The Sweet Love Story - Chapter 55
Zhou Mama memarahinya cukup lama, katanya sudah ada pasangan yang begitu baik namun tidak dihargai dengan baik, bahkan membuat orang lari darinya. Zhou Xiao dimarahi sampai tertegun, dia bertanya pada Mamanya, “Ma, apa Mama pernah bertemu dengannya?”
“Belum,” jawab Mamanya tanpa berpikir.
“Belum pernah bertemu dengannya bagaimana mungkin Mama tahu kalau dia pasangan yang baik?” Zhou Xiao menghela napas, “Aku tahu Mama ingin aku mendapatkan pasangan yang jujur, tapi bisakah Mama mencari yang penampilannya agak lumayan?”
“Dasar anak sialan, bicara omong kosong. Suami istri dari Keluarga Li terlihat begitu anggun dan bermartabat, anaknya bisa sampai sejelek apa?” Mamanya tidak percaya padanya. Zhou Xiao sangat tidak berdaya, tidak tahu bagaimana menjelaskan kepadanya di Kelas Biologi ada sebuah istilah yang disebut mutasi genetik.
“Aku tidak peduli. Keluarga Chen yang tinggal di atas memiliki seorang saudara sepupu yang memiliki seorang anak laki-laki. Dia juga bekerja di Kota G, seorang Guru SMP. Aku sudah memberikan nomor teleponmu kepadanya, setelah kalian mengobrol, kalian harus keluar untuk berjumpa. Mengerti?” Mungkin ini kebijakan tangan besi yang legendaris itu.
“Ma, kamu tidak boleh sembarangan memberikan nomor ponselku kepada orang lain.” Zhou Xiao sangat tidak berdaya.
“Bukankah aku hanya khawatir kepadamu? Seandainya kamu bisa membawa seseorang untuk diperkenalkan kepadaku atas kemampuanmu sendiri, apa aku perlu melakukan hal seperti ini?”
“Baiklah, aku sudah tahu.” Zhou Xiao tahu berdebat untuk masalah ini dengan mamanya tidak mungkin berakhir dengan baik. Harus bertemu ya sudah, anggap saja sedang menjalin pertemanan.
Pada bulan berikutnya, dengan mata kepalanya sendiri, Zhou Xiao dapat melihat betapa besarnya lingkungan pertemanan Mamanya sendiri. Orang yang dia temui tidak kurang dari 20 orang yang berasal dari segala penjuru negeri China, yang berbentuk seperti apapun dia sudah temui. Dia resmi menjadi sebuah produk khusus untuk kencan buta. Selain itu, kisah perjodohannya sudah hampir mirip dengan Ge You dalam acara ‘If You are The One’, yang datang menemuinya rata-rata hanyalah orang-orang yang memiliki kualitas buruk.
(T/N: If You are The One semacam acara variety show untuk dating)
Sebagai contoh, orang yang dia temui dua hari lalu. Ketika mereka duduk bersama, orang itu langsung bertanya dia lulusan apa, Zhou Xiao menjawab Sastra China sebagai Pengantar Bahasa Asing, terlihat kekecewaan di wajahnya, apa pada zaman ini faktor lulus dari jurusan apa juga masih menjadi pertimbangan dalam perjodohan? Setelah cukup lama, ternyata dia ingin orang yang lulusan dari Bahasa Asing, jadi di masa depan akan dapat mengajarkan dua bahasa kepada anak mereka. Berikut ini tujuan mencari istri yang sedang populer di pasaran: Ingin menikahi wanita untuk menjadikannya pelayan di rumah, atau ingin menikahi wanita untuk menjadikannya teman tidur gratis di rumah, atau ingin menikahi wanita karena ingin menjadikannya vas bunga, atau lebih parahnya menikahi wanita untuk menjadikannya alat untuk melahirkan anak…. tapi, menikahi wanita untuk menjadikannya mesin pembelajaran bahasa asing, masih baru pertama kali mendengarnya.
Mari kita bahas orang yang dia temui minggu lalu, orang itu terlihat sangat sopan dan berpendidikan. Setelah mendengar dia lulusan dari Sastra China, kedua matanya berbinar-binar. Seakan memiliki perasaan, kenapa mereka baru bertemu sekarang. Jadi, begitu dia membuka dan menutup mulutnya, isinya hanya membicarakan tentang puisi, lagu, syair, filosofi kehidupan, idealisme, dan aspirasi. Orang itu berbicara layaknya buku cetak. Mungkin syair Tiga Ratus puisi Dinasti Tang pun sudah dia hafal di luar kepala dan apabila Zhou Xiao mampu menghafal 20 diantaranya pasti dia sudah tersenyum lebar. Setelah bertemu dua kali, pihak lain tampaknya cukup tertarik, namun Zhou Xiao merasa takut. Dua puluh puisi Dinasti Tang yang di awal masih lumayan, kalau bertemu lagi pasti dia akan tahu Zhou Xiao buta huruf. Lebih baik kedepannya dia tidak perlu membawa-bawa papan nama Departemen Sastra China saja.
Oh, masih ada yang dia temui kemarin itu. Kulit wajahnya begitu halus, pinggangnya kurus bagaikan sumpit, suaranya memiliki frekuensi yang sama dengan nyamuk yang membuat Zhou Xiao sampai merasa tidak enak hati berbicara dengannya. Takut apabila berbicara terlalu keras akan membuatnya takut dan terkejut.
Masih ada yang sekarang ini, kelihatannya cukup jujur dan tulus. Cara bicara dan secara keseluruhan juga terlihat normal. Tapi, setelah cukup lama berbincang, dia tiba-tiba berbicara dengan serius, “Nona Zhou, sepertinya kita lumayan cocok. Bagaimana kalau kita menyelesaikan semua prosedur di akhir bulan ini?”
“Menyelesaikan prosedur apa?” Zhou Xiao mulai ketakutan. Dia bukan ingin melakukan itu dengannya kan?
“Pernikahan, usia kita berdua sudah tidak muda lagi, tidak perlu membuang terlalu banyak waktu untuk saling mengenal. Setelah menikah masih ada waktu untuk saling mengenal dengan baik. Selain itu, aku telah menyimpan cukup banyak uang. Setelah menikah kamu tidak usah bekerja keras lagi, kamu bisa tinggal di rumah dan menikmatinya. Bagaimana menurutmu?” Dia terlihat sangat serius.
Em… Zhou Xiao benar-benar terpana, dia tidak bereaksi untuk waktu yang cukup lama. Apa dia pikir dia sedang membeli budak kecil di zaman kuno? Pihak lain yang tidak mendapatkan jawabannya, kembali bertanya: “Nona Zhou, bagaimana menurutmu?”
“Ah? Ini… rasanya aku tidak bisa mengikuti rencanamu.” Zhou Xiao hanya bisa mengatakan itu.
“Kenapa?”
“Kita baru saja bertemu, rasanya sedikit tidak pantas?” kata Zhou Xiao ramah. Pria menatapnya sebentar, membuat tulang punggung Zhou Xiao mulai mati rasa.
“Sebenarnya, aku cukup menyukaimu, tapi aku sibuk dengan pekerjaanku, benar-benar tidak ada waktu untuk saling membina perasaan. Aku hanya merasa jika kita memang akan terikat dan menikah di masa depan, lebih baik menghilangkan bagian tengah dan langsung ke pokoknya saja. Setelah menikah, aku pasti akan sangat baik terhadapmu. Aku juga bukan orang yang setengah-setengah dalam masalah perasaan…. Tentu saja, apabila kamu masih merasa hal ini tidak sesuai, aku akan berusaha keras untuk meluangkan waktu agar kita bisa saling membina perasaan.”
Zhou Xiao akhirnya mengerti, orang ini sangat malas, dia ingin menyelesaikan dalam satu gerakan di tempat. Dia menyesap air minum dan berkata perlahan: “Seandainya…” Dia berhenti, tidak bisa mengingat nama belakangnya. Jadi dia menelan kembali kata-kata Mr. XX, “kamu begitu sibuk, maka aku tidak akan merepotkanmu untuk meluangkan waktu demi menemani orang yang tidak memiliki kesibukan seperti aku. Sepertinya acara makan kita ini juga berlangsung lebih dari satu jam, sudah membuang-buang waktumu. Kalau tidak, kamu bisa pergi terlebih dahulu. Mengganggumu di kala waktu sibukmu membuatku merasa bersalah.”
Kata-katanya yang sopan membuat pihak lain mati kutu.
Ketika meninggalkan restoran, dia sempat mengusulkan untuk mengantarkan Zhou Xiao pulang. Dia tersenyum dan mengatakan temannya di sekitar sana, tidak usah merepotkannya. Zhou Xiao menaiki mobil Zhao Fanzhou, Zhao Fanzhou tidak menunjukkan ekspresi apapun, juga tidak bertanya bagaimana proses perjodohannya hari ini.
Menjadi Zhao Fanzhou sangatlah tidak mudah, setiap kali Zhou Xiao pergi ke kencan buta, dia akan mengantar Zhou Xiao secara pribadi sampai ke tempat tujuan dan menunggunya di luar. Setelah selesai, kalau Zhou Xiao menaiki mobilnya, dia akan mengantar Zhou Xiao pulang. Jika dia menaiki mobil pasangan kencan butanya, dia akan mengendarai mobilnya dan mengikuti Zhou Xiao dari kejauhan. Ketika Zhou Xiao sudah sampai dengan selamat di rumah, baru dia pergi dengan mobilnya. Awalnya Zhou Xiao merasa bingung karena Zhao Fanzhou selalu tahu jadwal kencan butanya, akhirnya dia tahu Yuan Ruanruan sangat perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kencan butanya. Dia sudah tahu duduk permasalahannya, tapi juga tidak ingin mengeksposnya. Setiap kali pergi dengan orang yang tidak dikenal, hatinya juga tidak tenang. Seandainya dia ingin menjadi utusan pelindungnya, biarkan saja dia melakukannya.
“Aku baru saja dilamar.” Zhou Xiao menyandarkan kepalanya di kaca jendela mobil dan tiba-tiba ingin berbicara dengannya. Zhao Fanzhou tidak berbicara, menatap lurus ke depan.
Zhou Xiao juga tidak peduli dia akan merespons atau tidak, Zhou Xiao menambahkan: “Sebenarnya banyak teman-teman di kampung halamanku juga seperti ini. Lulus kuliah, kencan buta, menikah, melahirkan anak. Anak dari teman SD-ku bahkan sudah bisa membantu ibunya membuat kecap. Saat aku pulang ke rumah untuk Tahun Baru, anak itu berteriak dan memanggilku Bibi. Aku masih berusaha membujuknya agar memanggilku Jiejie.”
Zhao Fanzhou sedikit menoleh untuk menatapnya, Zhou Xiao sedang memandang ke luar jendela dan tatapan tidak berdaya dan bingung terpancar dari matanya.
“Aku tidak pernah bertanya apa mereka memikirkan tentang cinta. Takut akan terlalu berlebihan, mungkin akan dipandang rendah. Tapi, mereka terlihat cukup bahagia.” Zhou Xiao tertawa, “bisa jadi ini salah satu cara agar bisa menemukan kebahagiaan.”
Zhao Fanzhou tiba-tiba merasa detak jantungnya tidak teratur, Zhou Xiao yang berada begitu dekat dengannya, bahkan tidak dapat dia raih. Begitu dekat, namun terasa begitu jauh.
“Menurutmu, apa sebaiknya aku juga menikah saja dengan cara seperti ini?” Zhou Xiao menatapnya, berkata sambil tersenyum.
Zhao Fanzhou memegang roda kemudi dengan satu tangan dan merentangkan tangannya yang satu lagi untuk memegang tangan Zhou Xiao dengan erat. Zhou Xiao tidak berusaha melepaskan tangannya, hanya menatap tangan kedua orang itu yang sedang berpegangan. Setelah cukup lama, dia berkata dengan suara yang membuat setiap orang mendengarnya pasti akan merinding. “Seandainya waktu itu kamu tidak pergi, pasti semuanya akan baik-baik saja.”
Zhao Fanzhou tertegun, meremas tangannya dengan keras, tangan Zhou Xiao terasa dingin.
“Hei, walaupun aku sudah bukan bagianmu lagi, kamu juga tidak perlu membuatku menjadi orang cacat.” Zhou Xiao tersenyum dan menggoyangkan tangannya yang diremas. Zhao Fanzhou, sedih kan? Aku memang ingin membuatmu merasa sedih! Belum terlambat bagi seorang wanita untuk membalaskan dendamnya selama tiga tahun.
Kekuatan tangan Zhao Fanzhou sedikit melemah, tapi dia masih memegang tangannya, “K amu sudah kenyang?” Setiap kali Zhou Xiao pergi ke kencan buta, dia tidak akan makan dengan kenyang. Dalam sebulan ini, dia semakin kurus. Ingin melakukan kencan buta sampai mendapatkan pasangan, ternyata tidak mudah.
“Tidak.” Zhou Xiao baru makan beberapa suap sudah dilamar, mana ada nafsu makan lagi.
“Ingin makan apa?”
“Aku tidak ingin makan, antarkan saja aku pulang. Aku sangat lelah.”
Sesampainya Zhou Xiao di rumah, Yuan Ruanruan sedang duduk di atas sofa. Zhou Xiao menghampirinya dan memarahinya, “Apaan sih, hari yang begitu dingin, memangnya tidak takut terkena flu?”
“Xue Jie, berikan saja Xue Zhang kepadaku. Belakangan ini aku kekurangan stok pria.”
“Bawa pergi dan pakai sesukamu saja.” Zhou Xiao memukul kaki Yuan Ruanruan agar berpindah dari posisinya.
“Ah, benar-benar tidak tahu diuntung kamu ini.” Yuan Ruanruan meletakkan kakinya di atas kaki Zhou Xiao. “Memangnya kamu tidak bisa memberikan satu kali kesempatan untuknya lagi? Dia bayangan dari masa mudamu, akan sulit untuk dihindari. Bukankah drama pembunuhan di TV biasanya juga selalu mengambil tema bayangan masa lalu.”
“Kalau begitu aku mengingatkannya agar tidak membunuhku kan?” Zhou Xiao memutar bola matanya.
“Benarkah, masa kecilmu begitu penuh dengan kebahagiaan, memangnya kamu mengerti penderitaannya?” Yuan Ruanruan mengangkat kakinya dan menyenggol perut Zhou Xiao dengan lembut.
“Hei, kamu ingin membunuhku? Bagaimana kamu tahu masa kecilku penuh dengan kebahagiaan? Ketika aku masih kecil, aku juga pernah digantung dan dipukuli oleh Papaku. Mengapa kamu tidak melihatku menjadi orang yang sadis?” Zhou Xiao menahan kaki Yuan Ruanruan.
“Kenapa Papamu menggantungmu dan memukulmu?” Bukankah keluarganya dikenal sebagai keluarga terpelajar, kenapa masih bisa ada kekerasan dalam rumah tangga?
Wajah Zhou Xiao memerah: “Em… Itu… Aku menjual The Four Classic Novels of Chinese miliknya yang versi asli kepada tukang loak.”
“…”
Bel pintu berbunyi, dan Zhou Xiao mendorong Yuan Ruanruan untuk membuka pintu. Yang masuk ternyata Zhao Fanzhou, dia membawa benda yang mirip kotak makan siang dan sejenisnya.
“Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak mau makan?” Zhou Xiao tidak bergerak dari sofa, berbalik untuk menatap Zhao Fanzhou. Zhao Fanzhou mengabaikannya dan membawa barang-barang itu ke dapur.
Yuan Ruanruan mengikutinya dari belakang: “Xue Zhang, apa ada yang enak?”
“Lihatlah sendiri.” Zhao Fanzhou menyerahkan kantong itu padanya. “Sisakan saja sedikit untung yang di luar itu.” Dia berjalan keluar dari dapur dan duduk di sebelah Zhou Xiao.
“Pergi makanlah sedikit.”
“Tidak mau.” Dia bersandar di lengan sofa, menekuk kakinya dan menyusut menjadi bola, lalu memejamkan matanya dan mengabaikan Zhao Fanzhou.
“Benar-benar tidak mau makan? Ada ayam suwir yang kamu suka itu,” Zhao Fanzhou terus merayunya.
Kelopak mata Zhou Xiao tidak bergerak, dia mendengus: “Tidak mau makan.”
Zhao Fanzhou tersenyum dan bergerak perlahan untuk mendekatinya. Belakangan ini emosinya semakin tidak terkontrol. Dia meletakkan tangannya di belakang sandaran sofa, tidak menyentuhnya, tapi menempatkan seluruh tubuh Zhou Xiao ke dalam pelukannya.
Keheningan yang sangat aneh. Zhou Xiao perlahan membuka matanya dan terkejut oleh Zhao Fanzhou yang terlalu dekat dengannya. Dia mengulurkan tangan untuk mendorongnya: “Apa yang kamu lakukan?”
Zhao Fanzhou kembali duduk sambil tersenyum, “Tidak, hanya memastikan apa kamu kamu benar-benar tidak mau makan.”
“Aku kan sudah bilang tidak mau!” Zhou Xiao marah dan mendorong lengan Zhao Fanzhou.
“Baik, baik, baik. Kalau tidak mau makan ya sudah. Tapi harus ingat untuk makan kalau kamu merasa lapar.” Zhao Fanzhou berdiri, tiba-tiba menunduk dan mengacak rambut Zhou Xiao sambil berkata, “Jangan sampai kelaparan.”