehku… Iya… Gaun yang warnanya terlihat kotor itu… dan lagi saya menjualnya dengan harga asli… Saya sudah melakukan yang terbaik, Anda harus memberikan bonus untuk saya… ”